Artikel: Daftar kata serapan dari bahasa Sanskerta dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia modern GudangMovies21 Rebahinxxi

  • Source: Daftar kata serapan dari bahasa Sanskerta dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia modern
  • bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">Bahasa Sanskerta sudah ribuan tahun dikenal di Nusantara yang datang dari India. Bukti tertua yang sekarang masih ada ialah prasasti Yupa yang ada di Kutai, Kalimantan Timur dan kurang lebih berasal dari abad ke-4 atau abad ke-5 Masehi.
    Karena keberadaan bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Sanskerta di Nusantara sudah lama, sudah tentu banyak kata-kata dari bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa ini yang diserap dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa-bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa setempat. Artikel ini membicarakan kata-kata serapan dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Melayu tradisional dan dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Indonesia modern.


    Kosakata dasar


    Karena sudah sangat lama dikenal di Nusantara, kata-kata Sanskerta ini sering kali sudah tidak dikenali sebagai kata-kata asing lagi dan sudah masuk ke kosakata dasar. Oleh karena itu seseorang bisa menulis sebuah cerita pendek yang menggunakan kata-kata Sanskerta saja. Di bawah ini disajikan sebuah cerita kecil terdiri dari kurang lebih 80 kata-kata dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Indonesia yang ditulis menggunakan kata-kata Sanskerta saja, kecuali beberapa partikel-partikel. Kata-kata Sanskerta di bawah dicetak tebal:
    Karena semua dibiayai dana negara jutaan rupiah, sang mahaguru sastra bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Kawi dan mahasiswa-mahasiswinya, duta-duta negeri mitra, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata suami-istri, beserta karyawan-karyawati lembaga nirlaba segera berdharmawisata ke pedesaan di utara kota kabupaten Probolinggo antara candi-candi purba, berwahana keledai di kala senja dan bersama kepala desa menyaksikan para tani yang berjiwa bersahaja serta berbudi nirmala secara berbahagia berupacara, seraya merdu menyuarakan gita-gita mantra, yang merupakan sarana pujian mereka memuja nama suci Pertiwi, Dewi Bumi yang bersedia menganugerahi mereka karunia dan restu, meraksa dari bahaya, mala petaka dan bencana.


    Jumlah kata-kata Sanskerta dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Indonesia


    Dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Indonesia diperkirakan ada sekitar 800 kata-kata dari bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Sanskerta. Kata-kata ini ada yang diserap langsung dari bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa aslinya, namun banyak pula yang diserap dari bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Jawa atau bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Jawa Kuno. Yang diserap dari bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Jawa sering dipakai sebagai pembentukan kata-kata baru dan disebut sebagai neologisme.
    Meski kelihatannya hanya sedikit, namun kata-kata ini frekuensinya cukup tinggi dan banyak yang masuk ke kosakata dasar seperti telah dibicarakan di atas ini sehingga tampaknya banyak.


    Penyesuaian fonologi


    Fonologi bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Sanskerta dan bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Melayu agak berbeda. Di dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Sanskerta dikenal ada 7 vokal pendek dan 6 vokal panjang (secara teoretis ada 7 vokal panjang pula), serta ada 26 konsonan.

