Kota Bitung adalah salah satu
Kota di provinsi Sulawesi Utara, Indonesia.
Kota Bitung terletak di timur laut Tanah Minahasa. Wilayah
Kota Bitung terdiri dari wilayah daratan yang berada di kaki gunung Dua Saudara dan sebuah pulau yang bernama Lembeh.
Banyak penduduk
Kota Bitung yang berasal dari suku Sangir, sehingga kebudayaan yang ada di
Bitung tidak terlepas dari kebudayaan yang ada di wilayah Nusa Utara tersebut.
Kota Bitung merupakan
Kota industri, khususnya industri perikanan. Jumlah penduduk
Kota Bitung pada pertengahan tahun 2024 berjumlah 214.724 jiwa.
Sejarah
Menurut cerita sejarah, nama
Bitung diambil dari nama sebuah pohon ( Barringtonia asiatica (L) yang banyak tumbuh di daerah utara Jazirah Pulau Sulawesi. Penduduk yang pertama yang memberikan nama
Bitung adalah Dotu Simon Tudus yang dalam bahasa daerah disebut dengan Si Kitare Tumani atau Pemipin Perombak Pertama. Ketika itu Para Perompak dari Negeri Mindano sering datang dan bersembunyi di tempat tersebut. Pada saat itu Negeri Minahasa juga sedang sibuk mempertahakan perbatasan dari arah Selatan sehingga Ospor Palenkahu selaku pemimpin di Tonsea mengadakan sayembara siapa ya berani untuk menumpas para Perompak tersebut. Kemudian terpilih Pemuda yang mempunyai pengetahuan yang luar biasa bernama Dotu Simon Tudus ia tidak sendirian tetapi pada saat itu dia juga mengajak juga sahabatnya Dotu Xaverius Dotulong yang terkenal juga memiliki kemampuan yang sangat luar biasa. Mereka berdua dengan mudahnya menumpas para Perompak dari Mindano dan sebagai imbalan tempat tersebut diberikan kepada Dotu Simon Tudus sebagai harta pusakanya dan sebai imbalan jasa dari temannya Dotu Fransiskus Xaverius Dotulong yang berjasa membantu maka diberikan separuh dari Pulau yang tepat berada di depan Pesisir Pantai( Sekarang diberi nama Pulau Lembeh) dan beberapa bagian dari tanah pusaka tersebut.
Dotu Simon Tudus yang lelah mengolah dan menanam Pohon-pohon Kelapa merasa lelah dan tidur di bawah sebuah Pohon
Bitung yang sudah sangat Tua dan Besar di dalam tidurnya dia mendapat Penglihatan di Pohon Tersebut datang hinggap berbagai macam burung-burung dari yang berukuran besar sampai yang terkecil, tersadar dari mimpinya Dotu Simon Tudus paham di tanah yang diberikan secara adat miliknya akan banyak kedatangan orang-orang dari berbagai asal yang akan menduduki bahkan mengakui serta memutarbalikan sejarah demi merampas hak dari tanah pusakanya dengan ini Dotu Simon Tudus memberikan nama
Bitung yang nantinya menjadi Negeri
Bitung..
Dotu Simon Tudus menetap dan juga terus merombak tanah-tanah yang disebut Tumani atau Merombak Tanah. Anak-anak dari Simon Tudus ada yang sudah dibetikan Pusaka atau Budel di Kaima desa asal dari Dotu Simon Tudus namun salah satu anak perempuanya bernama Mitji Tudus diberikan Pusaka atau Budel atas tanah adat yang sekarang menjadi Negeri
Bitung. Kemudian kawin dengan bernarga Oley Kemudian anak mereka Kawin dengan Martinus Langelo dan anak tertuanya adalah Leindert Langelo yang lebih di kenal dengan panggilan Singal atau opa Singal oleh keturunannya.
