Bahasa Ithkuil atau yang juga disebut sebagai
Ithkuil saja (
Bahasa Ithkuil: Iţkuîl; /ɪθˈkʊ.il/) merupakan sebuah buatan eksperimental yang diciptakan oleh John Quijada.
Bahasa ini dirancang agar penutur dapat melontarkan kognisi dan suatu hal yang ada dibenak penutur dengan lebih mudah, tetapi tetap singkat dan jelas.
Bahasa ini merupakan gabungan dari
Bahasa filosofis a priori dengan
Bahasa logikal.
Bahasa ini menekankan pengurangan ketaksaan semantik dan ketidakjelasan yang seringkali dijumpai pada
Bahasa alami.
Bahasa Ithkuil dikenal atas kerumitan tata
Bahasa yang dimilikinya dan kotak fonem yang luas. Quijada menyatakan bahwa dia tidak menciptakan
Ithkuil sebagai
Bahasa pengantar ataupun menjadi media penuturan sehari-hari. Dia menginginkan agar
Bahasa tersebut digunakan pada bidang yang lebih sesuai, sebuah bidang yang memerlukan pemikiran lebih lanjut mengenai suatu hal, seperti: filosofi, kesenian, politik, dsb.
Ungkapan ataupun kalimat dengan makna yang cukup jelas dalam
Bahasa Ithkuil biasanya dapat diungkapkan dengan menggunakan unit linguistik yang lebih sedikit daripada
Bahasa alami. Misalnya, kalimat "Tram-mļöi hhâsmařpţuktôx" yang hanya terdiri dari 2 kata, dapat bermakna "Setelah[ku] pertimbangkan, saya rasa barisan pengunungan berbatu ternyata dapat terkikis pada satu waktu." Quijada bahkan menganggap ciptaannya sangatlah rumit untuk bahkan berkembang secara alamiah, sehingga ia menganggap bahwa
Bahasa ini merupakan sebuah latihan semata untuk menggali fungsi dari
Bahasa. Tidak satupun, bahkan Quijada sendiri, yang dapat menuturkan
Bahasa Ithkuil dengan lancar. Meskipun demikian,
Bahasa ini dituturkan di Relai
Bahasa Buatan ke-6 dari Konferensi Penciptaan
Bahasa (
Bahasa Inggris: Language Creation Conference's 6th Conlang Relay).
Terdapat empat versi dari
Bahasa Ithkuil yang telah dipublikasikan, yakni: versi inisial pada 2004, versi yang disederhanakan bernama "[
Bahasa] Ilaksh" pada 2007, versi 2011, dan versi baru (per 2017) yang dihasilkan dari sejumlah revisi struktur tata
Bahasa yang dinamai sebagai
Ithkuil IV. Pada 2004 dan pada 2009 sebagai Ilaksh,
Bahasa Ithkuil dicantumkan dalam majalah bertemakan ilmu pengetahuan dan teknologi berbahasa Rusia bernama Kompyuterra. Pada 2008, David J. Peterson menganugerahkan
Bahasa Ithkuil dengan penghargaan Smiley Award. Pada 2013, Bartłomiej Kamiński mengubah susunan tata
Bahasa Ithkuil agar penutur dapat mengurai kalimat rumit dengan lebih cepat. Upaya ini juga didukung oleh kontribusi Julien Tavernier dan sejumlah kontributor anonim lainnya yang telah mengikuti konsep ini. Semenjak Juli 2015, Quijada menerbitkan beberapa lagu dalam
Bahasa Ithkuil yang bergenre rok progresif. Lagu-lagu tersebut merupakan bagian dari album Kaduatán, yang berarti "Pembawa kesenangan dalam perjalanan" dalam
Bahasa Indonesia.
Etimologi
Versi-versi
Bahasa Ithkuil secara umum dinamai berdasarkan bilangan Romawi. Meskipun demikian,
Bahasa Ithkuil memiliki nama lain: Versi
Ithkuil I dinamai sebagai "Iţkuîl" (anglisifikasi:
Ithkuil; /ɪθˈkʊ.il/) yang menjadi cikal-bakal nama "
Ithkuil",
Ithkuil II dinamai sebagai "ilákš" (anglisifikasi: ilaksh; /iˈlǎkʃ/),
Ithkuil III sebagai "Elartkha" ataupun "elartkʰa" (/εˈlârtkʰa/), dan
Ithkuil IV yang secara umum disebut sebagai "TNIL" atau "The New Ithuilic Language" (
Bahasa Indonesia:
Bahasa Ithuilik Baru) ataupun "Malëuţřait" dalam penamaan
Bahasa asal.
=
Nama "
Ithkuil" merupakan bentuk teranglisifikasi dari Iţkuîl. Dalam Ilaksh (versi lama dari
Ithkuil), kata "iţkuîl" berasal dari akar kata "kl", yang memiliki arti sebagai "segala sesuatu yang berkaitan dengan ucapan" termasuk sistem fonologikal hingga pemahaman frasa. Akar kata tersebut kemudian diberikan imbuhan sebagai berikut:
Sisipan vokal -uî- diantara kedua konsonan. Glif vokal dilambangkan dengan matriks akar pada konsonan inang.
Dihasilkanlah frasa -kuîl- yang berarti "satu unit tindak tutur hipotetis."
Konsonan pertama dari batang ⟨k⟩ "bermutasi" menjadi ţk, yang memberikan konfigurasi komposi formatif.
Dihasilkanlah kata -ţkuîl- yang secara kasar diterjemahkan sebagai "pidato hipotetis".
Yang terakhir, awalan gramma i-yang sendirinya berarti bahwa "fenomena yang dijelaskan dipertimbangkan secara keseluruhan" diletakkan di awal frasa -ţkuîl-.
Dari proses tersebut, dihasilkanlah kata Iţkuîl bermakna "penggambaran hipotesis dari sebuah
Bahasa".
= Ilaksh
=
= Elarkhta
=
Secara resmi, nama dari versi ketiga
Bahasa Ithkuil disebut sebagai "
Ithkuil" karena masih termasuk dalam publikasi yang sama. Nama "Elartkha" (atau yang secara formatif ditulis sebagai "Elartkʰa") merupakan nama sebuah nama etimologikal untuk "
Ithkuil" dalam
Bahasa Ithkuil III. Formatif ini pertamakali digagas oleh forum LiveJournal berbahasa Rusia yang menjelaskan bahwa frasa tersebut berasal dari akar kata "l" yang bermakna "suara mulut", kemudian diberikan imbuhan sebagai berikut:
penambahan "e-" didepan akar kata
Dihasilkanlah frasa el- yang berarti "ungkapan yang dituturkan"
penambahan vokal -a- yang menandakan kasus oblik dan konsonan akhiran -l yang menandakan bahwa objek yang dibicarakan merupakan objek tunggal sekaligus menunjukkan bahwa objek bukanlah sebagai kata kerja maupun kata sifat
akhiran dari "elal" kemudian dimodifikasi dengan penambahan akhiran -rtkʰ yang menunjukkan bahwa unsur-unsur yang telah ditambahkan merupakan satu kesatuan dengan penambahan makna bahwa "objek terdiri atas beragam bentuk" dengan "maksud tertentu"
Dihasilkanlah frasa elartkʰ yang bermakna "ungkapan-ungkapan tak serupa yang dituturkan dan memiliki maksud tertentu"
karena alasan fonoestetika, -a- ditambahkan pada frasa "elartkʰ", tetapi tidak menyebabkan perbedaan arti pada keseluruhan ungkapan dikarenakan imbuhan berada dalam nilai bawaan (kosong) dalam kasus ini
Dari proses tersebut, dihasilkanlah kata Elartkʰa yang bermakna "ungkapan-ungkapan tak serupa yang dituturkan dan memiliki maksud tertentu", atau yang secara singkat dikatakan sebagai definisi dari
Bahasa. Quijada membenarkan bahwa frasa ini merupakan terjemahan etimologikal yang "benar untuk
Ithkuil" dalam tata
Bahasa Ithkuil III. Akan tetapi Ia menegaskan bahwa formatif ini bukanlah nama resmi untuk
Bahasa Ithkuil III.
