Abortus pada sapi adalah ketidakmampuan fetus
sapi untuk bertahan hidup sebelum waktunya dilahirkan, namun proses pembentukan organ
pada fetus tersebut telah selesai.
Jika kebuntingan berakhir sebelum terjadinya organogenesis, prosesnya dinamakan kematian embrio dini. Jika fetus mati sesaat setelah dilahirkan, prosesnya dinamakan kelahiran mati. Kebuntingan
pada sapi terjadi selama 9 bulan.
Abortus yang terjadi sebelum bulan kelima masa kebuntingan tidak disertai dengan retensi plasenta, tetapi
Abortus yang terjadi sesudah bulan kelima sering disertai dengan retensi plasenta.
Faktor penyebab
Klasifikasi
Abortus berdasarkan penyebabnya dibagi dua yaitu
Abortus yang diakibatkan oleh faktor infeksius dan non infeksius. Kejadian
Abortus yang berkaitan dengan genetik
sapi sampai saat ini tidak diketahui. Faktor non infeksius yang dapat mengakibatkan
Abortus di antaranya defisiensi vitamin A dan E, selenium dan zat besi. Selain itu, stres panas juga dapat menyebabkan hipotensi, hipoksia dan asidosis fetus. Temperatur induk yang tinggi
pada kondisi demam lebih memengaruhi fetus dibandingkan suhu lingkungan yang tinggi. Faktor lainnya adalah trauma dan toksin. Beberapa toksin yang dapat mengakibatkan aborsi di antaranya adalah toksin dari Ponderosa pine needles, Astragalus sp., dan Gutierrezia microcephala. Mikotoksin yang bersifat estrogenik juga dapat mengakibatkan
Abortus.
Abortus yang bersifat infeksius dapat dibedakan berdasarkan agen penyebabnya,
pada sapi penyebabnya yaitu:
Bakteri di antaranya Bruselosis yang disebabkan oleh Brucella
Abortus, Leptospirosis yang disebabkan oleh Spirochaeta, Vibriosis yang disebabkan oleh Vibrio foetus veneralis.
Virus di antaranya: Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR), Epizootic Bovine Abortion (EBA), Bovine Viral Diarrhea (BVD)
Jamur di antaranya: Aspergillus spp.
Protozoa di antaranya: Trichomoniasis yang disebabkan oleh Trichomonas foetus.
Hampir semua
Abortus mikotik
pada sapi disebabkan oleh dua kelompok jamur. Sekitar 60 sampai 80 persen disebabkan oleh Aspergillus spp dan kebanyakan adalah Aspergillus fumigatus. Jenis Mucorales bertanggung jawab atas keguguran mikotik selebihnya. Kejadian
Abortus mikotik bervariasi dari 0,5 sampai 16 persen dari semua
Abortus pada sapi
Aspergillus terdapat di mana-mana dan umumnya bersifat saprofit. Jamur memasuki tubuh hewan melalui pernapasan dan makanan. Spora jamur kemudian dibawa ke plasenta melalui aliran darah dari laesio lain
pada saluran pencernaan. Hasil penularan ini secara gradual menyebabkan plasentitis, hambatan pemberian makanan
pada saluran fetus, kematian fetus dan
Abortus dalam waktu beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian. Kebanyakan
Abortus terjadi
pada bulan kelima sampai ketujuh masa kebuntingan, tetapi dapat berlangsung dari bulan keempat sampai waktu partus. Fetus umumnya dikeluarkan dalam keadaan mati, tetapi
pada beberapa kasus terjadi kelahiran prematur atau fetus lahir
pada waktunya dalam keadaan hidup tapi lemah dan mati segera sesudah lahir.
Abortus dapat menyebabkan kerusakan selaput fetus, endometrium, retensio plasenta dan ketidaksuburan sesudah
Abortus. Secara ekonomi,
Abortus merupakan salah satu masalah besar bagi peternak karena kehilangan fetus dan dapat juga diikuti dengan penyakit
pada rahim serta ketidaksuburan untuk waktu yang lama. Apabila
Abortus disebabkan oleh faktor infeksius, maka hal tersebut dapat mengancam kesehatan semua
sapi betina di dalam kelompoknya.
Gejala klinis
Gejala klinis dari
Abortus yaitu fetus lahir prematur,
pada saat lahir lemah dan kemudian mati atau fetus sudah mati di dalam rahim.
pada kebanyakan kasus
Abortus fetus mati di dalam uterus dan dikeluarkan dalam waktu 24-72 jam di mana telah terjadi autolisis.
Diagnosa
Diagnosis harus memperhatikan riwayat penyakit, gejala klinis dan sebaginya disertai diagnosis penunjang, misalnya pemeriksaan laboratorium.
pada Abortus akibat Brucellosis, diagnosis dapat dilakukan dengan menggunakan Milk Ring Test (MRT) kemudian dilakukan isolasi B.
Abortus (uji bakteriologis). Dugaan adanya infeksi bakteri
pada sapi perah juga dapat diketahui dari Somatic Cell Count (SCC)
Milk Ring Test merupakan suatu uji yang cukup sensitif dan spesifik yang dapat digunakan sebagai uji saring (screening test) Brucellosis
pada kelompok hewan ternak. Brucella
Abortus dapat diisolasi dari cairan uterus, jaringan uterus, cairan vagina, susu, darah, kelenjar limfa, plasenta fetus, paru-paru fetus dan isi perut fetus yang diabortuskan. Somatic Cell Count telah banyak digunakan sebagai pemeriksaan rutin
pada susu untuk mengetahui lebih dini adanya infeksi bakteri
pada sapi perah.
Penanganan
Abortus perlu ditangani berdasarkan penyebabnya. Jika penyebabnya adalah infeksi, misalnya oleh bakteri Brucella
Abortus maka penanganan yang dapat dilakukan yaitu:
Peningkatan sanitasi
Vaksinasi strain 19 saat
sapi berumur 3-7 bulun, strain 45/20 saat terhadap semua ternak
Pemberian antiseptik dan antibiotika
pada hewan yang sakit
Penyingkiran reaktor (
sapi terinfeksi sebagai sumber infeksi)
Isolasi dan pemotongan
sapi yang terinfeksi
Penggugguran fetus dan plasenta lalu dibakar dan dikubur
Karantina, pemeriksaan dan pengujian hewan baru.
Referensi
Lihat pula
Retensi plasenta
Gugur kandungan