    Vokal Pendek:
    /a/, /i/, /u/, /ṛ/, /ḷ/, /e/, dan /o/
    Vokal Panjang:
    /a:/, /I:/, /u:/, /ṛ:/, /ḷ:/, /ai/, dan /au/.
    Konsonan Letupan
    /k/, /g/, /c/, /j/, /ṭ/, /ḍ/, /t/, /d/, /p/, /b/
    Konsonan Letupan yang disertai hembusan
    /kh/, /gh/, /ch/, /jh/, /ṭh/, /ḍh/, /th/, /dh/, /ph/, /bh/
    Konsonan Sengau
    /ng/, /ñ/, /ṇ/, /n/, /m/
    Konsonan Semivokal
    /y/, /r/, /l/, /w/
    Konsonan Sibilan
    /ś/, /ṣ/, /s/, /h/
    Konsonan Lain-lain
    /ḥ/, /ṃ/
    Dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Melayu tidak ada permasalahan berarti dalam menyesuaikan vokal-vokal Sanskerta. Namun karena dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Melayu tidak ada vokal panjang, maka semua vokal panjang berubah menjadi pendek.
    Selain itu ada hal menarik dalam penyesuaian vokal /r/. Vokal ini sekarang di India dilafalkan sebagai /ri/ sementara zaman dahulu diperkirakan vokal ini dilafalkan sebagai /rə/ atau /'ər/, mirip seperti dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Jawa. Inilah sebabnya mengapa nama bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Sanskrta di Indonesia dilafalkan sebagai Sanskerta, tetapi di India sebagai Sanskrit. Dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Melayu pada beberapa kasus vokal ini dilafalkan sebagai /ri/, namun pada kasus-kasus lainnya dilafalkan sebagai /'ər/. Selain itu kata-kata Sanskerta yang diserap dari bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Jawa sering kali juga memuat pelafalan /'ər/ atau /rə/.
    Beberapa contoh:

    Sebagai /ri/ -> “berita”, “berida”.
    Sebagai /rə/ -> “bareksa”
    Serapan dari bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Jawa /'ər/ -> “werda”
    Kemudian perbendaharaan konsonan bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Melayu tidak sebanyak bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Sanskerta. Konsonan retrofleks tidak ada padanannya dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Melayu sehingga disesuaikan menjadi konsonan dental. Lalu dari tiga sibilan dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Melayu yang tersisa hanya satu sibilan saja, meski dalam huruf Jawi sering kali sibilan retrofleks atau palatal ini ditulis menggunakan huruf syin ش. Misalkan kata kesatria yang dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Sanskerta dieja sebagai kṣatriya (kshatriya) dalam tulisan Jawi dieja sebagai کشتريا.
    Lalu kasus menarik selanjutnya ialah penyesuaian konsonan yang disertai dengan aspirasi atau hembusan. Dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Melayu sering kali hembusan ini juga dilestarikan. Sebagai contoh diambil kata-kata:

    bhāṣa -> bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa
    chaya -> cahaya
    phala -> pahala
    Hal ini justru tidak dilestarikan dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Nusantara lainnya, misalkan bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Jawa dan bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Bali. Di sisi lain tampaknya hal ini justru ada dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Madura yang terlestarikan pada konsonan eksplosiva bersuara.
    Kemudian semivokal /y/ dan /w/ pada posisi awal berubah menjadi /j/ dan /b/. Contohnya ialah kata-kata “jantera”, “bareksa”, “berita”, dan “bicara”.
    Lalu anusvara /ṃ/ (/m./) dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Melayu dilafalkan sebagai /ng/ atau sebagai sengau homorgan.


    = Daftar-daftar kata serapan bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">Bahasa Sanskerta ke bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">Bahasa Indonesia =
    Di bawah ini diberikan daftar kata-kata serapan dari bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Sanskerta dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Indonesia beserta ejaan asli dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Sanskerta.


    A


    adi (ādi): utama, pertama
    adicita (ādicitta)
    adikara (adhikara)
    adipati (ādipati): raja agung
    adiraja (ādirāja): raja utama
    Aditya (Āditya): (Dewa) Matahari
    agama (āgama): din; tradisi suci
    aji: mantra
    aja: hanya
    aksara (akṣara): huruf
    aksi (akṣi): mata, sesuatu yang dilihat
    alpa: teledor, kekurangan
    amerta (amṛta): ambrosia, nektar, air kehidupan
    ancala (acala): gunung
    aneka (aneka): macam-macam
    angka: bilangan
    angkara (ahaṅkāra): murka
    angkasa (ākāśa): langit
    angsa (haṃśa): sowang
    angsoka (aśoka): sejenis pohon
    aniaya (anyāya): siksa
    anitya: ketidakkekalan
    antara (antara): lain
    antariksa (antarikṣa): luar angkasa
    anugerah (anugraha): pemberian
    arca (arcā): patung
    ardi (ardi): gunung
    Arya: bangsawan, orang India Utara
    asa: jiwa (dalam frasa "putus asa")
    asmara (smara): cinta
    asrama (āśrama): tempat padepokan
    asta (aṣṭa): delapan
    astana (āsthāna): tempat pemakaman raja dan kerabatnya. Lihat pula istana.
    Atharwaweda (atharvaveda): salah satu dari empat kitab Weda
    atma (ātmā atau ātma): jiwa
    atmaja (ātmaja atau ātmajā): anak
    Awatara (avatāra): penjelmaan, penampakan Dewa di dunia.