= Maleuthrait
=
Secara resmi, nama dari versi keempat
Bahasa Ithkuil disebut sebagai "Neo-
Ithkuil" atau "The New Ithkuilic Language" (
Bahasa Indonesia:
Bahasa Ithkuilik Baru) ataupun biasanya disingkat sebagai "TNIL". Nama "Maleuthrait" ataupun "Maleutrait" (ditulis sebagai "Malëuţřait" dalam ejaan berdiakritik) sendiri merupakan nama yang diberikan oleh komunitas
Bahasa Ithkuil untuk menyebut versi keempat
Bahasa Ithkuil. Frasa Malëuţřait tidak mengambil etimologi yang sama dengan versi-versi sebelumnya, Elartkʰa dan Ilakš, yang menerjemahkan frasa Iţkuîl kedalam tata
Bahasa yang berlaku. Menurut kamus kosakata
Ithkuil IV yang dikembangkan oleh komunitas
Bahasa Ithkuil, frasa "Malëuţřait" berasal dari akar kata "m" yang bermakna "komunikasi linguistik", dalam kasus ini, "menuturkan, berbicara, mengungkapkan" sesuatu. Akar kata tersebut kemudian diambil pemaknaan kata dasar dan diberikan imbuhan serta kasus sehingga bermakna "Sistem ungkapan yang berasal dari tuturan yang lain, atau berdiri sendiri, atau otopoietik yang berasal pada ungkapan linguistik dalam berkomunikasi yang kerumitan dinamismenya menghasilkan efek/umpan balik yang sinergis."
Sejarah
= Masa muda John Quijada
=
John Quijada lahir pada kisaran tahun 1959 di Los Angeles, Amerika Serikat dan merupakan anak pertama dari pasangan imigran Meksiko–Amerika. Ia merupakan penutur ibu dari
Bahasa Inggris dan dapat menuturkan
Bahasa Prancis, Spanyol, Portugis, dan Jerman. Ia juga mengaku dapat membaca ungkapan-ungkapan dalam
Bahasa Katalan dan Interlingua, tetapi Ia tidak dapat berbincang-bincang dalam
Bahasa tersebut.
Ketertarikan Quijada pada dunia pembuatan
Bahasa mulai muncul ketika ia mengenal politik utopia dari kelompok Esperanto dan juga beberapa buku dari toko rekaman dekat rumahnya. Selain itu, pada kisaran tahun 1970-an, ia menemukan album karya grub band asal Prancis, Magma, yang membuat lagu-lagu dalam
Bahasa Kobaïan dengan alunan musik bergenre rok progresif. Hal ini kian menambah minat Quijada pada
Bahasa buatan, sehingga Ia membuat
Bahasa buatan pertamanya, [
Bahasa] Mbozo, ketika Ia berumur 15 tahun.
Bahasa tersebut merupakan gabungan antara
Bahasa-
Bahasa Roman–Jermanik dengan kosakata dan fonologi yang berasal dari
Bahasa-
Bahasa di Afrika. Pada kemudian hari, ia juga membuat
Bahasa Pskeoj yang dihasilkan dari "ketikan asal pada mesin ketik" [sic].
John Quijada mengenyam ilmu linguistik di Universitas California dengan ambisi agar dapat menjadi antropologikawan pada bidang linguistik. Namun, Ia tidak dapat menamatkan studi sarjananya karena masalah finansial. Ia kemudian bekerja di Departemen Kendaraan Bermotor Amerika Serikat dengan harapan untuk meneruskan studinya apabila memiliki cukup uang. Sementara itu, ia meneruskan studinya pada bidang linguistik secara otodidak. Ia "menghabiskan berjam-jam di perpustakaan" [sic] untuk membaca buku-buku mengenai unsur
Bahasa yang terbilang eksotis dibandingkan banyak
Bahasa lain di dunia. Selain itu, Quijada juga melakukan kunjungan tahunan ke Cody's Book, sebuah toko buku legendaris di Berkeley, California untuk menemukan bacaan baru. Dari bacaannya tersebut, Quijada memiliki sebuah keinginan untuk menyatukan unsur-unsur yang ada:
Saya menyadari bahwa setiap
Bahasa yang ditelisik secara seksama memiliki setidaknya satu unsur yang lebih sempurna daripada yang lain. [...] Bagaimana jikalau ada satu
Bahasa yang menggabungkan unsur-unsur paling keren dari semua
Bahasa yang ada di dunia?
= Pengaruh
=
= Pengembangan (1978–2004)
=
Quijada memulai pengerjaan
Bahasa Ithkuil pada kisaran 1978, walaupun kala itu
Bahasa tersebut masih belum memiliki nama dan vokasi yang pasti.
Dalam salah satu kunjungannya ke toko buku Cody's Book, Quijada menemukan sebuah karya mani berjudul "Metaphors in Daily Life" (
Bahasa Indonesia: Metafora dalam Keseharian) yang dipublikasikan pada 1980 oleh ahli linguistik kognisi, George Lakoff dan Mark Johnson. Dalam karya tersebut, keduanya mengklaim bahwa cara berpikir manusia tergantung pada sistem konseptual yang sebagian besar bersifat metaforis. Quijada mulai membayangkan bahwa
Bahasa Ithkuil suatu saat akan berhasil melakukan apa yang dinilai tidak mampu dilakukan oleh
Bahasa alami, yakni memaksa penuturnya untuk mengidentifikasi dengan tepat apa yang ingin mereka katakan:
Tujuan saya telah berkembang kian waktu berjalan. [Tujuan saya] tidak lagi hanya sebuah keinginan untuk membuat pot-pourri yang menghimpun permainan kata-kata linguistik semata. Saya mulai memiliki banyak pandangan dan ide-ide baru untuk mengembangkan keefektifan dari
Bahasa. Saya berkata pada diri saya sendiri: mengapa saya tak mencoba untuk menemukan suatu cara agar dapat memperbaiki apa yang tidak dapat
Bahasa alami lakukan?
Bahasa Ithkuil dikembangkan selama sekitar 3 dekade lebih dan menjadi eksperimen linguistik di luar rumpun
Bahasa Indo-Eropa Barat sebagai tanggapan terhadap hipotesis Sapir-Whorf dan kasus tata
Bahasa Charles J. Fillmore.
Bahasa ini berkembang menjadi "serangkaian konsep tata
Bahasa yang kompleks dan rumit" dengan ide-ide yang terinspirasi oleh pembelajaran berjam-jam teks tentang linguistik teoretis, tata
Bahasa kognitif, psikolinguistik, pemerolehan
Bahasa, relativitas linguistik, semantik, semiotika, filsafat, teori himpunan kabur, dan bahkan fisika kuantum. Quijada sendiri mengakui bahwa karyanya yang telah berlangsung lebih dari tiga dekade ini tidak berkesinambungan. Ia terkadang menggambarkannya sebagai sebuah proyek yang "cukup lambat, rumit, dan seringkali membuatnya frustrasi." Dia meyatakan bahwa dia meninggalkan proyek "setidaknya lusinan kali" dan "terkadang hingga beberapa bulan lamanya." Pada kisaran 1996, Quijada menemukan karya-karya dari ahli
Bahasa Gilles Fauconnier dan Len Talmy yang memungkinkannya untuk menyelesaikan tata
Bahasa dari
Bahasa Ithkuil sendiri.
