Dilan 1991 adalah film drama romantis Indonesia tahun 2019 yang disutradarai oleh Fajar Bustomi dan Pidi Baiq. Film ini adalah sekuel dari
Dilan 1990 yang tayang Januari 2018. Film tersebut pertama tayang pada 24 Februari 2019 dalam "Hari
Dilan" di Bandung, sebelum resmi tayang di seluruh Indonesia empat hari kemudian. Syutingnya digelar di Bandung pada November 2018.
Film tersebut kembali dibintangi oleh Iqbaal Ramadhan sebagai
Dilan dan Vanesha Prescilla sebagai Milea, sementara Maudy Koesnaedi memerankan karakter baru bernama Tante Anis dalam film ini. Zara JKT48 dan Ira Wibowo kembali berperan masing-masing sebagai adik dan ibunda
Dilan. Ridwan Kamil, yang kini menjabat Gubernur Jawa Barat, kembali ikut bermain di film ini.
Sinopsis
22 Desember 1990,
Dilan (Iqbaal Ramadhan) dan Milea (Vanesha Prescilla) resmi berpacaran. Di tengah kebahagiaan mereka
Dilan terancam dikeluarkan dari sekolah akibat perkelahian dengan Anhar (Giulio Parengkuan).
Dilan juga semakin sering berkelahi dan mendapatkan musuh. Milea khawatir dengan masa depan
Dilan. Milea merasa berhak melarang
Dilan terlibat dalam geng motor. Suatu ketika,
Dilan dikeroyok oleh orang tak dikenal. Saat mengetahui siapa yang berbuat,
Dilan merencanakan balas dendam. Milea akhirnya meminta
Dilan berhenti dari geng motor atau hubungan mereka berakhir.
Dilan, seorang panglima tempur dan ketua geng motor akan selalu terlibat masalah. Di tengah semua masalah itu, hadir Yugo (Jerome Kurnia), anak dari sepupu jauh ayah Milea yang baru pulang dari Belgia. Mereka sering menghabiskan waktu bersama. Yugo menyukai Milea, dan Milea hanya mencintai
Dilan.
Pemeran
Produksi
Produksi
Dilan 1991 dimulai pada 3 November 2018.Proses pengambilan gambar
Dilan 1991 berlangsung pada penghujung tahun 2018 selama 41 hari di Bandung (Jawa Barat) dan DKI Jakarta. Dan proses syuting dan produksi
Dilan 1991 rampung pada 3 Januari 2019.
Penayangan
=
Pada 10 Februari 2019, Ody selaku produser film mencanangkan Hari
Dilan pada 24 Februari 2019, empat hari sebelum penayangan resmi. Penetapan hari itu terkait dengan rencana penayangan perdana film ini di Bandung. Sebagai bentuk promosi untuk Hari
Dilan, Max Pictures melakukan pemasangan lebih dari 30 baliho di Bandung dan sekitarnya sejak 12 Februari; Ody mengklaim film ini adalah film Indonesia pertama yang memasang baliho sebanyak itu. Tiket bioskop yang dijual lewat daring bagi Hari
Dilan sebesar Rp10.000 sudah dapat dibeli tepat pada Hari Kasih Sayang, 14 Februari. Tiket tersebut langsung ludes terjual hanya dalam tempo beberapa jam. Walau demikian, Ody menegaskan masih ada tiket yang bisa dibeli langsung pada Hari
Dilan di bioskop-bioskop kota Bandung. Tiket yang dijual lewat luring juga dipatok dengan harga yang sama, tetapi hanya dijual di semua bioskop yang terletak di Bandung dan hanya berlaku pada Hari
Dilan. Pada Hari
Dilan, sebanyak 80.000 penonton telah menonton film ini.
