ras manusia

    Ras manusia GudangMovies21 Rebahinxxi LK21

    Ras (dari bahasa Prancis race, yang sendirinya dari bahasa Latin radix, "akar") adalah suatu sistem klasifikasi yang digunakan untuk mengkategorikan manusia dalam populasi atau kelompok besar dan berbeda melalui ciri fenotipe, asal-usul geografis, tampang jasmani dan kesukuan yang terwarisi. Di awal abad ke-20 istilah ini sering digunakan dalam arti biologis untuk menunjuk populasi manusia yang beraneka ragam dari segi genetik dengan anggota yang memiliki fenotipe (tampang luar) yang sama. Arti "ras" ini masih digunakan dalam antropologi forensik (dalam menganalisis sisa tulang), penelitian biomedis dan kedokteran berdasarkan asal-usul.
    Di samping itu, di Amerika Serikat misalnya, penegak hukum menggunakan istilah "ras" untuk menentukan profil tersangka dan penggambaran kembali tampang para pelaku kriminal berdasarkan informasi visual dari korban. Pada sistem di masyarakat, pengelompokan berdasarkan "ras" mengikuti pola pelapisan sosial, bagi ilmuwan sosial yang meneliti kesenjangan sosial, "ras" dapat menjadi variabel yang berarti. Sebagai faktor sosiologis, kategori "ras" dapat secara terbatas mencerminkan penjelasan yang subjektif, mengenai jati diri dan lembaga sosial.
    Oleh karena itu, paradigma "ras" yang digunakan dalam berbagai disiplin menekan dengan cara yang beraneka pada sifat biologis atau pada segi konstruk sosial.
    Walau para biologis kadang-kadang menggunakan paham "ras" untuk membuat pembedaan antara kumpulan ciri-ciri yang rancu, ilmuwan lain mengajukan wawasan bahwa paham "ras" sering digunakan secara naif atau terlalu sederhana. "Ras" tidak memiliki arti taksonomis untuk manusia: semua manusia adalah anggota dari subspesies hominid yang sama yaitu Homo sapiens sapiens. Paham sosial dan pengelompokan ras berubah dengan waktu, termasuk taksonomi awam
    yang menentukan tipe orang yang bersifat esensialisme berdasarkan ciri-ciri yang terlihat. Para ilmuwan menganggap esensialisme biologis sudah ketinggalan zaman, dan pada umumnya tidak mendukung penjelasan berdasarkan ras untuk pembedaan kelompok, baik dari segi ciri-ciri jasmani maupun kelakuan.
    Saat orang menentukan dan menggunakan satu paham tertentu untuk "ras", mereka menciptakan suatu kenyataan sosial di mana diterapkan suatu kategorisasi sosial tertentu. Oleh sebab itu "ras" dipandang sebagai konstruk sosial. Konstruksi tersebut berkembang dalam berbagai konteks hukum, ekonomi dan sosio-politik, dan boleh jadi lebih merupakan akibat daripada sebab dari kenyataan sosial. Walau banyak ilmuwan berpandangan bahwa "ras" adalah suatu konstruksi sosial, kebanyakan pakar setuju bahwa "ras" memiliki dampak material yang nyata dalam diskriminasi perhunian, proses