Pada tahun 1997, ketika Quijada meluncurkan penelitian pertamanya tentang
Bahasa buatan di Internet, dia menemukan fakta bahwa minat anehnya ternyata juga diminati oleh orang lain. Quijada menemukan forum ahli
Bahasa amatir dari seluruh dunia, yang dengan antusias mendiskusikan cara baru untuk berbahasa. Penggemar linguistik ini menyebut diri mereka "conlangers" (diambil dari kata "constructed language" yang berarti "
Bahasa buatan" dan imbuhan "-er") yang terkadang mengadakan pertemuan yang dikenal sebagai Konferensi Penciptaan
Bahasa.
= Publikasi pertama (2004)
=
Pada kisaran April 2004, Quijada menerbitkan monografi
Bahasa Ithkuil yang terdiri atas sekitar 160.000 kata dan dipublikasikan dalam bentuk laman web berjudul
Ithkuil.net. Laman web tersebut kemudian diisi dengan penjelasan mendalam mengenai tata
Bahasa, sekaligus morfologi, fonologi, sistem penulisan
Bahasa Ithkuil I.
Setelah monografinya dipublikasikan di Internet, tidak butuh waktu lama bagi komunitas kecil maupun forum internet penggemar
Bahasa untuk menyadari apa yang telah dicapai oleh seorang pegawai negeri tanpa gelar sarjana seperti Quijada. Sebuah forum internet menyebut
Bahasa Ithkuil sebagai "monumen [yang menggambarkan] kecerdasan dan kemampuan merancang [yang dimiliki] manusia" dan "sebuah realisasi dari konsep
Bahasa ideal".
Pada 29 Juli 2004,
Bahasa Ithkuil pertama kali muncul di media massa dalam salah satu edisi majalah terbitan Kompyuterra, yakni sebuah seri majalah populer bertemakan ilmu pengetahuan dan teknologi berbahasa Rusia. Terbitan ini sontak membuat gelombang antusiasme terhadap
Bahasa Ithkuil yang kebanyakan berasal dari Rusia. Berbagai forum internet pun bermunculan dan bahkan situs
Ithkuil.net pun diterjemahkan kedalam
Bahasa Rusia.
Pada 2008, David J. Peterson menganugerahkan
Bahasa Ithkuil dengan penghargaan Smiley Award tahun ini atas gagasan konsep yang tidak biasa dan juga keakuratan makna dari
Bahasa Ithkuil. Ia juga menambahkan
Bahasa Ithkuil dalam karya tulisnya yang berjudul "The art of language invention" (
Bahasa Indonesia: Seni dari penciptaan
Bahasa) dan menyebut
Bahasa Ithkuil sebagai "
Bahasa buatan terbaik yang pernah diciptakan":
[
Bahasa]
Ithkuil tidak bisa [disebut] sebagai sebuah
Bahasa saja karena [
Bahasa ini] merupakan monumen yang menggambarkan kecerdasan dan kemampuan merancang yang dimiliki manusia. Selama seperempat abad lamanya dibuat,
Bahasa Ithkuil merupakan
Bahasa yang sebenar-benarnya, dan juga merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa. Ini adalah hasil dari serangkaian tujuan desain tertentu yang telah direalisasikan dengan memuaskan. Maksud saya, wah! Itu sangat luar biasa dalam dan dari [
Bahasa] itu sendiri.
= Reformasi Bahasa Ithkuil: Ilaksh (2007–2009)
=
Setelah publikasi pertama
Bahasa Ithkuil dimuat pada salah satu terbitan majalah "Kompyuterra", para penutur
Bahasa Rusia maupun akun surat elektronik dari domain .ru menghubungi Quijada untuk menyampaikan antusiasme untuk mempelajari
Bahasa Ithkuil dan beberapa diantaranya juga mengeluhkan pelafalan
Bahasa Ithkuil yang sangat sulit. Quijada lantas merancang ulang morfofonologi
Bahasa Ithkuil dari yang sebelumnya terdiri atas 65 konsonan dan 17 vokal turun menjadi 30 konsonan dan 10 vokal saja (dengan tambahan nada) dan dipublikasikan pada 10 Juni 2007 sebagai [
Bahasa] "Ilakš" atau yang juga dieja sebagai "Ilaksh". Versi kedua dari
Bahasa ini mencakup perubahan tata
Bahasa, tersmasuk tambahan tingkatan dan perubahan kasus. Selain itu, sistem penulisan baru juga diperkenalkan dalam
Bahasa Ilaksh. Sistem penulisan
Bahasa Ilaksh terdiri atas sistem "informal" yang cocok untuk tulisan tangan ataupun penyusunan huruf ringkas, dan sistem "formal" logografis dengan unsur artistik yang kemungkinan terinspirasi dari aksara Maya.
Namun, pada 2009, Quijada menghentikan proses pengerjaan dari
Bahasa Ilaksh karena Ia menganggap bahwa versi kedua ini merupakan "sebuah kegagalan". Ia kemudian menggabungkan kembali unsur-unsur
Bahasa Ilaksh yang relevan kedalam
Bahasa Ithkuil. Dari proses tersebut, Ia menemukan bahwa
Bahasa Ilaksh terlalu membatasi penutur dan bahwa perpaduan kedua versi memungkinkan untuk menjaga keringkasan dengan meningkatkan fonoestetika
Bahasa Ithkuil.
= Asosiasi dengan gerakan psikonetika (2010–2011)
=
Di awal tahun 2010, Quijada menerima surat elektronik dari Oleg Bakhtiyarov, seseorang yang memperkenalkan dirinya sebagai penggagas gerakan filosofis psikonetika. Dalam surel tersebut Bakhtiyarov mengundang Quijada untuk datang ke konferensi bertajuk "Creative Technology: Prospects and Means of Development" (
Bahasa Indonesia: "Teknologi Kreatif: Perspektif dan Sarana Pembangunan") yang akan diadakan pada bulan Juli di Elista, ibukota Kalmykia. Bakhtiyarov menulis kepadanya bahwa "dari sudut pandang [mereka], penciptaan
Bahasa Ithkuil adalah salah satu aspek dasar dari perkembangan pemikiran kreatif."
Quijada juga menghadiri konferensi serupa di Kyiv pada Mei 2011. Namun, Quijada dan Joshua Foer yang menemaninya menemukan fakta bahwa konferensi ini "sangatlah ambigu" [sic] dengan hadirin yang memiliki pandangan politik kiri jauh dan salah satu pembicaranya, Igor Garkavenko, merupakan teroris "kedua paling berbahaya di Ukraina" sekaligus pendukung antisemitisme dengan wicara yang tidak didasari pada riset apapun. Selain itu, wicara dari Bakhtiyarov tentang penerapan
Bahasa Ithkuil dalam kognisi manusia sehingga gagasannya akan "pasukan khusus intelektual, semacam manusia super yang dapat memulihkan status kekuatan besar Rusia" dapat terwujud dirasa sangat janggal oleh Quijada. Selepas konferensi tersebut, Quijada menyampaikan kekecewaannya akan gerakan psikonektika pada Foer:
Ketika saya sampai di rumah, hal pertama yang saya lakukan adalah menulis surat kepada Dr. Bakhtiyarov yang mengatakan kepadanya bahwa saya tidak ingin berurusan lagi dengan psikonetika. [...] Dan jikalau, amit-amit, disiplin ilmu ini diakui sebagai ilmu semu atau doktrin semacam sekte, Saya tidak mau dituduh terlibat. Begitu pertaruhan selesai, saya pada akhirnya hanyalah pion semata bagi murid-murid Nietzsche yang bobrok akhlaknya atau apa pun itu… Ini membuat saya muak akan mereka.
