Biman Bangladesh Airlines (bahasa Bengali: বিমান বাংলাদেশ এয়ারলাইনস) adalah maskapai penerbangan nasional milik
Bangladesh.
Biman menyediakan layanan penumpang domestik dan internasional serta kargo menuju Asia dan Eropa. Secara teknis, Maskapai ini memiliki slot yang merupakan bentuk kelanjutan dari Perjanjian Layanan Udara dengan 42 negara berupa slot di bandara tujuan tersebut, tetapi dari semuanya hanya 16 yang dilayani. Kantor pusat maskapai, Balaka Bhaban, berlokasi di Kurmitola, Dhaka.
Sepanjang masa operasional sejak berdiri, maskapai ini sempat memonopoli lalu lintas udara
Bangladesh selama 24 Tahun. Selama masa awal pendirian mereka, manajemen melakukan pengembangan armada dan destinasinya hingga mencapai puncaknya,
Biman mengoperasikan penerbangan menuju 29 destinasi internasional dengan titik terjauh di New York di bagian barat dan Tokyo di bagian timur. Namun, seiring dengan meningkatnya persaingan dan terbukanya pasar global di awal millenium 2000an, maskapai mengalami kegagalan secara ekonomi yang diakibatkan oleh KKN dan salah atur yang menyebabkan tata kelola keuangan manajemen maskapai menjadi tidak transparan yang berujung pada tidakmenentunya jumlah data nominal keuangan.
Sementara itu, maskapai yang telah mengalami kerugian finansial besar-besaran ini, lebih parahnya tidak mengimbangi keadaan yang ada tetapi justru memperparah dengan reputasi buruk akibat banyaknya penundaan jadwal penerbangan akibat armada pesawat yang tua yang berdampak pada keamanan, yang menyebabkan beberapa pesawat jarak jauh milik
Biman dilarang memasuki wilayah udara Amerika Serikat dan Eropa. Krisis Ekonomi Tahun 2008 membuat harga minyak meningkat dan menciptakan tekanan keuangan yang terus melemah tersebut. Gagalnya pembayaran yang dilakukan oleh maskapai untuk
Bangladesh Petroleum Corporation, perusahaan pemerintah bidang minyak membuat maskapai makin tidak dipercaya oleh para investor. Dari peringkat Lima Bintang dari Skytrax,
Biman memperoleh dua bintang. Maskapai ini secara terbuka telah menghadapi kompetisi dari sejumlah maskapai penerbangan regional bersama dengan beberapa maskapai penerbangan internasional, yang menawarkan kenyamanan dengan standar yang tinggi dan berkualitas yang dipengaruhi oleh pertumbuhan lalu lintas penerbangan yang terus tumbuh hingga 8% setiap tahun.
Sejak menjadi sebuah perseroan terbatas, maskapai mengurangi jumlah karyawannya dan mulai memodernisasi armadanya.
Biman telah membuat persetujuan dengan Boeing untuk 10 pesawat baru,bersama dengan opsi untuk 10 pesawat. Maskapai ini mulai menyewa pesawat agar dapat segera membuka kembali layanan menuju destinasi sebelumnya di Asia, Eropa, dan Amerika Utara.
Sejarah
Biman Bangladesh Airlines didirikan pada 4 Januari 1972 sebagai makapai penerbangan nasional
Bangladesh di bawah Ordinat
Bangladesh Biman (Peraturan Presiden No. 126). Inisiatif untuk mendirikan maskapai penerbangan nasional diutarakan oleh 2.500 mantan pekerja, termasuk sepuluh komandan Boeing 707 dan tujuh pilot lain dari Pakistan International
Airlines, yang memebrikan proposal kepada pemerintah pada 31 Desember 1971 setelah Kemerdekaan
Bangladesh. Maskapai ini pada awalnya bernama Air
Bangladesh International namun segera kemudian diganti dengan nama saat ini.
Dalam bahasa Bengali moden, huruf বিমান
Biman mengacu kepada "pesawat terbang", yang bersumber dari kata dalam bahasa Sanskerta vimāna, sebuah nama yang diberikan kepada mesin terbang di literatur kuno Vedic. Logonya, yang dicat di bagian ekor, merupakan tulisa putih modifikasi dari bangau (বলাকা bôlaka) di dalam lingkaran merah. Corak awalnya adalah garis biru gelap yang memanjang dari bagian jendela dan memnutupi bagian ekor. Corak ini diganti pada tahun 1980 dengan warna hijau gelap dan garis merah, yang diseusaikan dengan warna bendera
Bangladesh, dan tetap dipertahankan hingga selama dua dekade. Tahun 2010,
Biman memulai kegiatan pencitraan ulang dan membuka corak dan logo baru yang digunakan di pesawat Boeing 777 sewaan pertama. Namun, setelah pemilihan umum tahun berikutnya,
Biman dipaksa untuk kembali ke citra merek yang lama setelah citra yang baru tidak disetujui oleh pemerintahan yang baru. Tulisan bôlaka juga diberikan kepada kantor pusat
Biman, Balaka Bhaban (বলাকা ভবন bôlaka bhôban, Gedung Bangau), dan sebuah patung landmark di Dhaka yang menggambarkan bangau di depan kantor lama
Biman.
