Abraham Couperus (20 September 1752 – 12 Juli 1813) adalah pedagang Belanda yang kemudian menjadi gubernur Malaka Belanda.
Nama ayahnya sama dengan dirinya, dan bekerja sebagai schepen (anggota dewan kota di Belanda) di Leeuwarden. Sang ayah menikah 2 kali dan
Abraham adalah anak bungsu dari 8 bersaudara. Pada tahun 1772, ia bertolak ke Amsterdam, 3 atau 4 tahun kemudian ia bertolak ke Batavia (sekarang Jakarta). Pada tahun 1778, ia tiba di Malaka sebagai juru bayar dan kepala perizinan VOC.
Pada tanggal 29 Juli 1781,
Couperus menikah dengan wanita berdarah Belanda-Kristang Catharina Johanna Koek yang telah menjanda, dan dikaruniai seorang puteri, Gesina (1784-1823) dan seorang putera, Petrus Theodorus (1787-1823), lalu disusul 3 puteri dan seorang putera yang akhirnya mati muda.
Pada tahun 1786, saudaranya Mollerus, pendeta di Wons, Wier dan Parrega tiba di Malaka. Pada bulan April 1788,
Couperus yang pedagang senior ini diangkat sebagai gubernur Malaka.
Pada tanggal 15 Agustus 1795, muncullah iringan-iringan armada Inggris yang terdiri atas 15 kapal perang dan 3.500 anak buah kapal. Komandannya Sir Henry Newcome melepas keberangkatan May. MacDonald untuk menyampaikan 2 buah surat. Yang pertama adalah Surat Kew yang ditandangani oleh Stadhouder Willem V yang telah melarikan diri ke Inggris yang berisi permohonan kepada komandan koloni untuk menerima pasukan Inggris agar dapat terlindung dari penjajahan Prancis. Yang kedua berasal dari Lord Robert Hobart, Gubernur Madras. Secara eksplisit dikatakan bahwa Inggris ingin mengambil alih koloni: sebaiknya dengan cara damai tetapi bila perlu bisa juga secara kekerasan.
Setelah perundingan yang berlangsung alot dan hampir menimbulkan perang,
Couperus menyerahkan Malaka kepada Inggris pada bulan Desember, yang kemudian – yang salah menurut D.K. Bassett –
Couperus dituduh melakukan pengkhianatan tingkat tinggi. Inggris melelang semua inventaris (termasuk candu) di pasar, dan menjualnya dengan harga banting sehingga banyak bisnis yang hancur.
Inggris menjadikan
Abraham Couperus beserta keluarga dan perwiranya sebagai tawanan perang di Trankebar, sebuah daerah di Pantai Koromandel (kini di India). Pada tahun 1807, Inggris mengizinkan mereka pergi dan pasangan
Couperus-Koek pindah ke Batavia. Pada tahun 1811,
Couperus ditunjuk ke Dewan Hindia, dan pada tahun 1812 ke Pengadilan Negeri Surabaya. Lama ia tak menduduki jabatan itu, sampai akhirnya keburu meninggal pada tahun 1813. Catharina Koek kemudian pindah ke Buitenzorg (kini Bogor).
Abraham Couperus dan Catharina Johanna Koek dianggap sebagai leluhur keluarga
Couperus cabang Hindia(-Belanda). Putera mereka Petrus adalah kakek Louis Marie Anne
Couperus, seorang pengarang terkenal. Puteri mereka Gesina menikah dengan Jan Samuel Timmerman Thijssen, yang berasal dari keluarga pemilik perkebunan.
Rujukan
Pranala luar
http://www.inghist.nl/Onderzoek/Projecten/DVN/lemmata/data/Koek