Sepulangnya ke Amerika Serikat, Quijada mengirim sebuah surel ke Bakhtiyarov yang berisi mengenai pengunduran dirinya dari asosiasi gerakan psikonetika.
=
Bahasa Ilaksh digantikan oleh
Bahasa yang bermorfologi serupa yang juga dinamai sebagai "
Ithkuil "karena masih terkait dengan publikasi inisialnya.
Bahasa ini juga disebut sebagai "Elartkʰa" yang merupakan nama etimologikal dari "Iţkuîl" dalam tata
Bahasa Ithkuil III.
Bahasa ini menggunakan unsur morfofonemik yang unik dalam sistem penulisannya, hal ini menyebabkan suatu kalimat dapat menjelaskan kategori tata
Bahasa dalam beberapa cara yang dianggap sesuai oleh penutur. Susunan morfofonologi
Bahasa Ithkuil juga direvisi dengan menambah unsur-unsur dari
Bahasa Ilaksh yang dianggap "tidak terlalu sulit dan lebih mudah dilafalkan", tetapi tetap mempertahankan morfologinya yang rumit dan luas serta keringkasan morfofonologisnya. Selain itu, revisi
Bahasa Ithkuil ini memungkinkan penulis membuat beberapa perubahan kecil dan perbaikan pada morfologi dan sintaksis.
Bahasa ini disebut-sebut sebagai versi terakhir dari
Bahasa Ithkuil, hal ini lantas menarik perhatian komunitas
Bahasa buatan di sosial media.
Fonologi
=
Secara umum, fonologi dari versi pertama
Bahasa Ithkuil lebih sulit ketimbang versi-versi selanjutnya. Kotak fonem
Bahasa Ithkuil I menggunakan beberapa fonem yang cenderung jarang ditemui pada kebanyakan
Bahasa. Kotak fonem tersebut terdiri atas cara pelepasan fonem yang tidak biasa (seperti konsonan sembur, kepakan sisian) dan cakupan konsonan belakang yang cukup luas (seperti konsonan langit-langit belakang, tekak, dan faringal). Selain itu, makna dari suatu fonem tidak hanya bergantung pada faktor fonologis umum seperti konsonan dan vokal, tetapi juga fenomena vokalisasi seperti titik nada, penekanan (ataupun aksen), dan juga linguistik berperan dalam pemaknaan
Bahasa Ithkuil I.
Konsonan
Berikut merupakan tabel kotak fonem konsonan
Bahasa Ithkuil I yang terdiri atas 65 fonem berbeda.
Vokal
Berikut merupakan tabel kotak fonem vokal
Bahasa Ithkuil I yang terdiri atas 17 fonem berbeda.
Penggandaan fonem
Dalam
Bahasa Ithkuil I, kebanyakan konsonan dapat mengalami penggandaan fonem, atau yang juga disebut sebagai geminasi. Penggandaan ini dapat terjadi pada posisi inisial kata, akhiran kata, dan intervokalik. Pada posisi intervokalik, semua konsonan (kecuali w dan y) dapat mengalami penggandaan apabila konsonan diapit vokal di kedua sisinya. Hanya sedikit konsonan yang dapat memiliki ketiga sifat penempatan sekaligus (inisial kata, akhiran kata, dan intervokalik), yakni: c, ċ, č, ç, ḑ, f, ǧ, h, ḩ, j, l, ļ, ł, m, n, ņ, q̌, r, ř, ŗ, s, ş, š, ţ, v, x, x̧, z, ƶ, ż, z̧, dan ž. Sementara itu, hanya konsonan y̌ yang memiliki satu macam penempatan penggandaan saja, yakni posisi insial kata. Pelepasan dari penggandaan fonem juga dipengaruhi oleh sifat dari konsonan itu sendiri, yakni sebagai berikut:
konsonan akan mengalami perpanjangan durasi pelepasan fonem sebesar dua kalinya apabila memiliki sifat keberlanjutan (yakni: ç, ḑ, f, ǧ, h, ḩ, l, ļ, ł, m, n, ņ, ř, ŗ, s, ş, š, ţ, v, x, x̧, y̌, z, ż, z̧, dan ž);
konsonan akan mengalami penghentian sementara dan kemudian dilanjutkan kembali seperti layaknya /d/ pada kata "bad dog" dalam
Bahasa Inggris apabila konsonan tersebut merupakan letup niraspirasi (yakni: b, d, g, ġ, ǰ, k, ķ, p, q, dan t);
konsonan akan mengalami penghentian sementara dan kemudian dilanjutkan kembali dengan aspirasi (untuk konsonan aspirasi kʰ, ķʰ, pʰ, qʰ, dan tʰ) dan semburan glotalik (untuk konsonan sembur kʰ’, ķʰ’, pʰ’, qʰ’, dan tʰ’) pada pelepasannya apabila konsonan tersebut merupakan letup teraspirasi ataupun konsonan sembur, hal ini menyebabkan fonem terdengar seperti dua fonem serupa yang diucapkan secara terpisah seperti layaknya /t/ pada kata "zakat tahunan" dalam
Bahasa Indonesia;
penggandaan pada konsonan gesek tergantung dari posisinya dalam suatu kata:
apabila konsonan tersebut tidak berada di akhir kata, maka akan dilafalkan dengan menahan konsonan letup yang mengawalinya untuk beberapa saat sebelum melepaskannya sebagai konsonan geser maupun desis. Jika terdapat aspirasi maupun penyemburan fonem, maka pelepasan dari fonem letupan akan menjadi konsonan desis ataupun geser (misal, ⟨čč⟩ akan dilafalkan sebagai /tt/);
apabila konsonan tersebut berada di akhir kata, maka akan dilafalkan dengan menahan konsonan letup yang mengawalinya untuk beberapa saat sebelum melafalkan konsonan desis yang mengikutinya lebih panjang dari yang seharusnya (misal, ⟨čč⟩ akan dilafalkan sebagai /t/, ⟨q̌q̌⟩ akan dilafalkan sebagai /ʎɬ/).
Dalam ortografi Latin, huruf hanya perlu digandakan apabila fonem yang diwakilinya mengalami penggandaan (misal, bb, dd, nn, dsb.). Apabila konsonan memiliki sifat aspirasi dan semburan, maka huruf pertama digraf akan digandakan dan diikuti oleh superskrip ⟨ʰ⟩ (untuk konsonan teraspirasikan, misal: kkʰ, ķķʰ, ppʰ, qqʰ, dan ttʰ) atau penanda sembur (untuk konsonan sembur, misal: kʰ’, ķʰ’, pʰ’, qʰ’, dan tʰ’). Terdapat pengecualian aturan ortografi untuk konsonan gesek sembur çʼ, xʼ, dan x̧ʼ dikarenakan ketiga konsonan tersebut tidak memiliki bentuk nirsembur dalam kotak fonem
Bahasa Ithkuil I (misal: ç, x, dan x̧). Hal ini lantas membuat ketiga konsonan tersebut ditulis sebagai ķçʼ, kxʼ, dan qx̧ʼ apabila konsonan tersebut mengalami penggandaan.