Pada 4 Februari 1972,
Biman memulai layanan domestik dengan rute Dhaka–Chittagong, Dhaka–Jessore dan Dhaka–Sylhet menggunakan pesawat legendaris Perang Dunia II Douglas Dakota dan Douglas DC-3, yang keduanya diperoleh dari Angkatan Udara
Bangladesh. Pada 10 Februari 1972,
Biman mengalami kecelakaan pertamanya saat Douglas DC-3 jatuh di dekat Dhaka saat melakukan uji coba penerbangan, menewaskan seluruh lima awak pesawat. Sebuah Douglas DC-6 kemudian segera disewa untuk menjaga agar layanan domestik tetap berjalan. Pada 4 Maret 1972,
Biman memulai operasi internasionalnya dengan sebuah penerbangan mingguan menuju London menggunakan sebuah Boeing 707 yang dicharter dari British Caledonian. Armada jarak pendek dilengkapi dengan kedatangan sebuah Fokker F27 dari India pada 3 Maret 1972; Pesawat ini digunakan untuk menerbangan harian berjadwal antara Kolkata (Calcutta) dan Dhaka pada 28 April 1972. Tiga pesawawat Fokker F27 tambahan diperoleh selama periode Maret hingga September pada tahun yang sama. Pada tahun pertama operasi,
Biman mengoperasikan 1.079 penerbangan dengan membawa lebih dari 380.000 penumpang.
Empat Fokker F27 bergabung dengan armada pada tahun 1973, memungkinkan
Biman menggandakan frekuensi penerbangan Kolkata menjadi dua kali sehari. Sebuah Boeing 707 ditambahkan ke dalam armada pada bulan September dan penerbangan menuju London menjadi dua kali seminggu, sedangkan penerbangan Chittagong–Kolkata juga mulai beroperasi. Tahun 1974, operasi diperluas menuju Kathmandu (Februari), Bangkok (November) dan Dubai (Desember). Tahun 1976,
Biman menjual dua Fokker F27 dan membeli satu Boeing 707 untuk memperluas layanan internasionalnya menuju Abu Dhabi, Karachi dan Mumbai. Singapore ditambahkan ke dalam daftar destinasi internasional
Biman, saat Boeing 707 ketiga dibeli pada bulan Februari 1977, diikuti dengan Jeddah, Doha dan Amsterdam pada tahun berikutnya, yang juga melihat pembelian Boeing 707 keempatnya. Pada tahun 1977,
Biman diubah menjadi korporasi sektor publik yang akan dipimpin oleh dewan direksi yang dipilih oleh pemerintah. Maskapai mencapai titik impas untuk pertama kalinya pada tahun 1977–78, dan mencetak keuntungan pada tahun berikutnya. Destinasi internasional diperluas menuju Kuala Lumpur, Athena, Muscat dan Tripoli pada tahun 1979, diikuti oleh Yangon, Tokyo dan Dhahran pada tahun 1980.
Tahun 1983, tiga Douglas DC-10 bergabung dengan armada dan maskapai memulai untuk memensiunkan armada Boeing 707. Jaringan penerbangan diperluas hingga meliputi Baghdad (1983), Paris (1984) dan Bahrain (1986). Pada 4 Agustus 1984,
Biman menghadapi kecelakaan terburuknya saat sebuah Fokker F27 yang terbang dari Chittagong jatuh di dekat Dhaka, menewaskan seluruh 49 penumpang di pesawat, termasuk Kapten Kaniz Fatema Roksana, pilot perempuan wanita pertama di maskapai ini. Armada jarak jauh kemudian diperbesar dengan pembelian dua Airbus A310 baru pada tahun 1996, diikuti dengan dua penambahan lagi pada tahun 2000, dari Singapore
Airlines dan Air Jamaica, dan satu lagi pada tahun 2003.
Pada tahun fiskal 2005–06,
Biman mengangkut 1,15 juta penumpang, sebuah petumbuhan lebih dari 70% dibandingkan pada dekade sebelumnya. Dengan pertumbuhan maskapai penerbangan domestik swasta di
Bangladesh, however, penguasaan pasar
Biman untuk penumpang domestik turun hingga 35% dibandingkan rata-rata sepuluh tahun sebelumnya, dengan hanya 162.000 penumpang melakukan perjalanan dengan
Biman di dalam sektor domestik pada tahun fiskal 2005–06. Pada periode yang sama,
Biman melaporkan kerugian tahunan terbesar hingga sebesar AS$120 juta, ditambah dengan kehilangan AS$100 jta pada tahun berikutnya.
Biman juga belum melakukan pembayaran dalam nilai hingga beberapa juta Dolar AS terhadap penyedia bahan bakarnya
Bangladesh Petroleum Corporation.
Manajemen
Maskapai ini dimiliki sepenuhnya oleh pemerintah
Bangladesh melalui
Bangladesh Biman Corporation sejak pendiriannya. Pada tahun 1977,
Biman diubah menjadi korporasi sekotr publik yang memungkinkan otonomi terbatas bagi
Biman, yang dipimpin oleh dewan direksi pilihan pemerintah. Jumlah kepemilikan aset meningkatn menjadi BDT 2 juta pada tahun 1987, dan
Biman diubah menjadi perseroan terbatas terbuka, yang terbesar di
Bangladesh, pada tahun 2007.
Pada akhir dekade 1980an, Hossain Mohammad Ershad, Presiden
Bangladesh pada saat itu, juga menjadi Presiden
Biman. Setelah periode awal ekspansi dan pertumbuhan,
Biman memasuki era menukiknya keuntungan dan perlambatan pertumbuhan, diperburuk oleh manajemen yang buruk dan korup, yang terlalu banyak melakukan pembelian, kesalahan dalam pembayaran biaya perawatan, dan mempertahankan rute yang tidak menguntungkan demi alasan politik. Penelitian yang dilakukan pada tahun 1996 menemukan bahwa
Biman memiliki 5.253 personel yang tidak terbang, 30 persen lebih besar daripada Singapore
Airlines, sebuah maskapai penerbangan yang mengoperasikan armada sebanyak sepuluh kali lebih besar daripada armada
Biman. Laporan ini menjelaskan bahwa
Biman berada dalam kondisi "kurang diatur, terlalu banyak staf, kekurangan aset, dan menjadi sasaran interfensi politik eksesif dalam manajemen setiap hari."