Pengertian kata Dotu adalah orang yang dituakan atau juga bisa disebut sebagai gelar kepemimpinan pada saat itu, sama seperti penggunaan kata Datuk bagi orang-orang yang ada di Sumatra, mereka membuka serta menggarap daerah tersebut agar menjadi daerah yang layak untuk ditempati, mereka semua berasal dari Suku Minahasa, etnis Tonsea.
Daerah pantai yang baru ini ternyata banyak menarik minat orang untuk datang dan tinggal menetap sehingga lama kelamaan penduduk
Bitung mulai bertambah. Sebelum menjadi
Kota,
Bitung hanyalah sebuah desa yang dipimpin oleh Hendrikus Langelo(Opo Langi) adik dari Martinus Langelo(Pewaris sah dari Dotu Simon Tudus sebagai Hukum Tua (Lurah) pertama desa
Bitung dan memimpin selama kurang lebih 25 tahun, yang pada saat itu Desa
Bitung adalah termasuk dalam Kecamatan Kauditan.
Dari Sekitar tahun 1940-an, para pengusaha perikanan yang mengusahakan Laut Sulawesi tertarik dengan keberadaan
Bitung dibandingkan Kema (di wilayah Kabupaten Minahasa Utara sekarang) yang dulunya merupakan pelabuhan perdagangan, karena menurut pandangan mereka
Bitung lebih strategis dan bisa dijadikan pelabuhan pengganti Kema. Seiring dengan perkembangan,
Bitung sebagai suatu kawasan yang strategis serta jumlah penduduk yang semakin bertambah. dengan pesatnya sekarang, maka Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1975 tanggal 10 April 1975
Bitung diresmikan sebagai
Kota Administratif pertama di Indonesia.
Lambang
Lambang daerah
Kota Bitung diatur dalam Peraturan Daerah
Kota Bitung Nomor 1 Tahun 1991. Bentuk dasar dari lambang daerah
Kota Bitung adalah segi lima dengan warna dasar biru laut dan garis pinggir berwarna merah. Di dalam segilima terdapat gambar setangkai daun pohon
Bitung berwarna hijau sebanyak 17 helai yang dihubungkan oleh 8 lingkaran kecil bergaris pinggir hitam.
Di dalam segi lima juga terdapat setangkai mayang kelapa yang belum mekar berjumlah 45 berwarna kuning emas. Pada bagian tengah dari segilima terdapat sketsa yang bergambarkan sepasang ikan berwarna perak, seekor burung Manguni berwarna hitam dan gunung Dua Saudara yang berwarna hijau. Bagian tengah lambang juga bergambar sebuah jangkar berwarna perak, sebuah bangunan industri, kantor pemerintahan, dan bangunan perdagangan. Tulisan
Kota Bitung berada di bagian bawah lambang pada bagian dalam pita putih dengan garis pinggir merah.
Geografi
Kota Bitung terletak pada posisi geografis di antara 1° 23' 23" - 1° 35' 39" LU dan 125° 1' 43" -1 25° 18' 13" BT. Luas wilayah
Kota Bitung adalah 313,5 km2. Wilayah daratan
Kota Bitung seluas 304 km2.
= Batas wilayah
=
Batas wilayah
Kota Bitung adalah sebagai berikut:
= Topografi dan Iklim
=
Dari aspek topografis, sebagian besar daratan
Kota Bitung berombak berbukit 45,06%, bergunung 32,73%, daratan landai 4,18% dan berombak 18,03%. Di bagian timur mulai dari pesisir pantai Aertembaga sampai dengan Tanjung Merah di bagian barat, merupakan daratan yang relatif cukup datar dengan kemiringan 0-150, sehingga secara fisik dapat dikembangkan sebagai wilayah perkotaan, industri, perdagangan dan jasa.