Nada dan titik nada
Bahasa Ithkuil I memiliki lima nada yang terinspirasi dari beberapa
Bahasa bernada seperti varietas
Bahasa Tionghoa,
Bahasa Vietnam dan beberapa
Bahasa di Afrika. Tidak seperti kebanyakan
Bahasa yang menggunakan nada sebagai fitur morfo–semantik, nada dan titik nada berperan dalam tata
Bahasa Ithkuil.
Secara umum, terdapat lima nada dalam
Bahasa Ithkuil, yakni nada separuh rendah, menurun, tinggi, menukik, dan mendaki. Diantara kelima nada, nada separuh rendah dianggap sebagai nada netral sehingga tidak kontras dengan empat nada lainnya. Setiap kata membawa setidaknya satu nada penting, dilafalkan dimulai dengan suku kata yang ditekankan dan ketinggian nada tetap konstan pada suku kata berikutnya hingga akhir kata. Suku kata tanpa tekanan sebelum suku kata yang ditekankan memiliki nada separuh rendah yang netral. Oleh karena itu, fungsi nada separuh rendah semata-mata untuk menunjukkan awal kata baru karena kata sebelumnya harus diakhiri dengan nada selain nada separuh rendah.
Empat nada kontras dilambangkan dengan simbol superskrip kecil di akhir setiap kata dalam romanisasi
Bahasa Ithkuil. Nada jatuh tidak bertanda (misal: tûz), nada tinggi ditandai dengan superskrip tanda hubung ataupun makron (misal: tûz–), nada menukik ditandai dengan superskrip garis miring ke belakang (misal: tûz\), dan nada naik dengan superskrip tanda garis miring (misal: tûz/).
Penekanan
Dalam
Bahasa Ithkuil I, penekanan biasanya jatuh pada suku kata penultimasi (kedua dari belakang) ataupun bergeser pada posisi akhir, antepenultimasi (ketiga dari belakang), maupun pra-antepenultimasi (keempat dari belakang), tergantung dari sifat morfologikal dari suku kata tersebut.
Dalam romanisasi
Bahasa Ithkuil, semua kata bersuku kata tinggal tidak ditandai penekanannya, sedangkan aksen nontirus (`) diperlukan apabila suku kata nirtertekan terlihat serupa dengan fitur fonologikal lain (misalnya diftong au dan ei yang akan terlihat serupa dengan konjungsi disilabis aù dan eì.)
Struktur suku kata
Struktur suku kata yang diperbolehkan tergantung pada sifat (misalnya, suku kata konsonantal dan monosilabis) ataupun posisi suku kata itu sendiri terhadap keseluruhan kata. Struktur ini ditunjukkan pada tabel di berikut, dengan (K) yang melambangkan konsonan opsional dan V yang melambangkan vokal ataupun diftong yang wajib dimasukkan.
Catatan:
Hanya konsonan sengau, likuida, dan frikatif nirsuara berkelanjutan yang diperbolehkan untuk menempati akhiran suku kata.
Struktur ini dapat diabaikan apabila suku kata hanya terdiri atas salah satu dari konsonan berikut: l, ł, ŗ, m, n, ņ (misal, ixtuimḿaţ).
Aturan struktur suku kata ini juga berlaku untuk konsonan intervokalik non-silabik tunggal dan konjungsi intervokalik bi-konsonantal. Konsonan intervokalik non-silabik dianggap sebagai bagian silabikal dari vokal yang mengikutinya, sedangkan vokal yang mengawalinya tidak dianggap sebagai bagian silabikal dari suku kata yang sama. Sementara itu, konjungsi bi-konsonantal dianggap sebagai nirsilabikal bahkan apabila konjungsi tersebut merupakan konsonan ganda, hal ini menyebabkan setiap konsonan merupakan bagian dari suku kata yang berbeda. Apabila konjungsi terdiri atas tiga gugus konsonan terletak di tengah-tengah kalimat, konsonan pertama dalam gugus tersebut harus terletak terpisah dari konsonan terakhir. Sementara itu, konsonan madya dapat diletakkan pada salah satu dari kedua sisi suku kata yang memenuhi aturan gugusan awal dan akhiran suku kata. Apabila konsonan tersebut dapat memenuhi gugus yang diperbolehkan pada kedua sisinya, maka konsonan tersebut akan dianggap sebagai bagian dari suku kata yang terkait secara morfemis.
Aturan fonoestetika
Aturan fonoestetik mengacu pada aturan dan preferensi yang diterapkan untuk menyusun pola fonem untuk tujuan kemerduan fonologis. Dalam
Bahasa Ithkuil, terdapat aturan serupa yang utamanya mengatur sistem suku kata.
Struktur akhiran suku kata yang lebih dibenarkan berupa suku kata tertutup (suku kata yang diakhiri oleh konsonan) dikarenakan kelebihan yang dimiliki oleh suku kata tertutup (misalnya penekanan). Namun, suku kata terbuka (suku kata yang diakhiri oleh vokal) masih diperbolehkan. Morfologi
Bahasa Ithkuil seringkali memperbolehkan lebih dari satu cara untuk menyusun morfem dari sebuah kata, terlebih kata kata dengan tiga atau lebih suku kata. Kata-kata umumnya dapat mengalami penyusunan ulang melalui manipulasi morfofonologis sehingga akhiran suku katanya berupa suku kata tertutup, terutama pada suku kata yang ditekankan. Aturan ini jarang diterapkan pada kata dengan dua suku kata maupun suku-kata tunggal dikarenakan pilihan yang sedikit dalam strukturnya dan umumnya merupakan suku kata terbuka.
Kata-kata dengan enam suku kata atau lebih tidak diperbolehlan oleh aturan fonoestetika, sehingga umunya perlu untuk disusun ulang secara morfologis untuk mengurangi jumlah suku kata menjadi lima atau kurang ataupun secara morfofonologis dengan pergantian bentuk keterangan dan akhiran.
=
Versi ketiga dari
Bahasa Ithkuil, Elartkha (atau Elartkʰa), memiliki 45 konsonan dan 13 vokal dalam kotak fonemnya. Jumlah ini meningkat dibandingkan versi sebelumnya, Ilaksh (atau Ilákš), yang hanya terdiri atas 30 konsonan dan 10 vokal saja.
Konsonan
Berikut merupakan tabel kotak fonem konsonan
Bahasa Ithkuil III yang terdiri atas 45 fonem berbeda.
Vokal
Berikut merupakan tabel kotak fonem vokal
Bahasa Ithkuil I yang terdiri atas 13 fonem berbeda.
Sistem penulisan
Bahasa Ithkuil ditulis menggunakan sebuah sistem penulisan yang dibuat oleh Quijada dan khusus untuk
Bahasa itu sendiri. Sistem penulisan tersebut menggunakan arah penulisan boustrofedon horizontal yang disebut sebagai içtaîl. Selain itu, sistem ini menggunakan aksara berjenis morfofonemik dikarenakan karakter yang ada dapat memiliki pelambangan arti morfologis dan juga fonetik. Sistem penulisan ini dirancang agar dapat terikat erat dengan susunan tata
Bahasa Ithkuil, sehingga dapat memuat lebih banyak aspek fonologikal dari sebuah kata dengan morfo-sintaksis yang sesuai.