Pada tahun fiskal 1992–93, audit di bawah Kementerian Penerbangan Sipil dan Wisatawan mengungkapkan bahwa pajak senilai BDT 22 juta tidak dibayarkan kepada pemerintah. Audit yang dilakukan pada tahun 1999, juga menunjukkan bahwa
Biman juga kehilangan senilai BDT 2.2 juta kepada agen perjalanan untuk penjualan tiket, sebagian besar karena kolusi terhadap pejabat
Biman. Sebagai tambahan, terdapat kelebihan pembayaran komisi sebesar BDT 2.4 juta kepada agen penjualan yang melanggar kebijakan
Biman. Tahun 2007, Pemerintah Sementara meluncurkan kampanye anti korupsi yang menghasilkan penahanan Shamim Iskander, saudara dari mantan perdana menteri Begum Khaleda Zia dan mantan teknisi penerbangan
Biman, dalam tuduhan korupsi berlapis. Hal ini diikuti oleh pemecatan paksa terhadap 35 kayawan lainnya, yang merupakan kawan dekat dari Iskander.
= Privatisasi
=
Menghadapi kerugian yang semakin besar sejak akhir dekade 1990an ke depan, pemerintah menawarkan 40 persen kepemilikan
Biman kepada maskapai penerbangan asing pada tahun 2004, berharap pembelinya akan mengambil alih manajemen maskapai penerbangan. Namun, proposal tersebut meminta bahwa sebagian besar hak keputusan berada di tangan pemerintah
Bangladesh, dan akhirnya diabaikan oleh maskapai asing. Inisiatif yang sama pada tahun 1998 membuat
Biman harus membayar biaya konsultan senilai $1,6 juta tanpa hasil positif.
Pada bulan Mei 2007, pemerintah sementara menyetujui rencana untuk mengubah
Biman menjadi perseroan terbatas terbuka dengan kepemilikan sahan dibagi kepada tujuh organisasi sektor publik. Sebagai bagian dari restrukturisasi, pemerintah membuka program pensiun dini untuk mengurangi rasio manusia:perlengkapan dari 367:1 (rasio pegawai:pesawat). Rata-rata industri pada waktu tersebut adalah 200:1, dan maskapai Asia lainnya beroperasi dalam rasio sekitar 150:1. Pensiun dini menyediakan kompensasi senilai dengan lama masa kerja, dengan biaya total yang dikeluarkan pemerintah senilai $40 juta yang dipinjam dari World Bank. Manajemen
Biman mengharapkan pengurangan tenaga kerja sebesar 1.600, tetapi mereka memperoleh 2.162 aplikasi, bayak diantaranya yang datang dari karyawan yang akan diberhentikan bila kuota tidak terpenuhi dengan sedikit atau tanpa kompensasi.
Biman menyetujui 1.877 aplikasi dan memastikan bahwa personel kunci tidak akan diijinkan meninggalkan perusahaan melalui pensiun dini.
Pada 23 Juli 2007,
Biman Bangladesh Airlines menjadi perusahaan perseroan terbatas terbesar di
Bangladesh. Perkiraan awal bahwa maskapai akan mengganti namanya menjadi
Bangladesh Airlines ditolak. Pemerintah menjadi pemilik saham tunggal sebanyak 1,5 juta lembar, tetapi berencana untuk menawarkan sebanyak 49 persen kepada sektor swasta dengan tetap mempertahankan kepemilikan mayoritas. Direktu manajemen sebelumnya, Dr. Abdul Momen, dipilih sebagai chief executive officer (CEO) dan direktur manajemen dari organisasi baru tersebut. Enam direktur yang laindipilih dari kementerian energi, perdagangan, keuangan, penerbangan sipil, hubungan luar negeri, dan divisi kabinet, dengan sekretaris kabinet bertugas sebagai pemimpin dari dewan direksi. Enam sekretariat dan sebuah sekretariat gabungan dari kemeterian penerbangan sipil menjadi pemilik saham dari PT baru tersebut. Pada bulan September 2008, pemerintah memilih Komodor Udara Zahed Kuddus (purn.) untuk menggantikan Dr. Momen sebagai CEO. pada periode 2002–05 Kuddus berada di kursi dari Otoritas Penerbangan Sipil
Bangladesh (CAAB), dan sebelumnya dia berada di beberapa pos di Angkatan Udara
Bangladesh.
Setelah privatisasi, sebuah inisiatif diutarakan olek mantan karyawan
Biman, yang keluar organisasi melalui program Pensiun Dini, untuk mendirikan sebuah maskapai pesaing. Nama dari maskapai penerbangan yang diusulakn meliputi Air Bangla International,
Biman Employees
Airlines dand Balaka. Mereka bergabung dengan direktur manajemen
Biman sebelumnya, bersama dengan mantan presiden dari Asosiasi Pilot Maskapai
Bangladesh. Namun, belum ada kejelasan mengenai rencana ini.
Layanan
Biman dikenal karena sering terganggunya jadwal penerbangan dan layanan pelanggan yang buruk. Tahun 2007,
Biman menghadapi kritik keras dari bandara internasional besar seperti Bandar Udara London Heathrow dan Bandar Udara Internasional Dubai karena kegagalannya dalam menjaga jadwal penerbangan. Operator Bandara Heathrow, BAA menulis surat kepada
Biman mengenai bukti bahwa
Biman tidak menerima penggunaan minimun 80% dari jatah pendaratan yang dimilikinya di Heathrow, seperti yang disarankan oleh regulasi EU dan International Air Transport Association (IATA), selama musim panas 2007.
Biman seharusnya, kemudian, tidak memperoleh alokasi pendaratan di Heathrow pada musim panas tahun 2008 dan harus menggunakan Stansted atau Gatwick jika berharap ingin terus melayani London. Namun, setelah diskusi dengan BAA,
Biman memperoleh jatah pendaratan untuk musim panas 2008 dengan syarat mereka wajib memenuhi syarat 80% penggunaan. Namun penundaan masih terus terjadi dan pada bulan September 2008, penerbangan langsung
Biman rute Dhaka–London menggunakan sebuah pesawat DC-10 dialihkan dan mendarat di Gatwick setelah tidak memiliki cukup bahan bakar untuk berada di area tunggu di atas Heathrow setelah keterlambatan kedatangan hingga tiga jam. Pada tanggal 10 September 2008 dalam artikel yang ditulis di The Times,
Biman merupakan maskapai terburuk yang menggunakan bandara Heathrow, dengan rata-rata keterlambatan hingga mencapai tiga jam.