Di bagian utara keadaan topografi semakin bergelombang dan berbukit-bukit yang merupakan kawasan pertanian, perkebunan, hutan lindung, taman margasatwa dan cagar alam. Di bagian selatan terdapat Pulau Lembeh yang keadaan tanahnya pada umumnya kasar ditutupi oleh tanaman kelapa, hortikultura dan palawija. Disamping itu memiliki pesisir pantai yang indah sebagai potensi yang dapat dikembangkan menjadi daerah wisata bahari.
Pemerintahan
=
= Dewan Perwakilan
=
= Kecamatan
=
Kota Bitung terdiri dari 8 kecamatan dan 69 kelurahan. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 221.209 jiwa dengan luas wilayah 302,89 km² dan sebaran penduduk 730 jiwa/km².
Daftar kecamatan dan kelurahan di
Kota Bitung, adalah sebagai berikut:
Penduduk
= Etnis
=
Sebagian besar penduduk
Kota Bitung berasal dari suku Minahasa dan suku Sangir. Terdapat juga komunitas etnis Tionghoa yang besar di
Bitung. Para pendatang yang berasal dari Jawa, Halmahera, dan Buton juga banyak ditemui di
Bitung, di mana sebagian besar dari mereka berprofesi sebagai pedagang.
= Agama
=
Sebagian besar penduduk
Kota Bitung memeluk agama Kristen yakni sebanyak 63,46%, dengan rincian Protestan dengan persentase 60,08% dan selebihnya Katolik sebanyak 3,38%. Agama Kristen di Sulawesi Utara umumnya dianut sebagian besar suku asli setempat seperti suku Sangir, suku Minahasa, suku Talaud, dan lainnya. Kemudian, penduduk
Kota Bitung yang berasal dari suku Mongondow, Jawa, Bugis dan Gorontalo, banyak yang menganut agama Islam, sebanyak 36,25%. Sementara agama Buddha sebanyak 0,15% dan Konghucu sebanyak 0,02% yang umumnya dianut oleh penduduk yang berasal dari etnis Tionghoa dan agama Hindu sebanyak 0,11% dianut warga etnis Bali, serta kepercayaan lainya 0,01%.
= Bahasa
=
Bahasa yang sering digunakan oleh masyarakat
Kota Bitung adalah bahasa Manado sebagai bahasa ibu dari sebagian besar penduduk
Kota Bitung. Bahasa Sangir juga sering digunakan oleh masyarakat suku Sangir yang ada di
Kota Bitung.
Kebudayaan
Kebudayaan yang ada di
Kota Bitung banyak dipengaruhi oleh budaya Sangihe dan Talaud, karena banyaknya penduduk yang berasal dari etnis Sangir. Contoh dari budaya Sangir dan Talaud yang ada di
Bitung yaitu Masamper. Masamper merupakan gabungan antara nyanyian dan sedikit tarian yang berisi tentang nasihat, petuah, juga kata-kata pujian kepada Tuhan. Budaya Sangir lainnya yang bisa ditemui di
Bitung yaitu TULUDE/Menulude. Tulude berasal dari kata Suhude yang berarti tolak. Maksud Acara Adat menulude ialah memuji Duata/Ruata (Tuhan), mengucap syukur atas perlindungan-Nya. Meski
Kota Bitung yang merupakan tanah dari Suku Bangsa Minahasa sub etnik Tonsea,
Kota Bitung dalam penerapan budaya dan adat sangat terbuka dengan budaya dan adat dari suku - suku pendatang lainnya.
Ekonomi
Perekonomian
Kota Bitung di dominasi oleh sektor pertanian dan perkebunan. Namun dalam perkembangannya sektor industri ternyata berkembang cukup pesat dan mencapai nilai tertinggi. Bertumbuhnya sektor industri sangat membantu perekonomian terutama dengan meluasnya kesempatan kerja. Bertambahnya perusahaan industri juga meningkatkan kesejahteraan penduduk terutama dengan terserapnya tenaga kerja sebanyak 21.755 orang, meningkat dari tahun sebelumnya yang daya serapnya mencapai 21.290 tenaga kerja. Begitu juga dari sisi kapital di mana peningkatan jumlah perusahaan ini diikuti pula dengan peningkatan nilai investasi menjadi 541,67 miliar rupiah atau meningkat 23,47 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada Tahun 2004 sektor angkutan dan komunikasi memberikan kontribusi paling besar dalam perekonomian di
Kota Bitung. Industri di
Kota Bitung di dominasi oleh industri perikanan, galangan kapal dan industri minyak kelapa. Disamping itu juga ada industri transportasi laut, makanan, baja, industri menengah dan kecil.
