Pada tanggal 2 Juli
2013,
Gempa berkekuatan 6,1 mengguncang provinsi
Aceh di pulau Sumatra, Indonesia.
Gempa ini menewaskan sebanyak 39 orang dan melukai lebih dari 400 orang. Lebih dari 3.000 rumah hancur.
Latar belakang
Gempa bumi lazim terjadi di Sumatra karena pulau ini berada di batas konvergen tempat Lempeng Sunda bersubduksi di bawah Lempeng Indo-Australia. Lempeng ini bergerak miring dengan kecepatan 60 mm per tahun dan komponen belahan kanannya didorong oleh patahan strike-slip di dalam pulau Sumatra, terutama di patahan besar Sumatra. Tahun 2004, Sumatra diterjang
Gempa bumi Sumatra–Andaman dan tsunami yang menewaskan puluhan ribu orang di daerah itu dan 230.000 orang di seluruh kawasan Samudra Hindia. Tahun 2009,
Gempa bumi dekat Padang menewaskan lebih dari 1.000 orang. Bulan April 2012,
Gempa berkekuatan 8,6 menewaskan 5 orang di
Aceh.
Pukul 14:37 waktu setempat (07:37 UTC) tanggal 2 Juli
2013,
Gempa berkekuatan 6,1 terjadi di kedalaman 10 kilometer (6,2 mi) dengan episentrum di dekat ujung barat laut Sumatra, 55 kilometer (34 mi) di selatan Bireun.
Gempa ini terjadi di patahan Semangko.
Gempa mengguncang selama kurang lebih 15 detik dan dapat dirasakan mulai dari ibu kota provinsi Banda
Aceh sampai Bener Meriah.
Gempa begitu kuat sampai-sampai memunculkan kekhawatiran masyarakat di Banda
Aceh, 320 mil (510 km) dari episentrum, dan guncangannya terasa hingga Malaysia. Sedikkitnya 15
Gempa susulan terjadi. Tiga di antaranya berkekuatan 4,3, 5,5, dan 5,2.
Kerusakan
Per 3 Juli, jumlah korban tewas resmi versi pemerintah adalah 29 orang dan korban cedera 420 orang, tetapi seorang pejabat resmi menyatakan bahwa sedikitnya 42 orang tewas. Kabupaten Bener Meriah dan
Aceh Tengah adalah wilayah yang paling parah kerusakannya akibat
Gempa.
Di Bener Meriah, 14 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka. Lebih dari 100 orang dilarikan ke rumah sakit dan 1.500 rumah hancur di seluruh kabupaten ini. Sekian ratus orang tidur di luar rumah pada malam hari tanggal 2 Juli karena khawatir terjadi
Gempa susulan. Seorang pejabat mengatakan, "Terjadi beberapa
Gempa susulan kuat dan orang-orang tidak mau pulang ke rumah, jadi mereka tidur di luar, namun persediaan tenda yang kami miliki tidak mencukupi".
Di
Aceh Tengah, 17 orang dilaporkan tewas. Sebuah masjid runtuh dan menewaskan enam anak dan memerangkap 14 orang lainnya. Tim penyelamat menggali reruntuhan sepanjang malam 2-3 Juli, tetapi gagal menemukan jenazah anak-anak tadi. Longsor terjadi di daerah itu dan menghancurkan 1.600 rumah. Tanggal 3 Juli, pejabat setempat mengatakan, "Masyarakat masih ketakutan, terutama setelah terjadi
Gempa susulan malam sebelumnya. Tidak ada yang berani tidur di rumah. Semua orang tidur di jalan atau lapangan parkir." Rumah sakit dipenuhi pasien sehingga banyak tenda didirikan di luar untuk menangani korban yang lain.
Tanggapan
Sebuah pesawat dan helikopter pemerintah dikirimkan untuk membantu kepolisian dan tentara setempat dalam upaya penyelamatan. Banyak jalan rusak akibat
Gempa atau tertutup longsor, sehingga menghambat upaya penyelamatan. Ketiadaan listrik dan sinyal telepon seluler menyulitkan komunikasi ke luar. Tiga truk penuh air kemasan, makanan, dan persediaan lain dikirim ke kawasan ini. Badan mitigasi bencana
Aceh mengatakan bantuan akan disediakan setelah mereka mendapatkan data yang lebih akurat tentang hal-hal yang diperlukan.
Tanggal 3 Juli, 40 miliar rupiah (sekitar US$4 juta) digelontorkan untuk pemulihan daerah. Masa tanggap darurat selama satu minggu, bisa diperpanjang jika perlu, diberlakukan di Bener Meriah. Lima lokasi pengungsian berada di Bener Meriah dan 10 lokasi pengungsian terdapat di
Aceh Tengah.
Lihat pula
Daftar
Gempa bumi di Indonesia
Gempa bumi Pidie Jaya 2016
Referensi