Sistem penulisan ini kemudian mengalami perubahan pada Juni 2007 untuk meningkatkan kesan seni dan artistik dari sistem itu sendiri. Hal inipun menyebabkan perubahan yang cukup signifikan pada morfologi
Bahasa Ithkuil, sehingga menghasilkan versi lain yang dinamai sebagai "[
Bahasa] Ilaksh". Sistem penulisan ini kemudian diubah pada 2011 untuk versi ketiganya, yaitu
Ithkuil III. Pada Februari 2023, sistem penulisannya telah mengalami perubahan untuk versi keempat bahasanya yang dinamakan
Ithkuil IV atau The New
Ithkuil Language.
=
Sistem penulisan
Ithkuil I menggunakan 4 arketipe utama⟨⟩yang digunakan untuk karakter vokalik, radikal konsonan C1 dan C2, dan nilai imbuhan. Setiap arketip tersebut bisa terbalik, menggabung dengan arketip lain, dan membengkok garisnya menjadi sudut untuk membentuk arketipe sekunder tambahan, dan arakter-karakter yang tersisa dari arketipe-arketipe tersebut akan diturunkan. Setiap karakter dari 24 karakter vokalik, 60 konsonan C1, 60 konsonan C2, dan 60 imbuhan memiliki 8 formasi lain untuk melambangkan 9 urutan vokal, 9 tingkatan konsonan C1 dan C2, serta melambangkan 9 derajat suatu imbuhan.
Karakter vokal terletak pada posisi awal formatif untuk melambangkan kasus, afiliasi, dan ekstensi. Setiap karakter vokal memiliki 2 tipe formasi, yaitu formasi primer dan formasi sekunder, yang digunakan untuk menandakan esensi suatu formatif. Karakter vokal juga memiliki bentuk sabit terbalik pada ujung bawahnya untuk melambangkan bahwa designasi formatif tersebut berupa designasi formal.
=
Revisi
Bahasa Ithkuil yang telah usang, Ilaksh, awalnya akan ditulis menggunakan sistem penulisan eksperimental berwujud tampang cartouche berwarna dengan glif segi enam yang digunakan sebagai "peta" morfologikal abstrak untuk kalimat
Bahasa Ilaksh. Meskipun sistem penulisan
Bahasa Ilaksh memegang prinsip morfo-fonologikal seperti layaknya
Bahasa saudarinya, sistem penulisan
Bahasa Ilaksh menjadi yang paling berbeda dikarenakan informasi fonologikal yang dimilikinya sangatlah minim, sehingga membuatnya menjadi sistem penulisan morfolografi yang hampir murni. Walaupun
Bahasa Ilaksh pada akhirnya menjadi usang dan dihilangkan, sistem penulisan ini masih ingin diadaptasi kedalam
Ithkuil oleh pembuatnya untuk digunakan sebagai sistem penulisan artistik alternatif. Selain itu,
Bahasa Ilaksh juga memiliki sistem penulisan sekunder berbentuk kursif (misalnya tulisan tangan) yang berasal dari sistem penulisan utama itu sendiri. Sistem kursif ini biasanya ditulis dengan arah penulisan dari atas ke bawah. Terdapat juga varian dengan arah horizontal yang biasanya digunakan untuk menulis kalimat ataupun bait singkat yang dapat ditulis dalam satu baris saja.
Tampang cartouche
Akar kata
Bahasa Ilaksh dilambangkan dengan bentuk-bentuk cartouche yang akan menjadi landasan simbol menyerupai glif ditempatkan diatasnya. Selain itu, jenis dari akar kata juga dapat ditentukan dari warna dan bentuk sisian dari cartouche itu sendiri. Formatif akar kata ditentukan dari arah cartouche itu sendiri (misalnya, ketika sebuah akar kata ditulis menggunakan arah horizontal, akar kata tersebut memiliki formatif nominalia).
Terdapat 30 bentuk sisian yang digunakan dalam cartouche-cartouche dengan arah pucuk menghadap kiri (tabel bagian atas) dan kanan (tabel bagian bawah). Pucuk yang menghadap kiri dianggap sebagai bentuk "bawaan" untuk setiap sisian.
Cartouche yang ada pada sistem penulisan
Bahasa Ilaksh terdiri dari empat warna yang berbeda (hitam, putih, abu-abu, arsiran) dan setiap darinya mengandung 30 bentuk sisian. Jumlah dari variasi ini secara keseluruhan disesuaikan dengan struktur konsonantal CR
Bahasa Ilaksh yang mencapai 120 jenis. Sementara itu, 30 bentuk sisian juga digunakan untuk melambangkan 5 vokal VR dan 6 nada. Untuk membedakan unsur fonologikal yang dilambangkan oleh bentuk sisian, unsur konsonantal memiliki pucuk yang menghadap kiri (ataupun atas), sedangkan unsur vokal dan nada memiliki pucuk yang menghadap kanan (ataupun bawah).
Glif
Glif yang tercantum diatas cartouche terdiri atas bangun segi enam yang terbelah menjadi dua bagian dan didekatkan satu sama lainnya. Pemisah antar kedua bagian dinamai sebagai "sumbu" dengan arah yang beragam (misalnya: vertikal, diagonal, horizontal). Secara tata
Bahasa, glif yang ada menunjukkan pelambangan unsur kata dasar, fungsi tata
Bahasa (seperti kasus, konfigurasi, afiliasi, perspektif, ekstensi, esensi, dan konteks).
= Pelambangan pola akar kata
=
Sebagaimana akar kata
Bahasa Ilaksh terdiri atas tiga pola pembentukan yang dengan sendirinya terdiri dari tiga kata dasar, unsur warna glif juga berperan dalam identifikasinya. Warna dari glif pecahan sebelah kiri menunjukkan pola pembentukan, sedangkan warna dari glif pecahan sebelah kanan menunjukkan kata dasar yang terkandung dalam pola pembentukan itu sendiri.
= Fungsi kasus
=
Bentuk dasar (segi enam) dari glif mengalami perubahan bentuk apabila mewakili suatu kasus
Bahasa Ilaksh. Bentuk-bentuk tersebut terbagi menjadi 96 bentuk modifikasi yang mewakili 96 kasus dalam susunan morfologi
Bahasa Ilaksh, sehingga satu bentuk hanya mewakili satu kasus tata
Bahasa saja. Modifikasi kasus hanya terjadi pada belahan kiri dari glif pertama dalam suatu tampang cartouche. Berikut merupakan ke-96 bentuk modifikasi belahan kiri dari glif pertama dalam cartouche
Bahasa Ithkuil. Angka yang dituliskan diatas setiap glif merupakan keterangan unsur kasus yang diwakili.
= Fungsi konfigurasi
=
Sembilan konfigurasi yang ada pada
Bahasa Ilaksh, yakni: unipleks, aggregatif, koherensi, diskrit, komponensial, multiforma, dupleks, segmentatif, dan komposit; dapat dilambangkan dengan cara menempatkan glif pertama dalam sebuah cartouche dengan posisi relatif terhadap sisian tampang cartouche. Terdapat tiga posisi horizontal (kiri, tengah, dan kanan) dan tiga posisi vertikal (atas, tengah, dan bawah).
= Fungsi afiliasi, perspektif, dan ekstensi
=
Empat afiliasi, empat perspektif, dan enam ekstensi dalam
Bahasa Ilaksh ditunjukkan melalui bentuk belahan sebelah kanan dari glif pertama dalam suatu cartouche. Bentuk dari glif itu sendiri berasal dari bentuk-bentuk glif belahan kiri yang dibalik sejajar dengan sumbu horizontalnya.
