Penulis Indonesia
Chairil Anwar (1922–1949) menulis 75 puisi, 7 prosa, dan 3 koleksi puisi. Ia juga menerjemahkan 10 puisi dan 4 prosa. Kebanyakan puisi-puisi asli
Anwar dimasukkan dalam versi koleksinya: Deru Campur Debu, Kerikil-Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus (keduanya 1949), dan Tiga Menguak Takdir (1950). Pada tahun 1956, HB Jassin mengumpulkan dan mendokumentasikan sebagian besar
karya-
karya Anwar yang masih tersisa dalam buku berjudul
Chairil Anwar: Pelopor Angkatan 45, dan pada tahun 1970 Burton Raffel menerbitkan terjemahan bahasa Inggris dari
karya-
karya asli
Anwar dalam buku berjudul The Complete Poetry and Prose of
Chairil Anwar.
Anwar lahir di Medan, Sumatera Utara, dan menempuh pendidikan di sekolah-sekolah yang dijalankan oleh pemerintahan kolonial Belanda sampai sekitar 1940, ketika ia dan ibunya pindah ke ibu kota, Batavia (sekarang Jakarta). Ketika itu, ia mulai masuk dalam gelanggang sastra setempat. Pada tahun 1942, ia menulis "Nisan", yang secara umum dianggap sebagai puisi pertamanya. Ia menulis secara intensif pada masa pendudukan Jepang (1942–1945). Pada waktu itu, ia mengubah puisi-puisinya untuk menghindari penyensoran; contohnya, judul
karya terbaiknya, "Aku" untuk beberapa waktu dikenal sebagai "Semangat" untuk menghindari penyensoran karena dianggap bertemakan individualitas. Namun, individualisme
Anwar cukup menonjol, seperti pada baris "Aku mau hidup seribu tahun lagi" dari "Aku" yang sering dikutip. Pada tahun-tahun berikutnya, individualisme ini berkembang menjadi rasa fatalis. Karena itu, mengidentifikasikan sebuah tema tunggal yang menyatukan seluruh
karya Anwar adalah hal yang sulit. Kata seorang pemain perempuan, ia wafat pada usia 27 tahun; beberapa sumber menyebut sifilis sebagai penyebab kematiannya.
Setelah kematiannya,
Anwar dikritik atas tuduhan plagiarisme pada beberapa
karya yang dikeluarkan namun tidak ditulis sebagai hasil terjemahan puisi asing.
karya-
karya aslinya, tidak seperti puisi yang dibuat oleh penulis-penulis pada masa yang sama, penggunaan bahasa sehari-hari tidak digunakan dalam puisinya, mencampur kata-kata dari bahasa-bahasa asing. Puisi-puisi
Anwar dianggap multi-tafsir. Dengan demikian, tuduhan plagiarisme tersebut – meskipun disebarluaskan pada waktu penemuannya – tidak mempengaruhi warisannya. Sarjana sastra Indonesia asal Belanda yang bernama A. Teeuw mendeskripsikan
Anwar sebagai "penyair yang sempurna, sementara Raffel mendiskripsikannya sebagai "tokoh sastra terbaik di Indonesia". Tanggal kematiannya, 28 April, dirayakan sebagai Hari Puisi Nasional.
Daftar berikut terbagi menjadi lima tabel berdasarkan jenis
karya di dalamnya. Tabel-tabel ini awalnya disusun berdasarkan urutan abjad judulnya, tetapi bisa diurutkan berdasarkan elemen lain. Judul-judul aslinya yang menggunakan ejaan Van Ophuijsen dan Republik distandardisasikan dengan Ejaan Yang Disempurnakan yang saat ini digunakan di Indonesia. Untuk
karya tanpa judul, kata-kata pertamanya ditulis dalam kurung. Tahun-tahun yang digunakan berasal dari kalender Gregorian;
karya-
karya yang ditulis pada tahun 1942 dan 1945 kebanyakan menggunakan kalender Jepang kōki (皇紀). Selain yang diberi catatan, entri-entri
Daftar ini didasarkan pada kompilasi puisi buatan (Jassin 1968, hlm. 163–172) dan (Raffel 1970, hlm. vii–ix).
Koleksi puisi
Puisi asli
Puisi terjemahan
Prosa asli
Prosa terjemahan
Catatan kaki