    B


    baca (vaca): mengartikan tulisan
    bada (vāda): bicara
    bagai (bhāga): mirip
    bagi (bhāgī):
    bagian (bhāgya):
    bahagian (bhāgya):
    bahagia (bhāgya): sukacita
    bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa (bhāṣa): logat
    bahaya (bhaya): sesuatu yang mengancam
    bahna (bhāna): karena
    bahtera (vahitra): kapal
    bahu (bāhu): lengan
    bahureksa (bāhurakṣa): hiasan tangan
    baiduri (vaidūrya): opal
    bakti (bhakti): hormat, loyal
    bala (bala): tentara
    banaspati (vanaspati): pohon besar
    bangsa (vaṃśa): rakyat
    bangsawan
    bangsi (vaṃśi): peluit
    bareksa (vṛkṣa): pohon
    basmi (dari frasa bhasmī bhūta): musnah
    Batara (bhaṭāra): Dewa
    Batari (bhaṭārī): Dewi
    bausastra (bahuśāstra): kamus
    baya (vayas): usia
    bayangkara (bhayaṃkara): penjaga
    bayu (vāyu): angin
    bea (vyaya): ongkos
    biaya (vyaya)
    beda (bheda): diferensi
    beza (Malaysia)
    bedama
    begawan (bhagavān): orang suci
    bejana (bhājana): tempat menampung
    belantara (vanāntara): hutan
    bencana (vāñcana): malapetaka
    benda (bhāṇḍa): objek
    bendahara (bhāṇḍāgāra): penjaga uang
    berhala (bhaṭāra): bentuk Tuhan
    berhana
    berita (vṛtta):
    biara (vihāra): tempat kaum rohaniawan
    biarawan
    biarawati
    bicara (vicāra): omong
    bidadari (vidyādharī): makhluk sorgawi
    biji (bijā): isi buah
    biksu (bhikṣu): seorang rohaniawan Buddha
    biksuni
    binasa (vināśa): hancur
    birahi (virahin): ingin bercinta
    bisa (1) (viṣa): racun
    brahma (brāhma)
    brahmana
    brahmani
    brahmi
    brata (brata): tapa
    buana (bhuvana): dunia
    budaya (buddhaya): berhubungan dengan akal, adab
    Buddha (buddha): seseorang yang telah sadar
    budi (buddhi): akal
    bujangga (bhujaṅga): ilmuwan. Lihat pula pujangga
    bukti (bhukti):
    bulu roma
    bumantara (byomāntara): langit
    bumi (bhūmi): planet ketiga dalam tatasurya, tanah
    bumiputera (bhūmiputra): pribumi
    bupala (bhūpāla): raja
    bupati (bhūpati): raja
    busana (bhūṣaṇa): pakaian bagus
    buta (bhūta): raksasa
    butala (bhūtala): bumi
    butayadnya (bhūtayajña): persembahan atau kurban kepada buta


