Cot Mambong merupakan salah satu gampong yang ada di kecamatan Nisam, Kabupaten
Aceh Utara, provinsi
Aceh, Indonesia.
Sejarah
Pada awal mulanya gampong hanya dihuni oleh seberapa kelompok orang saja yang menetap di perkebunan mereka masing-masing. Seiring berlalunya waktu banyak masyarakat yang datang ke daerah tersebut dengan tujuan berkebun, dan pada tahun 1990an ASEAN
Aceh Fertilizer (AAF) membangun komplek perumahan penduduk di sebelah selatan perbukitan dan menempatkan masyarakat Gampong Bangka yang dipindahkan akibat tanah perumahan mereka menjadi bagian dari wilayah komplek perusahaan mereka. Perusahaan ini juga menganti rugi semua lahan dengan membangun dan memberikan fasilitas komplet perumahan di sebelah selatan perbukitan
Cot Mambong dan komplek area tersebut di fasilitasi dengan perumahan sebagai ganti rugi dan diberi nama Retsemen
Cot mambong, akibat dari berhentinya PT. AAF dari operasinya maka berakhir pula bantuan pembangunan di komplek Retselemen sehingga banyak masyarakat yang mendiami daerah tersebut meminta bersatu ke gampong
Cot mambong dan menjadikan retslemen sebagai dusun maka timbulah pemikiran untuk membentuk sebuah gampong. Melalui musyawarah maka terbentuklah gampong dengan sebutan
Cot Mambong.
Geografi, demografi dan ekonomi
Gampong
Cot Mambong merupakan salah satu gampong dari 29 gampong dalam wilayah kecamatan Nisam dan terletak di kemukiman Blang dalam yang berjarak 7 Km dari pusat Kecamatan. Luas wilayah gampong lebih kurang 230 Ha yang terbagi atas 3 Dusun yaitu dusun Timur, dusun Barat, dan dusun Retslemen. Dengan jumlah Penduduk ± 294 Jiwa yang mayoritas penduduk beragama Islam, masyarakat
Cot Mambong rata-rata adalah petani. Untuk dusun timur penghasilan utama adalah persawahan dan dusun barat terkenal dengan perternakan. Sementara itu, mayoritas masyarakat dusun Retslemen bekerja di sektor perkebunanan dan perternakan, dikarenakan dusun Reslemen merupakan dataran tinggi dari bagian desa
Cot Mambong sehingga sumber air sangat sulit didapat dan ditambah oleh struktur tanah yang berbatu pasir sangat minim unsur hara sehingga rata-rata petani hanya mampu melakukan pekebunan tanaman tua, seperti kelapa sawit, kelapa, coklat, pepaya dan tanaman palawija yang tahan terhadap panas dan kekeringan. Sayangnya dikarnakan banyak masyarakat yang pindah memilih kembali ke Bangka tempat asal mereka dan menjual lahan dan tanah mereka kepada pihak luar, sehingga banyak sekali lahan tidur dan hutan sedang dipinggiran jalan akibat lahan tersebut tidak terurus.
Catatan kaki