Tahun 2008, Perserikatan Bangsa Bangsa menyarankan kepada stafnya untuk tidak terbang menggunakan
Biman, karena kekhawatiran akan keamanan dan keselamatan penerbangan dan jadwal
Biman yang tidak dapat diandalkan. Kemudian dijelaskan bahwa staf PBB yang terbang menggunakan
Biman harus menanggung risiko sendiri, dan tidak akan mungkin untuk mngejukan klaim asuransi. Direktur manajemen baru
Biman menyatakan bahwa dia tidak mengerti mengenai anjuran PBB, tetapi menyatakan bahwa
Biman mengalami masalah dalam mengatur jadwal penerbangannya. Dia berharap bahwa situasi ini akan segera membaik dengan kedatangan pesawat baru pada bulan-bulan berikutnya.
Kelas penerbangan dan kenyamanan
Terdapat layanan dua kelas (J dan Y) yang dioperasikan dalam pesawat berbadan lebar
Biman dan layanan kelas tunggal tersedia bagi pesawat yang lebih kecil. Kabin Kelas Eksekutif Maslin di pesawat Airbus A310 dipasang dalam konfigurasi 2–3–2 sedangkan pada pesawat Douglas DC-10-30 dipasang dalam konfigurasi yang lebih longgar 2–2–2. kabin kelas ekonomi diatur dalam konfigurasi standard 2–5–2.
Koran dalam bahasa Inggris dan Bengali tersedia di dalam pesawat bersama dengan majalan dalam penerbangan
Biman, Digonto (Horizon), yang diterbitkan setiap kuartal. Majalah ini sebagian besar berisi konten dalam bahasa Inggris yang merupakan informasi mengenai destinasi wisata di
Bangladesh dan tempat lain yang bisa dicapai dengan
Biman.
Hiburan dalam penerbangan di pesawat
Biman mendapat penilaian "sangat buruk" oleh Skytrax. Layanan
Biman secara garis besar memperlihatkan peringkat bintang dua-nya (dari lima bintang), yang memperlihatkan rendahnya standard pelayanan yang disediakan maskapai yang berada di bawah standard rata-rata industri penerbangan. Douglas DC-10-30 dilengkapi dengan proyektor di setiap kabin, sedangkan Airbus A310 memiliki monitor yang tergantung di atap di bawah rak bagasi di bagian tengah pesawat. Bila dibandingkan dengan maskapai penerbangan lain yang mempu menyediakan pengalaman hiburan penerbangan yang lebih pribadi melalui layar LCD di belakan kursi, armada
Biman yang telah menua masih mempertahankan perlengkapan standard yang tersedia saat pesawat masih dibangun.
Biman mengoperasikan program frequent flyer yang memberikan pelanggan layanan penerbangan pulang pergi gratis yang diperoleh jika menggmpulkan tiket unruk sepuluh penerbangan pulang pergi menggunakan
Biman. Tiket gratis ini tersedia bagi rute penumpang yang paling sering digunakan. Perjalanan dengan menggunakan rute lokal tidak mendapatkan fasilitas ini.
Sebuah perjanjian dilakukan dengan Amadeus pada tahun 2007 untuk meningkatkan sistem tiket
Biman dengan sebuah solusi tiket elektronik untuk memenuhi peraturan IATA, yang memberikan tenggat waktu hingga 31 Desember 2007 untuk semua anggotanya untuk mengubah sistem tiket mereka. E-ticketing memungkinkan maskapai menyediakan fasilitas cek in online, mengurangi kebutuhan untuk mengantri di konter cek in. Namun,
Biman tidak melakukan satu usahapun untuk meningkatkan layanan pelanggan setelah mengadopsi sistem e-ticketing, meskipun hal tersebut mampu mengurangi biaya operasionalnya. tahun 2005,
Biman sebenarnya telah menghentikan penggunaakn sistem tiket Amadeus setelah pemerinteh menghentikan operasi dari anak perusakaan lokal Amadeus setelah perintah dari pengadilan, setelah adanya tuduhan pencucian uang. Penghentian operasi ternyata hanya berlangsung selama satu bulan, dan kemudian dibatalkan setelah banding di pengadilan tinggi.
=
Biman juga mengoperasikan sebuah layanan kargo menggunakan ruang kargo yang berada di pesawat penumpangnya menuju fasilitas kapal kargo menuju destinasi internasional. maskapai ini mendirikan Desa Kargo di Bandar Udara Internasional Shahjalal di mana kargo dikemas dan diberi label sebelum dimuat ke dalam pesawat.
Saat industri kargo udara di
Bangladesh tumbuh hingga 16.5% pada tahun fiskal 2003–04, operasi kargo
Biman tetap berada dalam kondisi stagnan disaat operator swasta seperti Bismillah
Airlines, Best Aviation dan Air
Bangladesh menghasilkan pertumbuhan hingga 108% dari tahun sebelumnya. operator swasta mengalami peningkatan penguasaan pasar kargo hingga sebesar 10.6% dan menangani penanganan kargo sebanyak 24% dari total 99.000 ton kargo sedangkan
Biman dan maskapai asing melihat penurunan penguasaan mereka hingga 4,6% dan 6,0%. Maskapai penerbangan asing menangani 47% dari total kargo sedangkan
Biman menangani sisanya sebesar 29%.