    C


    cabai (cavi): lombok
    cahaya (chāya): sinar
    cakrabuana (cakrabhūvana):
    cakra (cakra): roda
    cakram (cakram): diskus
    cakera padat (Malaysia): diskus
    cakrawala (cakravāla): ufuk, horison
    candala (caṇḍāla): orang buangan; dari kasta terendah; paria
    cendala
    candi (caṇḍi): gedung peninggalan Hindu-Buddha kuno
    candra (candra): bulan (satelit bumi)
    candramawa
    candrasa
    candrasengkala
    cara (ācāra): kelakuan
    caraka (caraka): duta
    catur (1): sebuah permainan papan
    caturangga
    syatranji
    catur (2): empat
    cedera (chidra): luka
    cela (chala): cacat
    celaka (chalaka): musibah
    cempaka (campaka): nama sebuah bunga (Michelia Champaka)
    cendana (candana): nama sebuah tumbuhan
    cendekia
    cendekiawan
    cendera
    cendrawasih (candra + vāsi): nama burung di Papua
    cengkerama (caṅkrama): bersantai
    cerita (carita): kisah
    ceritera (caritra): kisah
    cerna
    cinta (cintā): kasih
    cintamani
    cita (citta): pikiran
    cipta: inovasi
    citra (citra): gambar
    cuci (śuci): membersihkan
    cuka (cukra): bahan pengasam
    cula (cūlā atau cūḍā): tanduk
    curiga (churikā): mendakwa


    D


    dara (dhara): anak perempuan; anak gadis; perawan.
    dadih: air susu sapi, kerbau, dsb. yang pekat yang kental
    dahaga: haus, perlawanan terhadap pemerintah
    daksina: selatan
    dana: uang
    dasa (daśa): sepuluh
    dasawarsa (daśawarṣa): dekade, sepuluh tahun
    delima: tumbuhan Punica Granatum
    denda (daṇḍa): hukuman
    dendam (daṇḍa mungkin dari bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Tamil): rasa ingin membalas sesuatu yang dialami
    derita (dhṛta): kesengsaraan
    desa (deśa): daerah non-urban; daerah administratif terkecil
    Dewa: Tuhan
    Dewata: sifat kedewaan
    Dewi: dewa perempuan
    Dewayadnya (dewayajña): persembahan atau kurban kepada para Dewata dalam agama Hindu
    dewadaru: kenikir
    dewangga: kain yang bergambar indah
    dewasa: akil balig
    dharma (dharma): kewajiban dan sebagainya
    darma: kewajiban
    derma: sumbangan
    dirgantara (digantara): langit
    dirgahayu (dīrghāyuṣa): panjang umur
    dosa (doṣa): kesalahan
    duli: kehormatan terhadap raja
    dupa: kemenyan yang apabila dibakar berbau harum
    dusta: tidak benar
    duta (dūta): wakil, caraka
    dwi: dua


    E


    eka: satu
    ekabahasa (eka + bhāṣā): monolingual
    ekamatra
    ekasila
    embara (digambara): berkelana
    kembara (Malaysia)
    erti (artha): arti, makna


    G


    gada
    gaharu
    gajah (gaja): suatu hewan besar
    gala
    galuh
    ganda
    gandapura
    gandaria
    gandarusa
    gandasturi
    gandasuli
    gandarwa
    gandewa (gaṇḍīva): busur, terutama busur sang Arjuna
    gandola
    gandi
    Gangga (gaṅgā): sungai di India dan personifikasinya sebagai Dewi Gangga
    gangsa
    gapura
    garba
    Garuda (garuḍa): burung mitologis, wahana Dewa Wisnu
    gatra: baris
    gaya
    gembala
    genta
    gergaji
    gergasi: raksasa
    gerhana
    giri (giri): gunung
    gita: tembang
    goni
    graha (gṛha): rumah, gedung
    griya: di Bali rumah keluarga brahmana
    grahita
    gua
    gula: pemanis
    gulana (glāna): rasa gundah
    gulma
    guna (guṇa): manfaat
    gunawan (guṇa + sufiks vant)
    gurindam pantun yang terdiri dari dua baris,baris pertama sampiran dan baris kedua isi
    guru (guru): pengajar
    gusti: tuhan