=
Glif dalam sistem penulisan
Bahasa Ithkuil dipecah menjadi empat tingkatan Dua diantaranya digunakan untuk menunjukkan aspek dan kasus dalam tata bahasanya. Sementara satu lainnya digunakan untuk menunjukan konsonan (dan juga beberapa simbol tambahan seperti tanda baca, angka, ataupun huruf yang memiliki fonem diluar kotak fonem
Ithkuil).. Tingkatan pertama didasari pada glif ⟨⟩. Sementara itu, tingkatan kedua didasari pada glif ⟨⟩ untuk melambangkan aspek. Tingkatan kedua dapat berubah bentuk, ditulis terbalik, ataupun menggunakan diakritik aspek. Jenis diakritik dan sudut yang digunakan pun akan berubah-ubah tergantung arti dan kategori tata
Bahasa yang berbeda. Tingkatan ketiga didasari pada glif garis horizontal untuk melambangkan aspek, modalitas, validasi, dan valensi. Tingkatan ketiga dapat berubah 2 ujung garisnya untuk melambangkan 2 kategori tata
Bahasa yang berbeda di atas dan bawah garis tersebut.
Tingkatan keempat berupa glif-glif konsonan untuk melambangkan kata-kata, sufiks, transliterasi, dan perseorangan referensi. Tingkatan ini digunakan untuk konsonan-konsonan karena sistem penulisannya berjenis morfofonemik. Setiap glif dari tingkat keempat mengandung garis horizontal yang berada di bagian atasnya untuk menentukan bahwa glif tersebut merupakan glif tingkat keempat atau glif konsonan. Tingkatan keempat menggunakan ekstensi konsonan yang diletak di dalam bagian bawah glif atau sebagai diakritik yang diletak di bawah glif untuk melambangkan 2 atau lebih konsonan dan konsonan geminasi.
=
Sistem penulisan
Ithkuil IV atau
Ithkuil Baru menggunakan beberapa karakter untuk menunjukkan konsonan umum yang diperlukan untuk mengungkapkan bagian tak terduga dari sebuah kata, misal: akar kata leksemik, bagian CS dari imbuhan berstruktur VXCS, maupun kategori referensial spesifik. Karakter yang dimaksud merupakan sebuah augmentasi yang memiliki bentuk layaknya diakritik, mutasi berpola untuk karakter fonetik, maupun glif istimewa. Setiap dari karakter yang ada mengandung perubahan morfologikal (misalnya, tata
Bahasa) yang digunakan pembaca untuk menentukan tata fonetika yang benar pada suatu kata.
Karakter dalam sistem penulisan
Bahasa Ithkuil IV ditulis menggunakan susunan formatif sebagai berikut:
Catatan:
Untuk pasangan formatif konkatenasi, setia formatif haruslah ditulis terpisah dengan formatif terkonkatenasi ditulis lebih awal daripada formatif induk. Tidak ada perbedaan yang terbentuk diantara keduanya, kecuali jika diakritik subskrip pada karakter primer terkonkatenasi dalam kata insial menunjukkan kedudukan konkatenasi.
Karakter primer
Karakter primer merupakan sekelompok karakter pada inisial kata yang menunjukkan spesifikasi, fungsi, dan konteks VR; Kata dasar dan versi VV; Sekaligus semua informasi CA dalam sebuah formatif. Karakter primer juga mengindikasikan status relasi ataupun konkatenasi dari formatif.
Analisa
= Tujuan
=
Menurut hipotesis Sapir–Whorf, pola kognisi dan persepsi yang dimiliki oleh seseorang sangat bergantung pada
Bahasa yang mereka tuturkan. Menurut Stanislav Kozlovsky dalam majalah ilmiah terkenal dalam
Bahasa Rusia, Computerra, seorang penutur jati
Ithkuil dapat berpikir "sekitar lima hingga enam kali lebih cepat" [sic] dari penutur
Bahasa alamiah. Hipotesis Sapir–Whorf juga menyatakan bahwa penutur dapat mengungkapkan situasi keseharian dengan lebih rangkap dan mendalam apabila
Bahasa yang memiliki keakuratan sangat tinggi ataupun
Bahasa sintesis, seperti
Ithkuil. Selain itu,
Bahasa semacam ini dapat menjelaskan ungkapan filosofikal abstrak dan kejadian yang lebih luas dari kebanyakan
Bahasa alami.
Akan tetapi, salah satu pernyataan inti dari hipotesis ini ditentang oleh ilmu linguistik umum dikarenakan menyatakan bahwa
Bahasa tidak hanya mempengaruhi, tetapi juga "menentukan" pemikiran penutur. Quijada pun juga beranggapan bahwa penutur
Bahasa Ithkuil tidak akan berpikir lebih cepat dari penutur
Bahasa alamiah. Dia menganggap bahwa meskipun
Bahasa buatannya rangkap, satu katapun membutuhkan pemikiran mendalam sebelum diungkapkan karena kompleksnya tata
Bahasa yang ada.
= Penguasaan Bahasa
=
Karena kerumitannya,
Bahasa Ithkuil tidak memiliki penutur sama sekali. Meskipun demikian, salah satu terbitan majalah Kompyuterra mengklaim bahwa hanya Quijada sendiri yang menguasai
Bahasa Ithkuil. Quijada pun membantah pernyataan ini dan menjelaskan bahwa meskipun Ia menguasai morfologi dan sistem penulisan
Bahasa Ithkuil, Ia tidak pernah hapal dengan kosakata yang ada dan tidak dapat menyusun sebuah kalimat tanpa melihat aturan tata
Bahasa yang ada.
Bahasa ini memang tidak dirancang agar dapat digunakan dalam keseharian maupun berfungsi sebagaimana layaknya
Bahasa alami. Meskipun demikian, Quijada dapat melafalkan sistem fonem
Bahasa Ithkuil dengan sempurna walaupun dengan kotak fonem yang cukup luas. Sementara itu, David J. Peterson menganggap bahwa
Bahasa Ithkuil secara teoritis dapat dikuasai oleh seseorang walapun dengan kerumitan dan masalah yang akan timbul dari penguasaan
Bahasa tersebut.
= Kritik
=
Menurut Jean Albrespit, percobaan untuk menghindari ketaksaan apapun dalam
Bahasa akan "berakhir pada kegagalan" karena "ketaksaan dan polisemi terdapat tepat pada jantung
Bahasa". Lebih lanjut,
Bahasa Ithkuil juha dikritik karena penutur dipaksa untuk berpikir dengan sangat tepat apa yang akan mereka ucapkan. Hal ini dianggap sangat berlawanan dengan
Bahasa alami manapun yang memperbolehkan ungkapan secara spontan apabila diperlukan. Meskipun gagasan bahwa mengutarakan semua hal dengan tingkat keakuratan sangat tinggi "terdengar bagus", penutur tetap harus menyadari bahwa ketaksaan pada
Bahasa alami akan dihilangkan oleh konteks yang memang sudah ada dalam
Bahasa alami. Namun, penutur seringkali tidak dapat memperkirakan tingkat ketidaklogisan, polisemi, dan ketaksaan
Bahasa mereka sendiri. Selain itu, Thomas O. Beebee beranggapan bahwa seperti layaknya
Bahasa buatan lain yang ingin merasionalsasi
Bahasa,
Bahasa Ithkuil melupakan adanya semantik. Ia membandingkan
Bahasa ini dengan kecerdasan buatan yang dapat mengumpulkan banyak informasi, tetapi juga mengurangi kesadaran akan unsur-unsur dasar yang ada.