Seperti dalam layanan penumpang dan manajemen, korupsi juga terjadi di
Biman Cargo. Sebuah investigasi pada tahun 2004 membuka tabir mengenai ketidaksesuaian dalam operasi
Biman di Timur Tengah yang mengurangi pendapatan pemerintah hingga mencapai jutaan dolar. Petugas
Biman di Dubai ditemukan telah memberikan keistimewaan saat menangani bagasi untuk menukarnya dengan uang suap. Penyelundupan mata uang asing dan batangan emas dilaporkan terjadi di Desa Kargo
Biman oleh pegawai
Biman dan CAAB. Sejumlah penangkapan dilakukan namun pelaku kemudian dibebaskan karena kurangnya barang bukti dan tekanan dari Serikat Pekerja CAAB.
Destinasi
Biman memiliki perjanjian layanan penerbangan dengan 43 negara, tetapi hanya mengoperasikan penerbangan menuju 16 negara, meninggalkan ruang besar untuk ekspansi akibat kekurangan pesawat. MAskapai ini mengoperasikan penerbangan menuju beberapa destinasi di Timur Tengah, beberpaa destinasi di Asia Selatan dan Tenggara, dan dua destinasi di Eropa (Roma dan London). Maskapai asing berusaha memasuki rute
Biman, terutama rute padat London–Dhaka, yang secara tradisional hanya dioperasikan oleh
Biman dan British Airways (sebelum dihentikan pada tahun 2009) secara langsung. Tahun 2005, Air India membuka rute yang membuka diijinkan secara langsung tanpa transit antara London dan Dhaka yang menggunakan jatah kosong yang dimiliki oleh
Biman setelah mengurangi operasi penerbangan London–Dhaka. Maskapai lain juga berharap mendapatkan rute tersebut dari permasalahan
Biman: United Airways dan Royal Bengal
Airlines adalah dua makapai yang mengahrapkan mendapat jatah rute penerbangan langsung antara London dan Dhaka.
= New York dan Manchester
=
Dari tahun 1993 hingga 2006,
Biman mengoperasikan penerbangan menuju Bandar Udara Internasional John F. Kennedy, New York, dari Dhaka melalui Brussels. New York merupakan destinasi terjauh dan paling prestisius, dan berusaha tetap dipertahankan operasinya meskipun kerugian finansial besar dalam tiap penerbangannya untuk mempertahankan jatah mendarat di dalam AS, yang jika dihentikan, akan sulit untuk mendapatkannya kembali.
Untuk mengurangi kerugian,
Biman mengurangi layanannya menjadi sekali seminggu dan mengubah rutenya menjadi melaui Bandar Udara Manchester, britania, dengan sasaran meningkatnya kebutuhan perjalanan untuk komunitas ekspatriat
Bangladesh di bagian utara Inggris. pada 8 April 2006, penerbangan perdana
Biman menuju Manchester mendarat di Bandara Manchester Airport dalam rute menuju. namun, Federal Aviation Administration (FAA) kemudian menempatkan CAAB imenjadi Kategori 2 (tidak memenuhi standard International Civil Aviation Organization) berdasarkan Program Asesmen Keselamatan Penerbangan Internasional-nya, yang mengahruskan pembatasan tambahan bagi maskapai dari negara tersebut saat terbang menuju wilayah AS. Seorang mantan asisten direktur CAAB membuat sebuah penyataan yang menyakitkan mengenai CAAB dalam sebuah artikel opini di Aviatour, sebuah suplemen perjalanan dan wisata bulanan dan majalan berita
Bangladesh Weekly Holiday. Bagi
Biman, hal ini berarti bahwa mereka masih dapat terbang menuju AS, tetapi tudak boleh memperluas atau mengubah rutenya, seperti ngubah tempat transit dari Brussels menjadi Manchester. FAA memberikan denda kepada
Biman karena pelanggaran peraturan tersebut, dan penerbangan menuju New York dikembalikan melalui Brussels.
FAA sudah memperingatkan
Biman untuk menggantikan pesawat DC-10 yang sudah menua pada Desember 2005. Berdasarkan keterangan ahli, pesawat ini tidak memiliki perlengkapan cukup untuk dapat menyeberang Atlantik dengan selamat. Pada 13 Mei 2006, FAA menolak izin untuk
Biman penerbangan BG011 (Dhaka–Dubai–Brussels–JFK) untuk memasuki wilayah udaranya, khawatir akan tingkat keselamatan dari pesawat DC–10 yang mengudara dalam rute tersebut. Penerbangan kemudian dialihkan menuju Bandar Udara Internasional Montréal-Pierre Elliott Trudeau di Kanada, di mana penumpang menerima opsi alternatif maskapai lain untuk menyelesaikan perjalanannya. Otoritas Kanada memeriksa pesawat tersebut dan memberikan izin kondisi baik bagi pesawat setelah pesawat tersebut kembali menuju Dhaka tanpa penumpang. FAA kemudian mengakui kesalahan tersebut dan meminta maaf.
Insiden ini mengakhiri rute tersebut, yang mengalami kerugian $80.000 tiap penerbangan, yang diakibatkan oleh penggunaan DC–10 yang sudah kuno.
Biman memutuskan untuk menghentikan rute tersebut persama dengan sejumlah rute regional dan domestik untuk mengurangi kerugian besar yang diterima oleh maskapai setiap bulan. Namun, pada bulan Oktober 2007,
Biman diarahkan oleh pemerintah sementara untuk membuka kembali penerbangan menuju New York.
Biman mendapatkannya hingga 25 Oktober 2008 (diperpanjang dari tenggat waktu sebelumnya 23 Maret 2008) untuk membuka kembali penerbangan menuju bandara oleh otoritas bandara JFK, dan setelah itu mereka kehilangan jatah pedaratan secara permanen.
Biman berencana untuk membuka kembali rute Dhaka–Manchester–New York pda kuartal pertama tahun 2010 menggunakan sebuah Boeing 777–200ER sewaan. Izin diperoleh dari pemerintah Britania Raya setelah pemeriksaan ASA antara
Bangladesh dan Britania Raya.