    H


    harsa (harṣa): sukacita
    harta (artha): uang, kekayaan material
    hasta: tangan
    hatta (ātha): syahdan, maka (kata penghubung)
    hima: kabut (harafiah salju)
    Himalaya (himâlaya): nama pegunungan di India, secara harafiah artinya "tempat salju"
    hina: rendah


    I


    idam
    indra
    indria
    inggu
    intisari
    irama (virama): ritma
    Isyarat (ishara): signal/sinyal
    istana (āsthāna): tempat tinggal raja. Lihat astana
    istimewa (āstām eva): khusus
    istri (strī): mitra pernikahan wanita


    J


    jaga (jagarti tapi dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Prakerta jaga): bangun
    jagat (jagat): dunia
    jagat raya (dari jagattraya: "tiga dunia"): alam semesta
    jaksa (adhyakṣa): sang penuntut dalam mahkamah pengadilan
    jala (jala): jaring untuk menangkap ikan
    jambu (jambu): semacam pohon dan buahnya
    japa (japa): mantra
    jampi (japa)
    jana: manusia
    janda (raṇḍa): seorang wanita yang tidak memiliki suami lagi
    jantera (yantra): alat yang berputar, roda
    jasa (yaśa): perbuatan terpuji
    jati (jāti): sejenis pohon
    jatmika (adhyātmika): hormat
    jaya: menang
    jebad
    jeladri
    jelata (janatā): rakyat
    jelita (lalita): cantik
    jelma (janma): orang
    jempana (jampana): pelangkin
    jenggala (jaṅgala): gurun
    jenitri (gaṇitrikā): sejenis pohon dan buahnya (elaecorpus ganitrus)
    jiwa (jīva): roh
    juita (jīvita): manis
    jumantara (vyomāntara): langit
    juta (ayuta): 1.000.000
    jutawan: sangat kaya


    K


    kabupaten (dari kata bhūpati): wilayah pemerintahan seorang bupati
    kakawin (dari kata kāvya): sebuah sajak dalam metrum India
    kala (kāla): waktu
    kaka:
    kalpataru (kalpataru): pohon kehidupan, pohon kelimpahan
    kama (kāma): cinta
    Kamajaya (Kāmajaya): nama lain Dewa Smara atau Dewa Cinta
    kanji
    kapas (karpāsa): sejenis bahan
    karena (kāraṇa): sebab
    karma (karma): hasil
    karna (karṇa): telinga
    karunia (kāruṇya): anugerah
    karya (karya): buatan
    kata (katha): satuan kalimat
    kawi (kāvya): penyair
    kecapi (kacchapī): alat musik petik
    keling (Kaliṅga): India bagian selatan
    keluarga (kulavarga): famili
    kemala
    kendala
    kendi (kuṇḍi atau kuṇḍikā): bejana air
    kenya (kanyā): gadis
    kepala (kapāla): bagian tubuh yang teratas
    keranda
    kerja (karya): sesuatu yang diperbuat
    kesatria (kṣatriya): lihat kesatria
    kesturi (kastūrikā): jebat, musang
    kesumba
    ketika
    kirana (kiraṇa): sinar
    kokila: sejenis burung
    kota (kuṭa): benteng, wilayah urban
    koti (koṭi): 100.000
    krama: cara, aturan
    kresnapaksa (kṛṣṇapakṣa): paruh gelap bulan
    krida (krīḍā): tindakan terpuji
    kesatria (kṣatriya): kasta kedua, bangsawan, seorang laskar
    kuasa (dari kata waśa):
    kulasentana (kulasantāna): suku
    kulawangsa (kulavaṃśa): klan
    kunarpa: mayat, bangkai
    kunci (kuñcikā): menutup
    kunta
    kusa
    kusta
    kusuma (kuṣuma): bunga


    L


    laba (labha): untung
    lagu (laghu): nyanyian
    laksa (lakṣa): 10.000
    laksana (lakṣaṇa)
    lengkara
    lingga (liŋga)
    logam
    loka
    lokakarya
    lokananta
    lokapala
    lintas


