Disforia gender adalah penderitaan yang dirasakan oleh seseorang sebagai akibat dari seks dan
gender yang diberikan kepada mereka saat mereka lahir. Dalam kasus ini,
gender dan seks yang diberikan kepada orang tersebut tidak sesuai dengan identitas
gender mereka, dan orang awam hanya tahu penderita gangguan ini hanya seorang transgender tapi sebenarnya orang bukan transgender juga menghidap gangguan ini. Terdapat bukti bahwa saudara kembar yang mengidentifikasi diri sebagai
gender yang berbeda dari seks yang diberikan saat lahir melakukan hal tersebut tidak hanya karena alasan psikologis atau perilaku, tetapi juga karena alasan biologis yang terkait dengan genetik atau paparan hormon sebelum lahir.
Diperkirakan persentase orang yang memiliki identitas transgender bervariasi dari 1:2000 (atau sekitar 0,05%) di Belanda dan Belgia hingga 0,5% orang dewasa di Massachusetts dan 1,2% siswa SMA Selandia Baru. Jumlah tersebut didasarkan pada jumlah orang yang menganggap dirinya sebagai seorang transgender. Diperkirakan sekitar 0,005% hingga 0,014% orang yang dianggap sebagai laki-laki saat lahir dan 0,002% hingga 0,003% orang yang dianggap sebagai perempuan saat lahir akan mendapat diagnosis
Disforia gender berdasarkan kriteria diagnosis 2013, walaupun persentase ini dianggap terlalu rendah Menurut penelitian, terdapat kemungkinan tiga kali lebih besar bahwa orang yang sedang menjalani transisi pada usia dewasa merupakan seseorang yang dianggap sebagai laki-laki saat lahir, tetapi rasio pada orang-orang yang melakukan transisi pada masa kecil hampir mendekati 1:1.
Disforia gender digolongkan sebagai penyakit dengan nama "transvestisme peran ganda" dalam ICD-10 CM tahun 2017. Sementara itu, "penyakit identitas
gender" diklasifikasikan ulang sebagai "
Disforia gender" oleh DSM-5. Beberapa kelompok dan peneliti transgender mendukung deklasifikasi
Disforia gender karena diagnosis tersebut dianggap mempatologisasi variasi
gender, memaksakan konsep dua
gender, dan dapat mengakibatkan stigmatisasi kaum transgender. Reklasifikasi resmi
Disforia gender dalam DSM-5 dapat membantu menyelesaikan masalah-masalah ini, karena istilah "
Disforia gender" hanya berlaku untuk penderitaan yang dialami oleh seseorang akibat masalah identitas
gender. American Psychiatric Association sebagai penerbit DSM-5 menyatakan bahwa "nonkonformitas
gender sendiri bukan penyakit kejiwaan. Unsur penting dalam
Disforia gender adalah keberadaan penderitaan yang signifikan secara klinis yang terkait dengan keadaan tersebut."
Pendekatan psikiatrik terbaik untuk menangani orang-orang yang didiagnosis mengalami
Disforia gender adalah psikoterapi atau dukungan terhadap
gender yang diinginkan oleh seseorang melalui terapi hormon atau operasi.
Diagnosis
Pengalaman yang dialami seseorang biasanya berperan penting dalam penentuan diagnosis
Disforia gender. Berdasarkan DSM-5 terbitan Asosiasi Psikiatris Amerika (APA), terdapat sejumlah kriteria berbasis pengalaman serta ekspresi
gender dan jenis kelamin saat lahir, di antaranya:
Hasrat maupun dorongan untuk menjadi
gender yang lain dari apa yang ditentukan saat lahir.
Preferensi berpakaian atau mode di luar standar sosial, misalnya memakai rok bagi laki-laki, gaya potongan rambut pendek bagi perempuan, dan sebagainya.
Preferensi dalam memilih mainan dan aktivitas terlepas dari stereotipe sosial.
Preferensi teman bermain dari kelompok
gender lain yang dianggap lebih bersinergis.
Permasalahan dengan pandangan karakteristik seksual primer atau sekunder; hal ini dapat berupa keinginan memiliki karakteristik seksual primer atau sekunder dari
gender lain atau ketidaknyamanan terhadap arakteristik seksual primer atau sekunder milik diri sendiri.
Hasrat maupun dorongan ingin diperlakukan seperti
gender yang lain.
Keyakinan memiliki perasaan, reaksi, hingga persepsi yang serupa dengan
gender lain.
Namun, patokan ini tidak menjadi diagnosis pasti dari
Disforia gender. Perlu adanya tinjauan lebih lanjut secara personal ke seseorang yang terindikasi memiliki
Disforia gender. Seseorang perlu dievaluasi pengalaman serta dokumentasi prasangka dan diskriminasi terhadap identitas
gender, bagaimana pun ini sebuah faktor stres kecil yang berpengaruh pada kesehatan mental. Selain itu, terdapat penelusuran dukungan dari lingkungan terdekat entah keluarga maupun rekan.
Catatan kaki
Bacaan lanjut
Conway, Lynn (June 26, 2014). "Successful TransMen: Links and Photos". ai.eecs.umich.edu. Diakses tanggal December 2, 2014.
Conway, Lynn (February 5, 2011). "Transsexual Women's Successes: Links and Photos". ai.eecs.umich.edu. Diakses tanggal December 2, 2014.
Jacques, Juliet. "A Transgender Journey". The Guardian. Diakses tanggal December 2, 2014.
World Professional Association for Transgender Health (2012). Standards of Care for
gender Identity Disorders (PDF). Harry Benjamin International
gender Dysphoria Association. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2014-09-24. Diakses tanggal 2017-08-11. Includes a description of ICD-10 criteria.