Transportasi
= Darat
=
Sarana tranportasi darat yang ada di
Kota Bitung adalah mikro sebagai angkutan
Kota dan bus sebagai angkutan antar
Kota, seperti bus trayek
Bitung-Manado,
Bitung-Tondano,
Bitung-Gorontalo,
Bitung-Tolitoli dan
Bitung-Palu.
= Laut
=
Sebagai
Kota pelabuhan, sarana transportasi di
Kota Bitung cukup memadai. Sarana transportasi laut di
Bitung menghubungkan daerah daratan dan Pulau Lembeh. Pelabuhan
Bitung terdiri dari pelabuhan penumpang dan pelabuhan peti kemas. Adanya PT.Pelindo IV membuat
Kota Bitung lebih maju pesat perekonomiannya karena direncanakan akan dibuka sebagai Gerbang Timur Internasional. Pelabuhan
Bitung merupakan satu-satunya pelabuhan di Sulawesi Utara. Serta disinggahi dan dilabuhi oleh kapal-kapal penumpang antar
Kota-
Kota besar di Indonesia dan Internasional.
Pariwisata
= Objek Wisata
=
Objek wisata di
Bitung, Sulawesi Utara:
Air Hujan di Kel. Danowudu, Kecamatan Ranowulu, 9 Km dari Pusat
Kota Bitung.
Air Perempuan dan Air Laki-Laki di Kel. Pinokalan, Kecamatan Ranowulu, 8 Km dari Pusat
Kota Bitung
Airprang di Kel. Makawidey, Kecamatan Aertembaga
Bitung, 1 Jam Dengan Motor Boat dari Ruko Pateten, dengan 396 anak tangga
Bakri Cono Marine di Kel. Mawali, Kecamatan Lembeh Utara, ± 30 menit dengan Motor Boat dari Ruko Pateten, berupa Cottage dan Diving.
Bastianus Diving Center Resort di Kel. Mawali, Lembeh Utara, ± 30 menit dengan Motor Boat Dari Ruko Pateten, berupa Cottage dan Diving.
Benteng Resort di Kel. Batuputih 2, Ranowulu, 24 Km dari Pusat
Kota Bitung, Pantai Cottage, Diving dan Rekreasi
Dermaga Ruko Pateten di belakang Ruko Pateten yang digunakan penumpang yang mengunjungi sekitar Selat Lembeh.
Divers Lodge Lembeh di Kel.Paudean, Lembeh Selatan, ± 1 Jam dengan Motor Boat dDari Ruko Pateten, berupa Cottage dan Diving
Kelenteng Seng Bo Kiong di Jl. Kadoodan, berupa kelenteng Tao dengan ornamen khas kelenteng Cina yang indah.
Lembeh Marina Resort di Kel. Pintu
Kota Bitung, ± 45 Menit dengan Motor Boat dari Ruko Pateten, berupa Cottage dan Diving.
Lokasi Perang Dunia II di Kecamatan Madidir
Bitung, ± 1 Jam dengan Motor Boat dari Ruko Pateten, berupa Wisata Bawah Laut (Kapal Karamnya).
Lokasi Perang Dunia II di Laut Kelurahan Mawali, Kecamatan Lembeh Utara
Bitung, ± 30 menit dengan Motor Boat dari Ruko Pateten, berupa Wisata Bawah Laut (Kapal Karamnya)
Millennium
Bitung di Kel. Tanjung Merah, Kecamatan Matuari, 7 Km dari Pusat
Kota Bitung, berupa Wisata Pantai dan Rekreasi Keluarga.