    M


    madia (madya): tengah
    madya
    madu (madhu): cairan manis produk lebah
    madukara
    maha (mahā): besar
    Maharaja (mahārāja): Kaisar
    mahkota:
    makara:
    mala:
    malapetaka:
    manah:
    mandala:
    mangsa:
    mangsi:
    manik:
    manikam:
    mantra:
    mantri:
    manusayadnya:
    manusia:
    mara:
    marabahaya:
    marga:
    margasatwa:
    Mergastua (Malaysia)
    masa:
    meterai:
    matra:
    maya: semu
    mayapada: bumi
    mega (megha): awan
    melati:
    menteri:
    mercapada:
    merdeka: kebebasan
    mahardika:
    merdu:
    merica:
    merpati:
    mesra:
    mesti:
    mestika:
    mina: ikan
    mintuna:
    mitra: teman,rekan
    moksa (mokṣa): kelepasan dari sengsara
    muda (mūḍha): tidak tua
    muka: wajah
    mula:
    mustika:
    mutiara:


    N


    nada: bunyi
    naga:
    nama (nāma): sebutan atau panggilan
    nara:
    narapati:
    narapidana (narapīḍana)
    nata:
    nawa (sembilan):
    negara: (nagārā )
    negeri: bagian dari negara
    neraca (nârâcî):
    neraka (naraka):
    netra (netra): mata
    nila:
    nirmala:
    nirwana (nirvana): stadium kelepasan jiwa
    niscaya:
    niskala:
    nista:


    O


    ojah


    P


    pada
    padma
    padmi
    padam
    patma
    fatma
    pahala
    paksa
    paksi (pakṣi): burung
    peksi
    paksina
    pala
    panca (pañca): lima
    pancaka
    pancasila (1) (pañcaśīla): lima kaidah falsafah Buddhis
    Pancasila (2) (pañcaśīla): ideologi negara Indonesia
    Pancatantra (pañcatantra): sebuah karya sastra dari India Kuno
    pandai
    pandita
    panitia
    papa
    para
    parameswara
    parameswari
    parisada
    parwa (pūrwa)
    pasca (paścat): setelah
    pataka
    patera
    patih
    pawaka: api
    pawana: angin
    payudara (payodhara): buah dada wanita
    pedanda
    pedati
    pekerti
    pendapa
    pendeta
    penjara
    perada
    perbawa
    percaya (pratyaya)
    perdana
    peribahasa
    peristiwa
    perkara
    permaisuri
    permata
    persada
    pertama
    pertiwi (pṛṭiwi)
    perwara
    petaka
    pidana
    pitayadnya
    prabu
    prahara
    prakarsa (prakarśya)
    prakarya
    prakata
    pramuka (pramukha)
    prameswari (prameśvāri)
    pramugara
    pramugari
    pramuria:wanita nakal
    pramuwisata:pemandu wisata
    pranala (praṇāla): pautan atau tautan di internet
    pranata
    prasangka
    prasarana
    prasasti (praśasti)
    prasetya
    prawacana
    pria (priya)
    pribumi:penduduk asli
    puasa
    puja
    pujangga:penyair
    puji
    penggawaprajurit
    pura (pura)
    purba
    purbakala
    puri
    purnama (pūrṇama)
    purwa
    purwarupa: prototipe
    pusaka
    puspa
    puspadanta
    puspita (puṣpita)
    pustaka
    putra
    putri


    R


    raga (râga):
    rahasia (rahasya)
    raja (rājā)
    rajaberana
    rajah
    rajalela
    rajawali
    raksa
    raksasa
    raksasi
    ramai
    rasa
    rasa
    rasi
    rata
    ratna
    reca
    rela
    remaja
    rencana
    renjana
    resi
    restu
    Rgweda: kitab suci umat Hindu
    rona
    rupa
    Rupiah (rūpya): mata uang Indonesia


