Kata lemes dusun atau kecap
lemes dusun (aksara Sunda baku: ᮊᮨᮎᮕ᮪ ᮜᮨᮙᮨᮞ᮪ ᮓᮥᮞᮥᮔ᮪, pengucapan bahasa Sunda: [ləməs dusʊn], juga dikenal sebagai
Kata lemes kampung atau kecap
lemes kampung) adalah salah satu kosakata bahasa Sunda yang merupakan jenis
Kata lemes rekaan/baru yang tidak baku.
Kata ini tercipta atas ketidaktahuan seorang penutur bahasa Sunda dalam menggunakan tatakrama bahasa sunda secara benar dan terpengaruh oleh kebutuhan untuk menggunakan
Kata lemes secara menyeluruh dalam suatu wacana. Selain itu, pengertian
lemes dusun juga mencakup kesalahan dalam penerapan aturan tatakrama bahasa Sunda, seperti ketidaktepatan penggunaan kosakata
lemes/sedeng, misal dengan mempergunakan
Kata lemes untuk digunakan terhadap diri sendiri (seharusnya untuk orang lain) maupun penggunaan
Kata sedeng yang ditujukan terhadap orang lain (seharusnya untuk diri sendiri). Penggunaan
Kata lemes dusun juga biasanya hanya ditemui pada wilayah tertentu komunitas penutur bahasa Sunda.
Karakteristik
Kata lemes dusun kebanyakan tercipta dari penganalogian penciptaan
Kata lemes lainnya (yang baku) yang hanya mengubah bunyi suku
Kata terakhir sebuah
Kata loma. Misalnya perubahan bunyi suku
Kata terakhir (ultima) a → i pada
Kata tampa (terima) menjadi tampi. Perubahan bunyi tersebut kemudian dijadikan dasar untuk membentuk
Kata lemes lain yang belum ada. Contoh proses pembentukan
Kata lemes dusun adalah
Kata tatangga (tetangga) yang tidak memiliki bentuk
lemes kemudian diubah menjadi tatanggi. Selain dari perubahan bunyi akhir suatu
Kata dengan berdasar pada
Kata lain, pembentukan
Kata lemes dusun juga dilakukan dengan cara yang sewenang-wenang yang dilakukan tanpa dasar apapun, seperti perubahan engké menjadi engkin (nanti), lalu ada pula yang dibentuk dengan cara menggeser makna suatu
Kata atau meminjam
Kata lemes lain yang memiliki kedekatan makna, seperti pada
Kata saeutik (sedikit) yang berasal dari
Kata sa- (se-) dan eutik (dikit) kemudian
Kata eutik diubah dengan
Kata lemes yang memiliki makna yang dekat yakni alit (kecil), sehingga saeutik berubah menjadi saalit.
Selain itu juga ada beberapa
Kata yang sudah termasuk ke dalam
Kata lemes atau sedeng, kemudian dilemeskan lagi untuk memperindah
Kata, seperti contohnya adalah
Kata dongkap (datang) diubah menjadi dongkip.
Contoh kosakata
= Pembentukan
=
Di bawah ini adalah contoh
Kata lemes dusun (bercetak tebal) yang sudah cukup lumrah digunakan baik itu dalam ragam lisan maupun tulisan beserta proses pembentukan dengan padanannya dalam
Kata loma dan padanannya dalam
Kata lemes yang baku (jika ada).
= Penggunaan Kata lemes dusun pada nama daerah
=
Nama-nama daerah seperti kota/kabupaten, kecamatan, desa maupun nama-nama tempat lainnya yang diciptakan bentuk lemesnya juga dapat disebut sebagai
Kata lemes dusun, beberapa nama wilayah yang memiliki padanan
Kata lemes dusun di antaranya yaitu:
Meskipun
Kata lemes dusun adalah jenis
Kata yang tidak baku, penggunaannya diperbolehkan dalam perbincangan informal yang menggunakan bahasa hormat, baik itu hormat ka batur maupun hormat ka sorangan (setara dengan
Kata lemes enteng).
Contoh kalimat
Di bawah ini adalah contoh-contoh penggunaan kosakata
lemes dusun dalam kalimat bahasa Sunda.
Abdi ogé harita téh nembé dongkip pisan.
Perkawis taeun téh, parantos ku abdi dipariksakeun ka Juragan Suria Sumantri.
Teu acan meujeuhna sakola putra mah, margi alip kénéh.
Ari panyana abdi, juragan téh moal wangsul ayeuna.
Nembé ayeuna pisan pun emang mah ngadangu dongéng sakitu ahéngna.
Badé angkat ka manten, Agan?
Anu mawi teu acan prung...., ku margi pisarateunana teu acan cekip.
Upami nyondong artosna mah, abdi ogé hoyong mésér baju anu cara kagungan téh.
Sanaos tebih ogé, jisim abdi badé maksakeun baé.
Perkawis éta ugi, ku émutan, peryogi dibarempagkeun.
Pantes baé seueur anu ngalantung ogé, margi keur halodo téh, caang sasih deuih.
Bet geuning buktosna mah tojaiah pisan sareng anu parantos dipasihkeun.
Basa Sunda, anu direumbeuy ku basa Kosta, henteu matak janten kamajengan kanggo kasusastran Sunda.
Dupi pribados mah nembé terang ayeuna kana perkawis anu bieu téh.
Atuh upanten kitu mah, sesah ngajalankeunnana.
Wartosna Juragan Guru anu énggal mah, dipikaresep ku murid-muridna.
Diwagel ku abdi ogé, nanging keukeuh baé mios (
Kata diwagel adalah kosakata rekaan,
Kata yang benar seharusnya adalah wagelan)
Lihat pula
Kata lemes pisan
Kata lemes
Kata lemes enteng
Kata sedeng
Rujukan
= Catatan kaki
=
= Daftar Pustaka
=
Adiwijaya (1938). "Basa
lemes" (PDF). Sipatahunan (dalam bahasa Sunda). Bandung: Paguyuban Pasundan.
Adiwijaya, R.I. (1951). Adegan basa sunda. Jakarta: J.B. Wolters. OCLC 64694322.
Apipah, Wifa (2018). Penyuntingan Naskah Dongeng Raja Kuya. Bandung: Bahasa dan Sastra Arab. hlm. 92. ISBN 978-602-53359-2-1.
Ekadjati, E.S.; Masduki, Aam (1993). Wawacan Carios Munada. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 55. OCLC 30657619.
KERN, R.A. (1906). "'t Lĕmĕs in 't Soendaasch". Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië (dalam bahasa Belanda). 59 (3-4). doi:10.2307/20769487 . JSTOR 20769487. OCLC 655572587.
Rosidi, Ajip (2007). Urang Sunda jeung basa Sunda [Orang Sunda dan Bahasa Sunda] (dalam bahasa Sunda). Kiblat gawe bareng jeung Cupumanik, Universitas Michigan. ISBN 978-979-36318-0-6. OCLC 233591618.
Sudaryat, Y. (2005). Kamus Istilah Élmuning Basa Sunda (dalam bahasa Sunda). Bandung: Karya Iptek.
Pranala luar
Pedoman Ejaan Bahasa Sunda Yang Disempurnakan
Kamus Sunda-Indonesia Repositori Kemdikbud
Kamus Bahasa Sunda-Inggris oleh F.S. Eringa
Konverter Aksara Latin-Aksara Sunda di kairaga.com
Tabel Karakter Unicode Aksara Sunda di unicode-table.com