Bedaya (bahasa Jawa: ꦧꦼꦣꦪ, translit. Bedhaya) adalah bentuk tarian klasik Jawa yang dikembangkan di kalangan istana atau keraton-keraton pewaris takhta Mataram.
Bedaya ditarikan secara gemulai dan meditatif, dengan iringan gamelan minimal di sebagian besar repertoarnya. Penarinya kebanyakan wanita, namun terdapat pula bedhaya kakung yang ditarikan oleh lelaki. Tarian
Bedaya sering kali merupakan hasil inspirasi raja mengenai suatu peristiwa tertentu yang disajikan dalam bentuk yang sangat stilistik. Biasanya tarian ini ditampilkan sebagai bagian dari suatu upacara di keraton, seperti ulang tahun kenaikan tahta raja (tingalan jumenengan dalem). Penari
Bedaya berjumlah sembilan untuk
Bedaya yang berasal dari Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Jogja, sementara untuk
Bedaya yang berasal dari Kadipaten Mangkunegaran dan Pakualaman berjumlah tujuh.
Bedaya masuk dalam kelompok tarian klasik (diajarkan di kelas-kelas menari) keraton yang ditarikan oleh penari senior. Beberapa
Bedaya mensyaratkan penarinya masih perawan, tidak sedang dalam masa menstruasi, dan didahului oleh semacam puasa sebagai bagian dari prasyaratnya.
Bedaya Ketawang
Tarian ini adalah pusaka Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan ditarikan oleh sembilan penari putri setiap perayaan jumenengan dalem (wisuda/pelantikan) Sri Susuhunan di Surakarta. Konon tarian ini diciptakan oleh Ingkang Sinuhun Sultan Agung Prabhu Hanyakrakusuma. Durasi awal tarian ini adalah dua setengah jam kemudian dipadatkan menjadi sekitar satu setengah jam. Tari Bedhaya Ketawang ini menceritakan tentang pertemuan Panembahan Senopati dengan Kanjeng Ratu Kidul serta perjanjian keduanya untuk saling menjaga kedua kerajaan.
Bedaya Anglirmendhung
Tarian ini adalah pusaka Kadipaten Praja Mangkunegaran. Pencipta resminya adalah Mangkunegara I (Raden Mas Said) untuk mengenang pertempuran yang dipimpinnya melawan pasukan gabungan Surakarta dan VOC di Ponorogo tahun 1752
Bedaya Semang
Tari
Bedaya ini adalah tarian pusaka di Karaton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Tari ini dibawakan oleh sembilan orang penari perempuan. Tari ini mengisahkan pertemuan Panembahan Senapati dengan Kanjeng Ratu Kidul. Diperkirakan penciptaan tari ini terjadi masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwana I.
Bedaya Arjuna Wiwaha
Tarian ini adalah pusaka Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Pencipta resminya adalah Sri SultanHamengkubuwono X yang bernama kecil GRM Herjuno (Arjuna).
Pranala luar
Media tentang Tari Bedhaya di Wikimedia Commons