    S


    sabda (sabda): kata, firman
    sad (ṣaḍ): enam
    sadaya
    sahaja (sahaja): sederhana
    sahaya (sahāya): hamba
    saka
    sakala
    saksi (sakṣi)
    sakti (śakti): kekuatan supranatural
    sama
    samapta
    samsara (saṃsāra): lahir kembali di dunia, lihat pula sengsara
    samudra (samudra): laut besar
    sandi
    sandiwara
    sanggama (saṃgama): hubungan seksual
    sanggamara
    sangka (śangkha):
    sangkala (śṛngkhalā)
    sangsi (saŋsi)
    Sanskerta (saṃskṛta): bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa yang sempurna
    sanskrit (Malaysia)
    santri (śāstri): seorang pelajar agama Islam, biasa tinggal di sebuah asrama
    pesantren
    santi
    santika
    sapta (tujuh)
    saptadarma
    saptamarga
    sarana
    sari
    sari
    saripati
    sarira
    sarjana (sajjana): seorang akademikus
    sasakala
    sasian
    sastra
    satria
    satru
    satwa
    satyalancana
    satyawacana
    saudara
    sayembara (svayambara): kontes
    seba
    sederhana (sārdhāna): simpel
    sedia
    sediakala
    sedianya
    segala
    segara
    sejahtera
    selesma
    selsema (Malaysia)
    selira
    seloka (śloka): larik puisi
    semadi
    semboyan
    sementara
    sempurna
    semua
    senantiasa
    senapati
    sendawa
    sendi (sandhi): penghubung
    sengketa
    sengsara (saṃsāra): keadaan derita. Lihat pula samsara
    senjata (sajjita): alat perang
    sentosa
    serati
    seraya
    serba
    seribumi
    serigala
    sesira
    setanggi
    seteru (śatru): musuh
    setia (satya): loyal
    siksa
    sila (śīla): asas
    singa (siṃha): semacam kucing raksasa
    singgasana (siṃhâsana): takhta
    sisa
    siswa (siṣya): murid
    sorga (svarga)
    sri
    sridanta
    srikaya
    stupa
    su- (su): baik
    suami
    suara (svara): bunyi
    suasana
    suci (śuci): keramat
    sudah (suddha): telah
    sudamala
    sudara
    sudi
    sudra
    suka
    sukarela
    suklapaksa
    sukma
    sula
    sunyata
    sunyi
    suralaya
    surya
    suryakanta
    susila
    sutra
    sutradara
    swa-
    swakarsa
    swakarya
    swapraja
    swasembada
    swatantra
    swasta


    T


    tabik
    tabe
    tabil
    tala
    tani (tanni):
    tantra:
    taru
    taruna (taruņa):
    teruna (Malaysia)
    tata
    tata acara
    tata surya
    tata bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa
    tata busana
    tata cara
    tata guna
    tata krama
    tata laksana
    tata nama
    tata negara
    tega (tyaga): tidak perduli
    teja
    telaga (taḍâga):
    tembaga (tâmraka):
    tentara
    tepaslira
    terka
    tetapi (tathâpi):
    tirta (tîrtha): air
    tri (tri): tiga
    trimatra
    trimurti
    trisna
    trisula (triśūla): Tiga ujung. Senjata (semacam tombak) dengan tiga mata yang tajam.
    triwikrama
    tuli (tulya):
    tuna (tunna): Kehilangan (tadinya memiliki menjadi tidak) / tidak memiliki.
    tuna netra: buta
    tuna rungu: tuli
    tuna wicara: bisu
    tuna daksa: tidak memiliki tangan dan/atau kaki
    tuna laras: kelainan perilaku
    tuna grahita: kelainan mental
    tuna wisma: tidak memiliki rumah
    tuna karya: pengangguran Tidak memiliki pekerjaan.
    tuna aksara: buta huruf
    tuna susila: tindakan amoral