= Penerbangan Haji
=
Ziarah tahunan Islam menuju Mekkah Al Mukarramah untuk haji dilakukan oleh ribuan penduduk
Bangladesh yang populasinya didominasi oleh Muslim.
Biman merupakan maskpai penerbangan tunggal
Bangladesh yang diijinkan pemerintah untuk menyediakan penerbangan bagi Jamaah Haji menuju Bandar Udara Internasional King Abdulaziz, Jeddah. Setiap tahun, pembukaan penerbangan ini dihadiri oleh pegawai tinggi pemerintah, termasuk pada satu waktu, Perdana Menteri.
Pada tahun 2002, pemerintah membuka layanan kepada operator swasta Air
Bangladesh. Penerbangan swasta pertama ini mengalami penundaan, di mana kedua penerbangan keberangkatan dan kedatangan ditunda hingga selama sembilan hari, yang meneybabkan pemerintah
Bangladesh mengembalikan hak monopoli kepada
Biman.
Penanganan
Biman dalam penerbangan Haji juga mengalami banyak masalah. Tahun 2005, Menteri Negara Penerbangan Sipil dan Pariwisata mengundurkan diri setelah protes terhadap biaya penerbangan yang terlalu tinggi. Tahun 2006,
Biman tmelakukan langkan tidak biasa dengan menghilangkan kursi kelas bisnis untuk penerbangan khusus Haji untuk menampung lebih banyak penumpang kelas ekonomi. Ketidakteraturan prosedur oleh Biro Haji menunda konfirmasi dari visa pada jemaah, dan
Biman harus membatalkan 19 penerbangan akibat kurangnya jumlah penumpang. Saat situasi sudah diatasi,
Biman tidak mampu memenuhi kebutuhan jumlah penerbangan untuk mengatasi penumpukan penumpang.
Pada bulan Juni 2007, pemerintah sementara menyetujui kebijakan Haji untuk tiga tahun dengan sasaran menyelesaikan masalah yang terjadi selama dua tahun sebelumnya. Penerbangan haji juga mulai meninggalkan
Bangladesh dari dua bandara internasional lainnya, Bandar Udara Internasional Shah Amanat dan Bandar Udara Internasional Osmani.
Biman melakukan tender untuk menyewa cepat dua pesawat untuk penerbangan Haji dan mencapai persetujuan dengan Phuket Air. Namun perjanjian dihentikan pada Agustus 2007 setelah Phuket Air meminta biaya tambahan sebesar 30% dibandingkan dengan persetujuan sebelumnya 10%. Ausban Aeronautical Services dari Australia dipilih kemudian, setelah proses tender ulang, untuk mengisi kekosongan Phuket Air.
Armada
Sebuah model Douglas Dakota dan Douglas DC-3 merupakan pesawat pertama dalam armada
Biman. Operasi domestik dimulai dengan pembelian empat pesawat Fokker F27 yang menerbangkan penumpang menuju Chittagong dan Sylhet dari basisnya di Dhaka. Segera setelah itu, sebuah Boeing 707, disewa dari British Caledonian, bergabung dengan armada maskapai, memungkinkan
Biman untuk memulai penerbangan internasional. Tahun 1983,
Biman membeli tiga pesawat Douglas DC-10 dari Singapore
Airlines untuk menyediakan layanan untuk rute penerbangan jarak jauh.
Selama lebih dari dua dekade, DC–10–30 merupakan satu-satunya pesawat berbadan lebar milik
Biman dan malayani meskapai ini secara konsisten, dengan tanpa pernah mengalami masalah mekanik signifikan - yang kontras dengan catatan maskapai dalam penerbangan domestik. Penerbangan ini dilayani oleh Fokker F28 dan BAe ATPyang secara rutin masuk dalam bengkel perawatan karena masalah teknik. Dalam satu kecelakaan, seorang menteri pemerintah terpaksa meninggalkan sebuah penerbangan dan harus melakukan perjalanan darat saat dia mengetahui bahwa pesawat tersebut adalah sebuah BAe ATP. Pada Januari 2003,
Biman menyewa dua Boeing 737–300 yang digunakan dalam rute domestik dan regional selama 18 bulan. Pesawat ini menjadi pengganti bagi BAe ATP.
Pada pertengahan dekade 1990an,
Biman mengubah pilihan maskapai untuk penerbangan jarak jauh dengan menggunakan pesawat seri Airbus. Dua Airbus A310 baru bergabung dengan armada
Biman pada tahun 1996 diikuti oleh satu pesawat lagi tahun 2000. Namun pesawat ini tidak pernah menggantikan armada DC–10 yang sudah menua, meskipun pesawat tersebut telah dilarang oleh beberapa negara (terutama AS) karena masalah keselamatan. Maskapai mengoperasikan sendiri fasilitas perawatan dan perbaikan di Bandar Udara Internasional Shahjalal, di mana mereka melakukan semua pekerjaan perawatan bagi pesawat F28, dan C-Checks bagi DC–10–30 dan A310–300.
= Saat ini
=
Armada
Biman Bangladesh Airlines terdiri dari pesawat sebagai berikut (pada Januari 2011):
= Sejarah armada
=
= Modernisasi
=
McDonnell Douglas DC-10 dan Airbus A310-300 merupakan armada internasional utama dari
Biman. Fokker F28 merupakan armada yang lain yang digunakan untuk penerbangan domestik dan regional. Armada
Biman merupakan dua pesawat Douglas DC–10 terakhir yang masuk dalam jalur produksi (l/n 445), dan hanya tiga Airbus A310–300 yang lain yang diproduksi setelah pembelian
Biman untuk dua Airbus A310 baru pada tahun 1996. Penambahan terakhir
Biman untuk armadanya adalah dua Fokker F28–4000 yang dibeli dari PBair tahun 2004 senilai $2,91 juta. Kedua pesawat ini dibangun pada tahun 1977, membuat pembelian pesawat
Biman terakhir adalah pesawat tertua di armadanya.