= Perbandingan dengan Bahasa lain
=
Bersamaan dengan beredarnya edisi majalah Kompyuterra, Stanislav Kozlovsky mengaitkan
Bahasa Ithkuil dengan teknik berbicara cepat buatan yang dinamai sebagai Speedtalk dari novel karya Robert A. Heinlein berjudul Gulf. Namun, ia berpendapat bahwa
Bahasa Ithkuil lebih lengkap dari Speedtalk karena leksikon dan tata
Bahasa yang dimuat sangatlah detail. John Quijada sendiri memang mengetahui kemiripan tujuan rancangan
Ithkuil dengan yang ada dalam Speedtalk. Akan tetapi pada kemudian hari, Ia pun menggarisbawahi bahwa:
Akan tetapi, Speedtalk karya Heinlein tampaknya hanya fokus pada komponen morfo-fonologikan dari
Bahasa itu[, sebagaimana] desain dari [
Bahasa]
Ithkuil yang memiliki fokus pada [morfologi, leksiko-morfologi, ataupun leksiko-semantilk] yang seimbang. Sebagai tambahan, tujuan utama dari
Bahasa buatan karya Heinlein tampaknya berupa kecepatan/kejelasan sederhana dari ungkapan dan pemikiran, sedangkan [
Bahasa]
Ithkuil difokuskan pada komunikasi maksimal dalam cara yang sangat efisien, sebuah tujuan yang sangat berbeda, sehingga kejelasan per se sangatlah tidak relevan.
Bahasa Ithkuil sendiri memanglah tidak dibuat seperti layaknya
Bahasa pengantar internasional pada umumnya (seperti
Bahasa Esperanto, Interlingua, dsb.) yang lebih mengutamakan kemudahan dalam tata bahasanya agar penutur dapat mempelajarinya.
Selain itu menurut Kozlovsky pada artikel yang sama menganggap bahwa
Bahasa ini merupakan penerapan yang tidak biasa dari hipotesis Sapir–Whorf dikarenakan
Bahasa Ithkuil dapat memaparkan kognisi yang dimiliki oleh penutur sejelas mungkin tanpa adanya ketaksaan semantik. Sebagai tambahan, ia juga berpendapat bahwa konsep seperti ini sangat berlawanan dengan teknik berbicara Newspeak yang kosakatanya sangat dibatasi dan dikekang oleh peradaban Nineteen Eighty-Four (
Bahasa Indonesia: Seribu sembilan ratus delapan puluh empat; numeral: 1984) karya George Orwell yang bertujuan agar penutur hanya dapat berpikir sesedikit mungkin.
Bahasa Ithkuil kadang kala juga disebut sebagai anti-Toki Pona dikarenakan tidak adanya penyederhanaan
Bahasa untuk kemudahan ekspresi. Hal ini berlawanan dengan
Bahasa Toki Pona yang lebih mengutamakan minimalisme dalam tata
Bahasa dan unsur bahasanya.
Penggunaan
Bahasa Ithkuil hingga saat ini belum memiliki penutur sama sekali. Walaupun demikian,
Bahasa Ithkuil digunakan ataupun disebutkan dalam beberapa karya tulis, karya seni, dan budaya internet.
Bahasa Ithkuil digunakan dalam proyek musikal karya John Quijada bergenre rok progresif yang dimaksudkan untuk mempopulerkan
Bahasa Ithkuil ke khalayak ramai. Proyek ini dimulai pada kisaran bulan Juli 2015 dengan John Quijada sebagai penulis lirik, David J. Peterson sebagai vokalis, dan Paul Quijada sebagai ilustrator. Proyek tersebut kemudian dikumpulkan menjadi sebuah album berjudul Kaduatán yang sejauh ini terdiri atas lima lagu yang diunggah pada saluran YouTube miliknya.
Selain itu,
Bahasa Ithkuil juga tertuang pada novel bergenre fiksi ilmiah berjudul Beyond Antimony (
Bahasa Indonesia: Melampaui Antimon) yang ditulis oleh saudara kembar dari John Quijada, yakni Paul Quijada. Pada novel tersebut,
Ithkuil digunakan sebagai komponen antarmuka para-linguistik dari komputer kuantum yang diciptakan oleh tokoh utama.
Pada 21–22 Maret 2009,
Bahasa Ithkuil (sebagai
Bahasa Iţkuîl dan Ilakš) pertamakalinya ditampilkan dalam Konferensi Penciptaan
Bahasa ketiga, sebuah acara konferensi akbar dua-tahunan yang diselenggarakan oleh Peradaban Pencipta
Bahasa dan utamanya membahas mengenai isu-isu yang terdapat pada
Bahasa buatan ataupun masalah-masalah terkait. Dalam seri ketiga dari konferensi tersebut,
Bahasa Ithkuil ditampilkan dalam dua halaman poster bertuliskan "Pi afqûğož xèičhim Umyi'wokššänn Iţkuirlom!" (dalam
Bahasa Iţkuîl) dan "Pi m-m hmukyalož čōitima Xrû-jubzänn Lä'ekšóm!" (dalam
Bahasa Ilakš) yang bermakna "Kami selaku penyelenggara Konferensi Penciptaan
Bahasa Ketiga memberikan Anda ucapan selamat datang yang hangat!" dalam
Bahasa Indonesia.
Keunikan dari tata
Bahasa sekaligus sistem penulisan
Bahasa Ithkuil menginspirasi pembuat
Bahasa buatan (atau yang juga sering disebut sebagai conlanger) untuk membuat ataupun mengusung konsep serupa. Sebagai contoh, sistem penulisan dari
Bahasa Sidaan mengambil estetika bentuk dari sistem penulisan
Bahasa Ithkuil.
Sampel
=
Lihat pula
Bahasa buatan
Bahasa Toki Pona
John Quijada
Kaduatán
Konferensi Penciptaan
Bahasa
Catatan
Referensi
Daftar pustaka
Joshua Foer (24 Desember 2012). "Utopian for Beginners" (dalam
Bahasa Inggris). The New Yorker. Diakses tanggal 29 Juni 2018.
Joshua Foer (2014). les éditions du sous-sol, ed. "Vertige de la langue". 10 (dalam
Bahasa Prancis). Diterjemahkan oleh Camille de Chevigny. Feuilleton: 74–97. ISBN 978-2-36468-025-8. ISSN 2118-6650. (terdapat versi singkat yang diterbitkan di Rue89 dengan judul Le curieux destin de l’homme qui inventa une nouvelle langue)
Stephen D., Rogers (2011). Adams Media, ed. A dictionary of made-up. From Elvish to Klingon, The Anwa, Reella, Ealray, Yeht (Real) Origins of Invented Lexicons (dalam
Bahasa Inggris). ISBN 9781440528170. OCLC 719428311. Diakses tanggal 20 Maret 2023.
Thomas O., Beebee (2012). Palgrave Macmillan, ed. Transmesis : inside translation's black box (dalam
Bahasa Inggris). ISBN 9781137001016. OCLC 809799685. Diakses tanggal 20 Maret 2023.
UTB GmbH, ed. (2014). Grundfragen der Sprachwissenschaft eine Einführung in die Welt der Sprache(n) (dalam
Bahasa Jerman). ISBN 9783825241254. OCLC 882960525. Diakses tanggal 06 Juli 2018.
Пиперски [Aleksandr Tchedovitch Pipepski], Александр Чедович (2017). Альпина Паблишер [Alpina Publisher], ed. Конструирование языков; от эсперанто до дотракийского (dalam
Bahasa Rusia). Moskwa. ISBN 5961445208.
Pranala luar
Ithkuil official site, now presenting the version as of July 2011
New Yorker article on the history of
Ithkuil – December 2012
Community on Reddit devoted to the
Ithkuil language
Information site (Russian)
Chinese Translation