Sakoku GudangMovies21 Rebahinxxi LK21

    Sakoku (鎖国code: ja is deprecated , harfiah: negara terkunci / negara terrantai) adalah kebijakan luar negeri Jepang, yang mengatur bahwa orang asing yang tidak diizinkan memasuki Jepang maupun warga Jepang tidak diizinkan meninggalkan Jepang, dengan ancaman hukuman mati. Kebijakan tersebut ditetapkan ketika Keshogunan Tokugawa berada di bawah pimpinan Tokugawa Iemitsu, melalui sejumlah dekret dan kebijakan yang dikeluarkan pada periode 1633-1639. Kebijakan tersebut tetap berlaku sampai dengan kedatangan Komodor Matthew Perry tahun 1853 dan pembukaan Jepang. Namun, warga Jepang masih dilarang meninggalkan Jepang sehingga berlakunya Restorasi Meiji (1868).
    Istilah Sakoku berasal dari karya sastra Sakoku-ron (鎖国論code: ja is deprecated ), yang ditulis oleh Shitsuki Tadao pada tahun 1801. Shitsuki meciptakan kata tersebut ketika sedang menerjemahkan karya-karya Engelbert Kaempfer, pengelana Jerman abad ke-17, yang bercerita mengenai Jepang. Istilah yang paling sering digunakan saat ini untuk merujuk kebijakan ini adalah kaikin (海禁code: ja is deprecated , pembatasan laut).
    Di bawah kebijakan sakoku, Jepang sesungguhnya jauh dari keadaan benar-benar terisolasi. Sebaliknya, kebijakan ini adalah suatu sistem di mana peraturan-peraturan ketat diterapkan untuk perdagangan dan hubungan luar negeri oleh keshogunan, dan oleh domain-domain feodal tertentu (han) lainnya.
    Kebijakan ini menetapkan bahwa satu-satunya pengaruh Eropa yang diizinkan masuk adalah pabrik (kantor dagang) Belanda di Dejima, Nagasaki. Demikian pula perdagangan dengan Tiongkok juga ditangani di Nagasaki, dan perdagangan ini sangat penting bagi Jepang. Selain itu, perdagangan dengan Korea dilakukan melalui domain Tsushima (sekarang bagian dari Prefektur Nagasaki), dengan Ainu melalui domain Matsumae di Hokkaido, dan dengan Kerajaan Ryūkyū melalui domain Satsuma (pada masa kini Prefektur Kagoshima). Selain melakukan hubungan komersial langsung dengan provinsi-provinsi di perbatasan, semua bangsa-bangsa yang diizinkan berdagang tersebut mengirimkan utusan pembawa upeti secara teratur untuk pusat keshogunan di Edo. Di saat para utusan sedang menempuh perjalanan melintasi Jepang, warga Jepang pun sekilas dapat melihat kebudayaan bangsa-bangsa asing tersebut.


    Perdagangan di bawah kebijakan sakoku


    Pada masa ini, Jepang melakukan perdagangan dengan lima entitas, melalui empat "gerbang". Melalui domain klan Matsumae di Hokkaidō, perdagangan dengan orang Ainu. Melalui klan Sō domain Tsushima, menjalin relasi dengan Dinasti Joseon Korea. VOC diizinkan untuk melakukan perdagangan di Nagasaki, bersama-sama dengan para pedagang Tiongkok swasta, yang juga berdagang dengan Kerajaan Ryūkyū. Ryūkyū, sebuah kerajaan semi-independen yang hampir sepanjang periode Edo dikendalikan oleh klan Shimazu domain Satsuma. Dengan demikian, perdagangan Jepang pada saat itu terbagi menjadi dua kelompok: Kelompok A perdagangan dengan Tiongkok dan Belanda, "yang hubungan relasinya di bawah yurisdiksi langsing Bakufu di Nagasaki" dan kelompok B, diwakili oleh Korea dan Kerajaan Ryūkyū, "yang berhubungan dengan Tsushima (klan Sō) dan Satsuma (klan Shimazu)".
    Dua kelompok perdagangan yang berbeda ini pada dasarnya mencerminkan pola perdagangan masuk dan keluar. Perdagangan keluar dari Jepang ke Korea dan Kerajaan Ryūkyū, yang pada akhirnya dari kedua tempat itu dibawa ke Tiongkok. Di Kepulauan Ryūkyū dan Korea, klan-klan yang terkait membangun kota-kota perdagangan di luar wilayah teritorial Jepang—tempat perdagangan yang sebenarnya terjadi. Perdagangan dengan pedagang-pedagang Tiongkok dan Belanda dilakukan di sebuah pulau bernama Dejima, yang terpisah dari Nagasaki oleh sebuah selat kecil; orang asing tidak dapat memasuki Jepang dari Dejima, dan sebaliknya orang Jepang tidak dapat memasuki Dejima, tanpa izin khusus dari pihak yang berwenang.


