Cutibacterium acnes (sebelumnya dikenal sebagai Propionibacterium
acnes) adalah bakteri gram positif, biasanya tumbuh lambat dan bersifat anaerobik, yang berhubungan dengan jerawat, blepharitis kronis, dan endophthalmitis, terutama pasca operasi intraokular. Genomnya telah diurutkan, mengungkapkan gen yang menghasilkan enzim untuk degradasi kulit dan protein yang dapat mengaktifkan sistem imun tubuh.
Pada orang dewasa yang sehat, C.
acnes sebagian besar merupakan spesies komensal, umumnya ditemukan sebagai bagian dari flora kulit. Biasanya terdapat dalam kadar rendah pada kulit pra-remaja yang sehat. Bakteri ini terutama tumbuh subur pada asam lemak dalam sebum yang diproduksi oleh kelenjar sebasea di dalam folikel rambut dan juga dapat mendiami berbagai bagian saluran pencernaan.
Awalnya diidentifikasi sebagai Bacillus
acnes, kemudian berganti nama menjadi Propionibacterium
acnes karena kemampuannya menghasilkan asam propionat. Pada 2016, setelah penelitian biokimia dan genomik, bakteri ini diklasifikasikan ulang secara taksonomi. Reklasifikasi tersebut, berdasarkan struktur pohon filogenetik dan kandungan DNA G+C, membedakan spesies kulit dari spesies lain yang sebelumnya dikategorikan sebagai P.
acnes. Akibatnya, dibentuk genus baru
Cutibacterium, yang mencakup spesies yang sebelumnya dikenal sebagai Propionibacterium
acnes, Propionibacterium avidum, dan Propionibacterium granulosum. Penelitian tentang karakterisasi filotipe C.
acnes masih menjadi bidang penelitian yang aktif.
Peran dalam penyakit dan antimikroba
Peran C.
acnes dalam penyakit
Bakteri C.
acnes sebagian besar hidup jauh di dalam folikel dan pori-pori, meskipun mereka juga ditemukan di permukaan kulit yang sehat. Dalam folikel ini, bakteri C.
acnes menggunakan sebum, debris seluler, dan produk sampingan metabolik dari jaringan kulit di sekitarnya sebagai sumber energi dan nutrisi utama mereka. Peningkatan produksi sebum oleh kelenjar sebaceous hiperaktif (sebaceous hyperplasia) atau penyumbatan folikel dapat menyebabkan bakteri C.
acnes tumbuh dan berkembang biak.
Bakteri C.
acnes mengeluarkan banyak protein, termasuk beberapa enzim pencernaan. Enzim ini terlibat dalam pencernaan sebum dan perolehan nutrisi lainnya. Mereka juga dapat mengganggu kestabilan lapisan sel yang membentuk dinding folikel. Kerusakan sel, produk sampingan metabolisme, dan debris bakteri yang dihasilkan oleh pertumbuhan cepat C.
acnes di folikel dapat memicu peradangan. Peradangan ini dapat menyebabkan gejala yang terkait dengan beberapa kelainan kulit yang umum, seperti folikulitis dan acne vulgaris.
Kerusakan yang disebabkan oleh C.
acnes dan peradangan yang terkait membuat jaringan yang terkena lebih rentan terhadap kolonisasi oleh bakteri oportunistik, seperti Staphylococcus aureus. Penelitian pendahuluan menunjukkan pori-pori yang sehat hanya dijajah oleh C.
acnes, sedangkan yang tidak sehat secara universal mencakup Staphylococcus epidermidis nonpore-residen, di antara kontaminan bakteri lainnya.
C.
acnes juga ditemukan pada ulkus kornea, dan merupakan penyebab umum dari endophthalmitis kronis setelah operasi katarak. Meskipun jarang, ia juga menginfeksi katup jantung yang menyebabkan endokarditis, dan infeksi sendi (septic arthritis) telah dilaporkan. Lebih lanjut, spesies
Cutibacterium telah ditemukan di lokasi insersi ventrikulostomi, dan area subkutan ke lokasi jahitan pada pasien yang telah menjalani kraniotomi. Ini adalah kontaminan umum dalam darah dan kultur cairan serebrospinal.
C.
acnes telah ditemukan pada cakram hernia. Asam propionat yang disekresikannya menciptakan keretakan mikro pada tulang di sekitarnya. Fraktur mikro ini sensitif dan telah ditemukan bahwa antibiotik telah membantu dalam mengatasi jenis nyeri punggung bawah ini.
C.
acnes dapat ditemukan pada lavage bronchoalveolar pada sekitar 70% pasien dengan sarcoidosis dan berhubungan dengan aktivitas penyakit, tetapi juga dapat ditemukan pada 23% kontrol. Subspesies C.
acnes yang menyebabkan infeksi pada jaringan yang tidak steril ini (sebelum prosedur medis), bagaimanapun, adalah subspesies yang sama yang ditemukan pada kulit individu yang tidak memiliki kulit berjerawat, begitu juga kontaminan lokal. Acne vulgaris sedang sampai parah tampaknya lebih sering dikaitkan dengan strain virulen.
C.
acnes adalah patogen oportunistik, menyebabkan berbagai infeksi pasca operasi infeksi pasca bedah saraf, prostesis sendi, pirau dan katup jantung prostetik. C.
acnes mungkin berperan dalam kondisi lain, termasuk sindrom SAPHO (sinovitis, acne (jerawat), pustulosis, hiperostosis, osteitis), sarkoidosis dan linu panggul. Ia juga diduga sebagai sumber bakteri utama peradangan saraf di otak penyakit Alzheimer.
Antimikroba
Bakteri C.
acnes rentan terhadap berbagai molekul antimikroba, baik dari sumber farmasi maupun alam. Antibiotik biasanya digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh C.
acnes. Acne vulgaris adalah penyakit yang paling sering dikaitkan dengan infeksi C.
acnes. Antibiotik yang paling sering digunakan untuk mengobati acne vulgaris adalah eritromisin, klindamisin, doksisiklin, dan minosiklin. Beberapa famili antibiotik lain juga aktif melawan bakteri C.
acnes, termasuk kuinolon, sefalosporin, pleuromutilin, penisilin, dan sulfonamida.
Munculnya bakteri C.
acnes yang resistan terhadap antibiotik merupakan masalah yang berkembang di seluruh dunia. Masalahnya terutama terlihat di Amerika Utara dan Eropa. [18] C.
acnes resisten terhadap keluarga antibiotik makrolida (misalnya eritromisin dan azitromisin), lincosamid (misalnya klindamisin) dan tetrasiklin (misalnya doksisiklin dan minosiklin).
Namun, bakteri C.
acnes rentan juga terhadap berbagai jenis bahan kimia antimikroba yang ditemukan dalam produk antibakteri yang dijual bebas, termasuk benzoyl peroxide, triclosan, chloroxylenol, dan chlorhexidine gluconate.
Beberapa molekul dan senyawa alami beracun bagi bakteri C.
acnes. Beberapa minyak esensial seperti rosemary, minyak pohon teh, minyak cengkih, dan minyak jeruk mengandung bahan kimia antibakteri. Madu alami juga telah terbukti memiliki beberapa sifat antibakteri yang mungkin aktif melawan C.
acnes. Unsur perak, belerang, dan tembaga juga telah dibuktikan menjadi racun bagi banyak bakteri, termasuk C.
acnes.
Referensi