Armada yang menua menyebabkan
Biman mengalami kesulitan dalam mempertahankan jadwal penerbangannya, karena pesawat sering mengalami masalah mekanik, yang menimbulkan penundaan dan pembatalan penerbangan. Sejumlah pesawat masih dilarang terbang karena mengalami kekurangan suku cadang karena sudah tidak dibuat lagi dan sulitnya memperoleh suku cadang bekas.
Tahun 2000,
Biman mengajukan proposal untuk pembelian empat pesawat berbadan lebar untuk menggantikan DC–10, tetapi rencana untuk memperbarui armada beserta dengan rencana privatisasi maskapai ditolak oleh pemerintah. Usaha lebih lanjut dilakukan pada tahun 2005 untuk membeli pesawat baru dan rencana diberikan untuk membeli sepuluh pesawat berbadan lebar baru buatan Airbus dan Boeing dengan biaya total sebesar $1 miliar. Boeing berencana untuk mebiayai pembelian dengan jaminan yang diberikan oleh pemerintah
Bangladesh. Setelah penundaan birokrasi dan kecilnya komitmen pemerintah, Boeing kehilangan ketertarikan dan rencana tersebut dibatalkan. Usaha yang sama untuk membeli pesawat jarak menengah untuk rute penerbangan domestik juga ditunda.
Pada bulan Maret 2007,
Biman melakukan tender untuk penyewaan jangka panjang dari dua pesawat Airbus A310-300 dan dua Airbus A300-600 selama dua tahun. Satu-satunya perusahaan yang menanggapi proses tender ini adalah Star Aviation dari Uni Emirat Arab (UAE).
Setelah
Biman menjadi perseroan terbatas terbuka, usaha pembaruan dilakukan untuk membeli pesawat generasi baru demi menggantikan armadanya yang telah menua. Pada November 2007, Boeing memberikan tawaran untuk memasok
Biman dengan empat Boeing 777-200 (dengan opsi dua pesawat) untuk dikirimkan pada tahun 2013 dan empat Boeing 787-8 Dreamliners (dengan dua opsi lagi) yang akan dikirimkan pada tahun 2017 dan menyediakan pesawat yang sama dalam bentuk sewa untuk mengisi kekosongan dimulai pada tahun 2009. Harga rata-rata dari pesawat tersebut adalah $165 juta. Airbus juga membuat penawaran untuk memasok empat pesawat seri Airbus A320 atau Airbus A330 dengan harga jauh lebih murah daripada yang ditawarkan Boeing. Untuk mengatur armada dalam jangka pendek,
Biman membuka terder lagi pada Januari 2008 untuk membeli/sewa jangka panjang dua pesawat Airbus A310-300 bekas.
Pada 10 Maret 2008, manajemen
Biman membuka rencana untuk membeli delapan pesawat berbadan lebar next-generation dari Boeing Commercial Airplanes dengan biaya total $1,26 juta. Delapan pesawat tersebut meliputi empat Boeing 777-300ER (dengan harga rata-rata $182.9 juta per unit) akan dikirimkan pada tahun 2013 dan empat Boeing 787–8 Dreamliners ($133.31 juta per unit) untuk bergabung dengan armada
Biman pada tahun 2017. Boeing 777-300ER akan memiliki kapasitas tempat duduk 463 sedangkan Dreamliners berkapasitas 294.
Sebuah nota kesepahaman ditandatangani dengan Boeing pada bulan Maret 2008, dengan pembayaran awal senilai $1,54 juta oleh
Biman. Dengan nilai sekarang EXIM bank dari AS akan membiayai 85%, dengan sindikat bank lokao akan membiayai sisa pembelian. Dalam masa antara, Boeing setuju untuk menyewakan empat pesawat Boeing 777-200ER kepada
Biman di mana dua diantaranya akan dikirimkan pada tahun 2009 dan dua sisanya akan dikirimkan pada tahun 2010. Segera sesudahnya,
Biman juga menandatangani perjanjian dengan Boeing untuk membeli dua pesawat Boeing 737-800 untuk operasi domestik yang akan dikirimkan pada tahun 2015.
Tahun 2008,
Biman menyewa cepat sebuah pesawat 542-kursi Boeing 747-200 dari Kabo Air di Nigeria selama enam bulan untuk mengoperasikan penerbangan menuju Arab Saudi dan UAE. Pesawat 512-kursi Boeing 747-300 yang lain disewa dari Orient Thai
Airlines.
Tahun 2009,
Biman menandatangani perjanjian dengan EuroAtlantic Airways untuk menyewa dua Boeing 777-200ER untuk menutupi masa jeda sebelum pengiriman perdana Boeing 777-300ER tahun 2011. Salah satu pesawat akan digunakan untuk mebuka kembali penerbangan Dhaka–Manchester–New York sedangkan yang lain akan digunakan untuk layanan menuju Eropa. Pesawat pertama dikirimkan pada Januari 2010, dilengkapi dengan corak baru yang diperkenalkan pada bulan November 2009.
Biman telah memastikan pemesanan 10 pesawat dari Boeing, terdiri dari empat 777-300ER, empat 787-8, dan dua 737-800, bersama dengan 10 opsi.
Anak perusahaan
Anak perusahaan yang dimiliki penuh oleh
Biman,
Biman Flight Catering Centre (BFCC) didirikan pada tahun 1989 untuk menyediakan makanan dalam penerbangan. Ini merupakan salah satu operasi
Biman yang paling menguntungkan, menyediakan makanan kepada British Airways, Qatar Airways, Dragonair, Uzbekistan Airways, dan Iran Air, bersama dengan pesanan umum dari maskapai penerbangan lain yang beroperasi di
Bangladesh. BFCC menggunakan 90% telur dan ayam dari
Biman Poultry Complex, anak perusahaan
Biman lainnya yang menguntungkan yang dibentuk pada tahun 1976 dan mulai beroperasi pada bulan 1980 menjadi sebuah peternakan dalam pertanian di Dhaka. Flu burung dideteksi di dalah satu peternakan pada bulan Maret 2007, dan banyak dari unggas di sana dimusnahkan. Ini merupakan insiden flu burung pertama yang terjadi di
Bangladesh.