= Penayangan nasional
=
Awalnya,
Dilan 1991 dijadwalkan akan ditayangkan pada September 2019 di seluruh Indonesia dan ditayangkan di Malaysia dengan jadwal penayangan berdekatan. Didasari oleh kegemilangan prekuelnya, Ody optimis sekuelnya akan laris dan membuat film-film lainnya turun layar lebih cepat sehingga Ody meminta film ini tidak ditayangkan bersama film-film lainnya, terutama film-film Hollywood. Namun, jadwal penayangan kemudian diundurkan sehingga film ini ditayangkan pada 28 Februari 2019 di seluruh Indonesia; tanggal penayangan film ini dan Captain Marvel pada 6 Maret membuat Bayu Skak memilih 14 Maret sebagai tanggal penayangan Yowis Ben 2. Sama dengan prekuelnya, Lembaga Sensor Film (LSF) mengklasifikasikan film ini sebagai 13+. Film ini ditayangkan di 791 layar bioskop jaringan XXI pada hari pertama penayangan. Di Palembang, dilaporkan bahwa film ini ditayangkan di hampir semua studio yang ada di bioskop sebuah pusat perbelanjaan, tepatnya enam dari tujuh studio yang ada. Sementara itu, satu studio sisa digunakan untuk menayangkan Foxtrot Six yang sudah dirilis seminggu sebelumnya di seluruh Indonesia. Penjualan tiket untuk film ini sudah dibuka sejak tiga hari sebelum penayangan resmi. Di Depok, Jawa Barat, tiket penjualan film ini ludes dibeli para penonton.
Di hari pertama penayangan, film ini berhasil menjaring 720.000 penonton, sehingga setelah dijumlahkan dengan penonton di Hari
Dilan sebanyak 80.000 penonton, maka film ini berhasil menjaring 800.000 penonton. Pencapaian tersebut tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan penayangan prekuelnya
Dilan 1990 yang menjaring 225.000 penonton. Pencapaian pada hari pertama ini turut dilaporkan oleh Deadline Hollywood yang menyebutkan film ini meraih $2,05 juta sehingga berjaya mengalahkan pendapatan hari pertama penayangan Avengers: Infinity War di Indonesia yang mencapai $1,79 juta. Karenanya, Museum Rekor Dunia Indonesia menganugerahkan gelar film dengan jumlah penonton terbanyak pada hari penayangan perdana dan film dengan jumlah penonton terbanyak pada hari penayangan bioskop pertama kepada film ini pada 3 Maret. Pada hari ketiga penayangan, film ini berhasil menjaring 2 juta penonton. Pada hari keempat dan kelima penayangan, 500 ribu tiket terjual setiap harinya sehingga film ini berhasil menjaring 3 juta penonton. Pada hari kedelapan penayangan, film ini hampir menjaring 4 juta penonton, sehingga pada hari kesembilan penayangan, film ini berhasil menjaring 4,19 juta penonton. Pencapaian pada hari kesembilan ini membuat film ini berhasil mengalahkan Ada Apa dengan Cinta? 2 (2016), Ayat-ayat Cinta (2008), dan Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 2 (2017) dalam hal jumlah penonton. Jumlah penonton ini menjadi sorotan oleh Ody yang menginginkan film ini ditonton 7 juta penonton melebihi jumlah penonton prekuelnya yang mencapai 6.315.664 penonton, setelah sebelumnya Ody menyebut sangat yakin film ini mampu menembus penjualan 5 juta tiket atau berjaya melampaui jumlah penonton prekuelnya. Ody juga menargetkan jumlah penonton film ini mengalahkan jumlah penonton Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 (2016) yang berjumlah 6.858.616 penonton, suatu hal yang tidak bisa dicapai prekuelnya.
Kontroversi
Tepat pada hari penayangan film ini di seluruh negeri, sejumlah mahasiswa di Makassar menggelar unjuk rasa di Dinas Pendidikan Kota Makassar. Unjuk rasa ini digelar karena film ini dianggap tidak memuliakan guru. Namun, Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar Rahman Bando menyebut bukan kewenangannya untuk memboikot pemutaran film ini. Ia mengaku hanya bisa menerima aspirasi sejumlah mahasiswa tersebut dengan baik, terlebih lagi ia menuturkan bahwa dirinya belum menonton film ini. Unjuk rasa ini kemudian mendapat tanggapan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang menyebut film ini telah dinyatakan lulus sensor oleh LSF sehingga bisa ditayangkan di bioskop.
Penghargaan
Referensi
Pranala luar
Dilan 1991 di IMDb (dalam bahasa Inggris)