    Referensi




    Bacaan lanjutan


    Hall, John Wesley. (1955) Tanuma Okitsugu: Foreruner of Modern Japan. Cambridge: Harvard University Press.


    Pranala luar


    Ahli Numismatik di Armada Komodor Perry (1853-54) Diarsipkan 2016-04-08 di Wayback Machine.

Kata Kunci Pencarian:

sakoku adalahsakoku decreesakoku jepang adalahsakoku artinyasakoku japansakoku teisakoku tahun berapasakoku edictsakoku seikakusakoku policy date
Sakoku Facts for Kids

Sakoku Facts for Kids

Sakoku (Oyatsu3Ji ) | Danbooru

Sakoku (Oyatsu3Ji ) | Danbooru

Sakoku – japangie

Sakoku – japangie

Sakoku – japangie

Sakoku – japangie

Sakoku – japangie

Sakoku – japangie

Foreign Policy, Japan, History, Videos, Pictures, Movie Posters, Photos ...

Foreign Policy, Japan, History, Videos, Pictures, Movie Posters, Photos ...

SAKOKU by peterpicture on DeviantArt

SAKOKU by peterpicture on DeviantArt

The Sakoku Edict: Why did Japan Isolate Herself for over 200 Years ...

The Sakoku Edict: Why did Japan Isolate Herself for over 200 Years ...

Why did Japan close its doors? Understanding the Sakoku Period ...

Why did Japan close its doors? Understanding the Sakoku Period ...

Sakoku Japan | Online Museum

Sakoku Japan | Online Museum

Japanese Culture: Sakoku | Just Anime Forum

Japanese Culture: Sakoku | Just Anime Forum

No Title

No Title

Search Results

sakoku

Daftar Isi

Sakoku - Wikipedia

Sakoku (鎖国 / 鎖國, "chained country") is the most common name for the isolationist foreign policy of the Japanese Tokugawa shogunate under which, during the Edo period (from 1603 to 1868), relations and trade between Japan and other countries were severely limited, and almost all foreign nationals were banned from entering Japan, while ...

Sakoku | Japan, Edict, History, Facts, & Isolation | Britannica

sakoku, a Japanese policy consisting of a series of directives implemented over several years during the Edo period (also known as the Tokugawa period; 1603–1867) that enforced self-isolation from foreign powers in the early 17th century.

The Sakoku Edict: Why did Japan Isolate Herself for over 200 …

Sep 7, 2022 · The Sakoku Edict came to an abrupt end in 1852 when the US Navy, led by Commodore Mattew Calbraith Perry essentially forced Japan to reopen its market. Japan subsequently signed a Treaty of Peace and Amity with the United States.

Why did Japan close its doors? Understanding the Sakoku Period

To truly understand the era of Japan's self-imposed isolation, it's essential to dive into the historical context that set the stage for this dramatic shift. The period preceding Sakoku, known as the Sengoku, or "Warring States" period (1467-1615), was characterized by incessant feudal warfare, political instability, and social unrest.

Sakoku - Simple English Wikipedia, the free encyclopedia

Sakoku (Japanese: 鎖国, literally "country in chains" or "lock up of country") [1] was the foreign policy of Japan under which no foreigner or Japanese could enter or leave the country on penalty of death.

Sakoku Edict of 1635 - Wikipedia

The Sakoku Edict (Sakoku-rei, 鎖国令) of 1635 was a Japanese decree intended to eliminate foreign influence, enforced by strict government rules and regulations to impose these ideas.

Japan’s Sakoku Policy: Isolation and Cultural Preservation

Jun 13, 2024 · The Sakoku policy, Japan’s period of isolation from 1639 to 1853, was a defining chapter in the nation’s history. Enforced by the Tokugawa shogunate, this policy aimed to maintain political stability, control foreign influence, and preserve Japanese culture and traditions.

Sakoku: 220 years of self isolation | InsideJapan Tours

Apr 24, 2020 · The policy of seclusion or ‘Sakoku’ (鎖国 lit. Chained/locked country) was enacted by the Tokugawa Shogun, Iemitsu from 1633 and meant that most Japanese could n’ t leave, and foreigners couldn’t enter Japan (without the approval of the authorities) under – the threat and the threat of execution.

Sakoku: The Isolation of Japan - History Here and now

Nov 20, 2020 · Defined in Japanese as ‘closed country’, sakoku outlined isolationist policies dictating who could leave or enter the Japanese islands and control where they operated.

Tales of a Closed Country: Part 1 - The Japan Times

Nov 24, 2023 · Japan was sakoku, a “closed country”: few foreigners in, no Japanese out, on pain of death. The background is convoluted but boils down to this: The first Christian missionaries arrived in 1549....