Monumen Jepang di Kel. Manembo-Nembo Bawah, Kecamatan Matuari, 7 Km dari Pusat
Kota Bitung, berupa Tugu Bersejarah
Monumen Jepang Winenet di Kel. Winenet, Aertembaga, 3 Km dari Pusat
Kota Bitung, berupa Kuburan Tentara Jepang.
Monumen Trikora Mandala Sakti di Batu Lubang, tepian Pulau Lembeh, yang merupakan wisata sejarah.
Pantai Batuputih di Kel. Batu Putih 1, Kecamatan Ranowulu, 22 Km dari Pusat
Kota Bitung, berupa Wisata Pantai dan Rekreasi Keluarga.
Pantai Langi di Kel. Waturirir
Bitung, ± 1 Jam Dengan Motor Boat Dari Ruko Pateten, berupa Wisata Pantai dan Rekreasi Keluarga.
Pantai Tanjung Merah di Kel. Tanjung Merah, Kecamatan Matuari, 9 Km Dari Pusat
Kota Bitung, berupa Wisata Pantai Dan Rekreasi Keluarga.
Pelabuhan
Bitung di Pelabuhan alam terbesar Sulawesi Utara yang disinggahi kapal antar pulau.
Sea View Resort di Kel. Tanjung Merah, Kecamatan Matuari, 8 Km dari Pusat
Kota Bitung, berupa Wisata Pantai dan Rekreasi Keluarga
Sulawesi Diving Quest di Kel.Waturirir
Bitung, ± 1 Jam dengan Motor Boat dari Ruko Pateten, berupa Cottage dan Diving
Sumber Air Panas Alam Rumesung di Kel. Makawidey, Kecamatan Aertembaga
Bitung, ± 2 Jam dengan Motor Boat dari Ruko Pateten, berupa Sumber Air Panas
Taman Koleksi Satwa Naemundung di Kel. Aertembaga, Kecamatan Aertembaga, 5 Km dari Pusat
Kota Bitung, Kebun Binatang
Taman Laut Batukapal di Kel. Lirang
Bitung, ± 2 Jam dengan Motor Boat dari Ruko Pateten, berupa Taman Laut.
Teluk Kasuari di Kel. Makawidey, Kecamatan Aertembaga
Bitung, ± 1,5 Jam dengan Motor Boat dari Ruko Pateten, berupa Wisata Pantai dan Rekreasi Keluarga, Snorkling dan Diving.
Teluk Kungkungan di Kel. Tandurusa, Kecamatan Aertembaga, 7 Km dari Pusat
Kota Bitung
Teluk Walenekoko di Kel. Pasir Panjang, Kecamatan Lembeh Selatan
Bitung, ± 1 Jam dengan Motor Boat dari Ruko Pateten, berupa Danau Pantai
The Pier To Ferry di Kel.Pateten, Kecamatan Aertembaga, 2,5 Km dari Pusat
Kota Bitung, berupa Jembatan Penyeberangan antar Pulau Kecil.
Two Fish Diving Center Mawali di Kel. Mawali, Kecamatan Lembeh Utara
Bitung, ± 30 menit dengan Motor Boat dari Ruko Pateten, berupa Cottage dan Diving
Wisata Hutan Alam
Bitung di Kel. Danowudu, Kecamatan Ranowulu, 10 Km dari Pusat
Kota Bitung, berupa Hutan Wisata.
Kesehatan
= Rumah Sakit
=
Lihat pula
Daftar tokoh Minahasa
Bentrokan
Bitung 2023
Referensi
Pranala luar
(http://www.bitungnews.com/ online newspaper)
Pemerintah
Kota Bitung
Tempat wisata di
Kota Bitung, Sulawesi Utara
Kampung Wisata Batuputih
Media tentang
Bitung di Wikimedia Commons