hukum, praktik politik, pendidikan, dll. Teori Omi dan Winant mengenai pembentukan ras mengatakan bahwa ras adalah suatu konsep yang mengartikan dan melambangkan pertentangan dan kepentingan sosial melalui pengacuan pada tipe jasmani manusia yang berbeda.” Arti dan maksud dari istilah "ras" dihasilkan dan digunakan oleh lembaga sosial melalui pandangan bersifat kebudayaan. Sejak Omi dan Winant, para akademisi telah menyusun dan meninjau kembali maksud "ras" sebagai konstruksi sosial dengan meneliti cara gambaran, paham dan asumsi mengenai "ras" dirumuskan dalam kehidupan sehari-hari. Angela Davis, Ruth Gilmore, dan Imani Perry telah menelusuri hubungan antara paham "ras" dari segi sejarah dan sosial production dalam bahasa hukum dan pidana, dan dampaknya atas kebijakan terhadap orang Hitam di Amerika, dan jumlah mereka dalam penjara yang sudah tidak proporsional lagi.
    Faktor sosio dan ekonomi berakibatkan penderitaan yang sangat besar di dalam kelompok yang telantar. Diskriminasi rasial sering bertepatan dengan pola pikir yang rasis, di mana para individu dan ideologi satu kelompok melihat anggota dari kelompok lain sebagai suatu "ras" tertentu yang lebih rendah secara moral. Alhasil, kelompok yang tidak banyak berkuasa sering terasing atau tertindas, sedangkan individu dan lembaga yang dominan dituduh bersikap rasis. Rasisme mengakibatkan banyak contoh tragedi, termasuk perbudakan dan genosida.
    Sementara ilmuwan Eropa sebagian besar telah meninggalkan klasifikasi rasial, konsep tersebut menjadi arus utama oleh ilmuwan non-Eropa. Baru-baru ini, beberapa penelitian pada tahun 2019 dan 2020 dari "Central South University" (CSU; 中南 大学), telah menyajikan bukti kuat untuk asal muasal multiregional manusia. Bukti genetik menunjukkan bahwa populasi terkait Asia Timur (orang Asia Timur, orang Siberia, orang Asia Tengah, orang Asia Tenggara, orang Polinesia, dan orang Amerika Pribumi) secara genetik berbeda dari orang Eropa atau Afrika. Mereka selanjutnya menyarankan bahwa bukti ini bertentangan dengan migrasi keluar dari Afrika. Mereka menyimpulkan bahwa populasi terkait Asia Timur (juga dikenal sebagai ras Mongoloid) berasal dari suatu tempat di Asia Timur (Tiongkok selatan).
    Rata-rata jarak genetik Fst antara populasi manusia adalah sekitar 0,125. Lewontin berargumen bahwa ini mewakili variasi ras yang kecil. Harpending, di sisi lain, berargumen bahwa jarak tersebut mengimplikasikan hubungan kekerabatan antara individu dari populasi yang sama setara dengan hubungan kekerabatan antara saudara tiri dalam populasi yang kawin secara acak, dan bahwa seseorang dari populasi tertentu secara genetik lebih dekat dengan individu yang tidak terkait dari populasi yang sama daripada dengan saudara tiri dari ras campuran.


    Paham modern pertama tentang "ras"



    Boleh jadi kelompok manusia dari dulu selalu menentukan diri sendiri sebagai berbeda dari kelompok lain. Namun, perbedaan tersebut belum tentu selalu dipandang sebagai sesuatu yang alami, tak terubahkan dan menyeluruh. Pandang seperti ini merupakan ciri-ciri khas paham "ras" yang digunakan pada masa kini.
    Pada awalnya, kata "ras" dipakai untuk menunjuk suatu bangsa atau kelompok etnis. Marco Polo misalnya, dalam bukunya yang ditulis pada abad ke-13, menguraikan "ras Persia". Paham "ras" masa kini baru muncul pada abad ke-17.
    Paham Eropa tentang "ras", sejalan dengan sejumlah paham yang sekarang dikaitkan dengan istilah tersebut, muncul pada saat revolusi ilmiah, di mana penelitian alam dimulai dan diutamakan, dan masa imperialisme dan kolonialisme Eropa yang menciptakan hubungan politik antara orang Eropa dan bangsa yang memiliki tradisi kebudayaan dan politik yang berbeda. Dengan bertemunya orang Eropa dengan bangsa dari berbagai bagian dunia, mereka membahas perbedaan jasmani, sosial, dan kebudayaan di antara berbagai kelompok manusia. Munculnya perniagaan budak di Atlantik, yang secara berangsur menggantikan perniagaan budak yang lebih lama di seluruh dunia, makin mendorong untuk mengkategorikan kelompok manusia demi membenarkan ditundukkannya budak asal Afrika. Dengan mengacu kepada sumber Klasik mereka dan hubungan antar bangsa Eropa sendiri — misalnya, permusuhan bebuyutan antara Inggris dan Prancis sangat berpengaruh atas pemikiran Eropa awal mengenai perbedaan antar bangsa — orang Eropa mulai mengotakkan mereka sendiri dan bangsa lain dalam kelompok berdasarkan tampang jasmani, dan melekatkan pada individu dalam kelompok tersebut, perilaku dan kemampuan yang dianggap mengakar dalam-dalam. Berkembanlah sejumlah kepercayaan yang mengaitkan perbedaan jasmani antar kelompok yang terwarisi, dengan sifat intelektual, perilaku, dan moral yang juga dikira terwarisi. Paham serupa ditemukan pada kebudayaan lain, misalnya di Tiongkok, di mana suatu konsep yang diterjemahkan dengan istilah "ras" dikaitkan dengan yang dipercayai adalah keturunan bersama dari Kaisar Kuning, dan digunakan untuk menegaskan kesatuan para kelompok etnis di Tiongkok China. Pertikaian penuh kekerasan antar kelompok etnis sempat terjadi di sepanjang sejarah dan di seluruh dunia.
    Klasifikasi pasca-klasik yang pertama manusia dalam "ras" diketahui adalah Nouvelle division de la terre par les différents espèces ou races qui l'habitent ("Pembagian baru Bumi oleh spesies atau ras yang menghuninya") oleh François Bernier dari Prancis, yang diterbitkan tahun 1684. Pada abad ke-18, perbedaan antara kelompok manusia menjadi bahan penyelidikan ilmiah. Namun klasifikasi ilmiah mengenai variasi fenotipe sering disertai gagasan rasis mengenai kemampuan yang dianggap melekat pada berbagai kelompok, yang selalu memberi ciri-ciri yang paling bagus kepada orang Eropa atau orang Kulit putih, dan memperingkatkan "ras" lain dalam suatu kontinuum ciri-ciri yang secara berangsur menjadi kurang bagus. Klasifikasi Carolus Linnaeus, pencipta taksonomi zoologis, tahun 1755 membagi ras manusia Homo Sapiens dalam varietas "Europaeus", "Asiaticus", "Americanus" dan "Afer", yang masing-masing dikaitkan dengan watak yang berbeda: "sanguine", "melancolis", "choleric" dan "bilious". Homo Sapiens Europeaus dikatakan aktif, cerdas dan petualang, sedangkan Homo Sapiens Afer dikatakan licik, pemalas dan sembrono.
    Dalam bukunya berjudul The Natural Varieties of Mankind, Johann Friedrich Blumenbach yang diterbitkan tahun 1775 mengajukan lima kelompok besar: "ras Kaukasoid", "ras Mongoloid", "ras Etiopia" (yang kemudian dinamakan "ras Negroid"), "ras Indian" dan "ras Melayu", namun dia tidak mengusulkan peringkatan apa pun antara para ras.
    Dari abad ke-17 sampai 19, pelemburan kepercayaan orang awam mengenai perbedaan antar kelompok, dengan penjelasan ilmiah mengenai perbedaan ini, menghasilkan apa yang oleh salah satu pakar disebut "ideologi tentang ras". Menurut ideologi ini, ras adalah mendasar, alami, lestari dan terpisah. Di Amerika Serikat, teori ras Thomas Jefferson berpengaruh. Dia melihat orang Afrika lebih rendah daripada orang Kulit putih, khususnya dari segi kecerdasan, dan memiliki nafsu seks yang kelebihan, tetapi menganggap orang Indian setara dengan orang Kulit putih.
    Di dua dasawarsa terakhir abad ke-18poligenisme, yaitu kepercayaan bahwa "ras" yang berbeda telah berkembang secara terpisah di setiap benua dan tidak memiliki moyang yang sama, diajukan di Inggris oleh sejarawan Edward Long dan anatomis Charles White, di Jerman oleh etnograf Christoph Meiners dan Georg Forster, di Prancis oleh Julien Virey dan di Amerika Serikat oleh Samuel Morton, Josiah Nott dan Louis Agassiz. Poligenisme popular dan paling menyebar pada abad ke-19, dan memuncak dengan didirikannya Anthropological Society of London selama American civil war, bertentangan denga Ethnological Society of London yang anti-perbudakan.


    Perdebatan kini




    = Model evolusi manusia

    =

    Dalam suatu artikel pada tahun 1995, Leonard Lieberman dan Fatimah Jackson menyatakan bahwa dukungan baru mana pun untuk suatu paham biologis tentang "ras" kemungkinan besar akan datang dari penelitian tentang evolusi manusia. Menurut mereka, pertanyaannya adalah mengenai akibat model evolusi manusia yang ada sekarang atas paham "ras" yang berdasarkan biologi.
    Saat ini semua manusia diklasifikasi sebagai anggota dari spesies Homo sapiens dan subspesies Homo sapiens sapiens. Namun manusia bukan spesies homininae pertama. Spesies pertama dari genus Homo adalah Homo habilis, yang diperkirakan muncul di Afrika Timur paling sedikit 2 juta tahun lalu. Anggota dari spesies ini menghuni berbagai bagian Afrika dalam waktu yang agak singkat. Homo erectus diteorikan berkembang lebih dari 1,8 juta tahun silam, dan sekitar 1,5 juta tahun silam bersebar di Eropa dan Asia. Hampir semua antropolog fisik setuju bahwa Homo sapiens berkembang dari Homo erectus Afrika ((sensu lato) atauHomo ergaster).
    Kebanyakan antropolog berpikir bahwa Homo sapiens berkembang di Afrika Timur, dan kemudian bermigrasi keluar dari Afrika, menggantikan populasi H. erectus di Eropa dan Asia (model "asal-usul manusia modern dari Afrika). Recent Human evolutionary genetics ( Jobling, Hurles and Tyler-Smith, 2004) support this “Out of Africa” model, however the recent sequencing of the Neanderthal and Denisovan genomes shows some admixture
    Baru-baru ini, beberapa penelitian pada tahun 2019 dan 2020 dari "Central South University" (CSU; 中南 大学), telah menyajikan bukti kuat untuk asal muasal multiregional manusia. Bukti genetik menunjukkan bahwa populasi terkait Asia Timur (orang Asia Timur, orang Siberia, orang Asia Tengah, orang Asia Tenggara, orang Polinesia, dan orang Amerika Pribumi) secara genetik berbeda dari orang Eropa atau Afrika. Mereka selanjutnya menyarankan bahwa bukti ini bertentangan dengan migrasi keluar dari Afrika. Mereka menyimpulkan bahwa populasi terkait Asia Timur (juga dikenal sebagai ras Mongoloid) berasal dari suatu tempat di Asia Timur (Tiongkok selatan).


    = Ringkasan berbagai definisi biologis untuk "ras"

    =


    = "Ras" sebagai konstruksi sosial

    =

    Para antropolog dan ilmuwan evolusi lain sudah beralih dari istilah "ras" ke istilah "populasi" untuk membahas perbedaan genetika. Para sejarawan, antropolog kebudayaan dan ilmuwan sosial memahamkan kembali istilah "ras" sebagai kategori kebudayaan atau konstruksi sosial, suatu cara tertentu orang bicara tentang mereka sendiri dan tentang orang lain.
    Banyak ilmuwan sosial sudah menggantikan istilah "ras" dengan kata "kelompok etnik" untuk menunjuk kelompok yang mengidentifikasi diri sendiri berdasarkan kepercayan mereka mengenai kebudayaan, asal-usul dan sejarah bersama. Selain masalah empiris dan konseptual yang dibawa paham "ras," setelah Perang Dunia Kedua, para ilmuwan di bidang evolusi dan sosial sangat menyadari betapa kepercayaan mengenai "ras" diperalat untuk membenarkan diskriminasi, apartheid, perbudakan dan genosid. Pertanyaan ini bertambah ramai pada tahun 1960-an dengan gerakan hak sipil di Amerika Serikat dan munculnya banyak gerakan anti-kolonial di seluruh dunia. Para ilmuwan akhirnya mulai berpikir bahwa "ras" adalah suatu konstruksi sosial, suatu paham yang orang percaya adalah suatu kenyataan obyectif tetapi sebetulnya mendapat kepercayaan karena fungsi sosialnya.
    Tahun 2000, Craig Venter dan Francis Collins dari National Institute of Health (lembaga kesehatan nasional) fi Amerika Serikat mengumumkan bersama suatu pemetaan dari genom manusia. Setelah meneliti data dari pemetaan genom tersebut, Venter melihat bahwa walau besaran variasi genetik dalam spesies manusia adalah sekitar 1–3% (yaitu lebih dari 1% yang diperkirakan semula), tipe variasi tersebut tidak mendukung paham "ras" dalam arti genetik. Venter mengatakan bahwa "Ras adalah suatu konsep sosial. Buka konsep ilmiah. Tidak ada garis yang jelas (yang akan muncul), seandainya kita membandingkan semua genom bersekuensi dari semua orang di atas planet ini." "Bila kita coba menerapkan ilmu untuk mencoba menyusun perbedaan sosial tersebut, runtuh semuanya."
    Stephan Palmié menegaskan bahwa "ras" "bukan suatu benda tetapi suatu hubungan sosial"; atau, dengan kataKatya Gibel Mevorach, "suatu metonim," "suatu karangan manusia yang kriteria pembedaannya tidak universal dan tidak tetap, tetapi selalu digunakan untuk mengatur perbedaan." Dengan demikian, penggunaan kata "ras" sendiri perlu dianalisis. Lebih dari itu, Palmié dan Mevorach mengatakan bahwa biologi tidak akan dapat menjelaskan mengapa atau bagaimana orang menggunakan paham "ras". Yang akan menjelaskannyua adalah sejarah dan tatanan sosial.


    Catatan




    Lihat pula


    Asal-usul manusia modern dari Afrika
    Asal-usul multiregional manusia modern
    Sejarah pemikiran evolusi
    Luigi Luca Cavalli-Sforza
    Jared Diamond
    Stephen Oppenheimer
    Ras masa depan


    Perpustakaan




    Pranala luar


    (Inggris) US Human Genome Project on "Issues of Race"
    (Inggris) Is Race "Real"? - forum organized by the Social Science Research Council, includes a March 2005 op-ed article by A.M. Leroi from the New York Times advocating biological conceptiosn of race and responses from scholars in a variety of fields.
    (Inggris) Steven and Hilary Rose, The Guardian, "Why we should give up on race", 9 April 2005
    (Inggris) Times Online, "Gene tests prove that we are all the same under the skin", 27 October 2004.
    (Inggris) Catchpenny mysteries of ancient Egypt, "What race were the ancient Egyptians?", Larry Orcutt.
    (Inggris) Judy Skatssoon, "New twist on out-of-Africa theory", ABC Science Online, Wednesday, 14 July 2004.
    (Inggris) Michael J. Bamshad, Steve E. Olson "Does Race Exist?", Scientific American, December 2003
    (Inggris) OMB Statistical Directive 15, "Standards for Maintaining, Collecting, and Presenting Federal Data on Race and Ethnicity" Diarsipkan 2003-10-04 di Wayback Machine., Federal Register, 30 October 1997.
    (Inggris) Sandra Soo-Jin Lee, Joanna Mountain, and Barbara A. Koenig, "The Reification of Race in Health Research"
    (Inggris) Michael Root, "The Use of Race in Medicine as a Proxy for Genetic Differences"
    (Inggris) Richard Dawkins: Race and creation Diarsipkan 2005-02-21 di Wayback Machine. (extract from The Ancestor's Tale: A Pilgrimage to the Dawn of Life) - On race, its usage and a theory of how it evolved. (Prospect Magazine Diarsipkan 2018-10-04 di Wayback Machine. October 2004) (see also longer extract here)
    (Inggris) Racial & Ethnic Distribution of ABO Blood Types - bloodbook.com

Kata Kunci Pencarian: ras manusia

ras manusiaras manusia di duniaras manusia adalahras manusia yang berada dan hidup di papua maluku dan nusa tenggara timur adalahras manusia di indonesiaras manusia purbaras manusia purba yang telah hidup pada zaman pleistosen adalahras manusia ada beraparas manusia purba di indonesiaras manusia setengah hewan