Insiden dan kecelakaan
10 Februari 1972: Kecelakaan pertama terjadi kurang dari sebulan setelah operasi penerbangan dimulai. Seluruh lima awak tewas saat Douglas DC-3 jatuh di dekat Dhaka dalam sebuah uji coba penerbangan.
18 November 1979: Sebuah Fokker F27 yang digunakan untuk latihan penerbangan mendarat di sebuah lapangan di dekat Savar Bazar setelah salah satu mesin terbakar dan patah setelah uji coba daya angkat pada ketinggian 8000 kaki. Pesawat kemudian dipensiunkan.
3 April 1980: Sebuah Boeing 707 yang lepas landas pada sebuah penerbangan internasional berjadwal dari Singapura (mengarah dari Bandar Udara Paya Lebar menuju Dhaka) kehilangan tenaga sesaat setelah roda dimasukkan. Pesawat sudah mencapai ketinggian 100 kaki dan jatuh kembali ke landasan pacu. Seluruh mesin pesawat terbakar, diperkirakan bahwa pembatalan lepas landas dilakukan terlambat. Pesawt kemudian dipensiunkan.
4 Agustus 1984: Dalam sebuah penerbangan dari Chittagong menuju Dhaka, sebuah Fokker F-27 (registrasi S2-ABJ) jatuh di dekat Dhaka, menewaskan seluruh 49 orang di pesawat. Kapten Kaniz Fatema Roksana, pilot wanita pertama di maskapai ini, membuat dua usaha pendaratan dalam pandangan yang buruk namun tidak dapat menemukan landasan pacu. Dalam usaha ketiga Fokker F–27 jatub di sebuah rawa sejauh 1640 kaki sebelum landasan pacu. Semua penumpang dan awak tewas.
22 Desember 1997: Penerbangan BG609 dari Dhaka menuju Sylhet melakukan pendaratan tanpa roda di sawah sejauh 2 kilometer (1,2 mi) sebelum Bandar Udara Internasional Osmani dalam kabut tebal. 17 dari 89 penumpang cedera. Fokker F28 tersebut kemudian dipensiunkan.
11 Januari 2000: Biro Keamanan Penerbangan Sipil (BCAS) India memberikan sebuah peringatan kepada otoritas penerbangan Bangladehs terhadap kemungkinan usaha pembajakan pesawat yang dilakukan di pesawat
Bangladesh. Sebelas penumpang dengan pasport Iran yang memasuki penerbangan dari Kolkata menuju Dhaka ditahan oleh anggota kepolisian Kolkata dengan tuduhan usaha pembajakan, namun kemudian dibebaskan beberapa jam kemujdian dengan dimulai perburuan terhadap delapan warga negara Afghanistan yang belum diidentifikasi.
8 Oktober 2004: Penerbangan BG601 dari Dhaka menuju Sylhet mendarat di landasan pacu sepanjang 9000 kaki di bandar Udara Internasional Osmani dalam hujan lebat dan tergelincir hinngga sejauh 150 kaki dari ujung landasan, mendarat di air berkedalaman 15 kaki. Lambung depan dari Fokker F28 tersebut mengalami kerusakan parah dan pesawat dipensiunkan. Seluruh 79 penumpang (termasuk beberapa penumpang VIP dari pemerintah
Bangladesh) selamat dengan luka ringan kecuali kapten pilot, Shahana Begum, yang mengalami patah lengan. Badan pesawat tersebut dijual senilai BDT 1,1 juta kepada Western Grill Air Corporation, yang mengubahnya menjadi restoran yang terletak di Ashulia, Dhaka.
1 Juli 2005: Penerbangan BG048 dari Dubai melalui Chittagong menuju Dhaka tergelincir di landasan pacu 23 ke rumput di Bandar Udara Internasional Shah Amanat saat mendarat dalam hujan lebat. Sisi kanan bagian bawah dari McDonnell Douglas DC-10-30 terbakar. Sepuluh penumpang terluka saat berusaha keluar dari pesawat. Sebuah penyelidikan tidak menemukan kesalahan di dalam pesawat dan menyalahkan insiden ini kepada kurang kompetennya pilot, yang kemudian dipecat.
26 September 2005: 5.500 staf dan 150 pilot dari
Biman, menutup bandar udara internasional terbesar di
Bangladesh, saat presiden dari
Bangladesh Airlines Pilots Association menyetujui sebuah surat pemecatan. Pemogokan tersebut, berlangsung selama sembilan jam, menelantarkan lebih dari 1.000 penumpang di bandar Udara Internasional Zia, yang juga dioperasikan oleh
Biman.
12 Maret 2007: Penerbangan BG006 dari London melalui Dubai menuju Dhaka berhenti saat melakukan percepatan di landasan pacu Bandar Udara Internasional Dubai, saat roda depan dari Airbus A310–300 patah. Pesawat berhenti di ujung landasan pacu dan sievvakuasi, tetapi menutup satu-satunya landasan pacu aktif dan memaksa bandara ditutup selama delapan jam saat otoritas bandara memeriksa landasan pacu. Empat belas penumpang mengalami luka ringan dan pesawat dipensiunkan.
Referensi
Pranala luar
Situs web resmi (English)
Aviation Safety Network:
Biman Bangladesh Airlines
AirDisaster: Photos of F–28 2004 accident Diarsipkan 2012-02-29 di Wayback Machine.
Douglas DC-6 leased by
Bangladesh Biman
Interview With Dr MA Momen following
Biman's conversion to PLC (in Bengali)