    U


    udara (udara): zat di atmosfer bumi
    umpama: lihat upama
    unta (uṣṭra): sejenis hewan yang hidup di gurun pasir
    upacara
    upaduta
    upah
    upama: contoh
    upaya (upāya): daya, siasat
    upeti (utpatti): sesuatu yang harus diberikan kepada pembesar, semacam pajak
    ufti (Malaysia)
    urna
    usaha (utsaha)
    usia (yuṣa): umur
    utama (uttama): paling unggul
    utara (uttara): mata angin yang arahnya sebelah kiri terbitnya matahari


    V


    vihara (vihāra): rumah ibadah kaum Buddhis


    W


    wacana (vacana)
    wahana (vāhana): medium, kendaraan
    waisak
    wesak (Malaysia)
    waisya
    walimana (vimāna): burung mitis
    waluh
    -wan (-vant): sebuah imbuhan sufiks yang menyatakan pelaku pria
    -wati (-vatī): sebuah imbuhan sufiks yang menyatakan pelaku wanita
    wana: hutan
    wanara (vaṇara): kera
    wangsa (vaṃśa): dinasti
    wanita (wanitā) : perempuan (terhormat)
    waranggana
    warga: kaum
    warna (varṇa): kelir
    warsa (varṣa): tahun
    warta (vṛtta): berita
    warta berita
    wartawan: jurnalis
    waruna
    waspada
    wati
    weda: kitab suci
    wedana
    werda
    wibawa
    wicara
    widara
    widya: pengetahuan, ilmu atau pembelajaran
    widyakarya
    widyawisata
    wihara
    wijaya
    wiku
    wimana
    windu
    wira
    wiracarita: epos
    wirama
    wiraswasta
    wirawan
    wisata
    wisatawan
    wisaya
    wisma: rumah
    wisuda
    wiwaha (vivāha): pernikahan besar
    wiyaga: burung
    wiyatabhakti
    wredatama


    Y


    Yajurweda (yajurveda): salah satu dari kitab Catur Weda
    yantra (yantra): alat. Lihat pula jentera
    yayasan (berdasarkan yaśa): lembaga. Lihat pula jasa.
    yoga (yoga): bentuk tapa-samadi
    yogi (yogin): seseorang yang beryoga
    yoni (yoni): rahim, vagina, alas lingga
    yogya (yogya): sesuai tatakrama
    yojana (yojana): ukuran, jarak kurang lebih 15 kilometer
    yuda (yuddha): perang


    Bilangan


    Bilangan Sanskerta banyak yang berupa bentuk terikat dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Melayu.

    1 eka-
    2 dwi-
    3 tri-
    4 catur-
    5 panca-
    7. sapta-
    8. asta-
    9. nawa-
    10. dasa-
    10.000. laksa
    100.000. keti
    1.000.000. juta


    Referensi


    (Inggris) Jan Gonda, 1952, Sanskrit in Indonesia, New Delhi: International Academy of Indian Culture.
    (Inggris) Johannes Gijsbertus de Casparis, 1997, Sanskrit loan-words in Indonesian: An annotated check-list of words from Sanskrit in Indonesian and Traditional Malay, Jakarta: Badan Penyelenggara Seri NUSA, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.
    (Indonesia) Professor Dr. Mukunda Madhava Sharma M.A., Ph.D., D. Litt., Kavyatirtha, 1985, Unsur-Unsur bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">Bahasa Sanskerta dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">Bahasa Indonesia. Denpasar: Wyāsa Sanggraha.
    (Inggris) Sir Monier Monier-Williams, 1899, A Sanskrit - English Dictionary. Oxford
    (Indonesia) Edi Sedyawati, Ellya Iswati, Kusparyati Boedhijono, dan Dyah Widjajanti D., 1994, Kosakata bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">Bahasa Sanskerta dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">Bahasa Melayu Masa Kini. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
    (Indonesia) P.J. Zoetmulder, 1995, Kamus Jawa Kuno - Indonesia, Jakarta: Gramedia
    (Indonesia) Sutanto, 1989, Dwidasa = 12, Intisari Mei 1989, Jakarta: Yayasan Intisari
    (Inggris) Malay Words of Sanskrit Origin

Kata Kunci Pencarian: