Giovanni Gronchi (10 September 1887-17 Oktober 1978) adalah politikus Italia yang menjadi Presiden Republik Italia kedua 1955-1962, menggantikan Luigi Einaudi. Kepresidenannya ditandai oleh upaya yang kontroversial dan gagal untuk menciptakan "keterbukaan kepada pihak kiri" dalam politik Italia.
Masa kecil dan karier politik
Gronchi dilahirkan di Pontedera, Toscana, dan merupakan salah satu anggota pertama Gerakan Kristen yang didirikan imam Katolik don Romolo Murri pada 1902.
Gronchi mendapatkan gelar pertamanya dalam sastra dan filsafat pada Scuola Normale di Pisa. Antara 1911 dan 1915 ia bekerja sebagai guru SMU untuk mata pelajaran klasik di sejumlah kota Italia (Parma, Massa di Carrara, Bergamo dan Monza).
Pada Perang Dunia I ia menjadi seorang relawan dan setelah berakhirnya perang pada 1919 ia menjadi salah seorang pendiri Partai Rakyat Italia (PPI) yang Katolik. Ia terpilih menjadi anggota parlemen untuk Pisa dalam kedua pemilihan parlementer pada 1919 dan 1921. Ia menjadi pemimpin serikat buruh dalam Konfederasi Buruh Kristen Italia, dan pada 1922-1923 ia menjadi Menteri Muda untuk Perindustrian dan Perdagangan dalam pemerintahan pertama Mussolini. Namun pada April 1923, rapat nasional Partai Rakyat yang diadakan di Turino memutuskan untuk menarik semua wakil PPI dari pemerintahan. Ia pun kembali ke peranan lamanya sebagai pemimpin serikat buruh Katolik, dan berusaha menghadapi kekerasan sehari-hari yang ditimbulkan oleh satuan-satuan fasis.
Pada 1924, setelah Luigi Sturzo mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Sekretaris PPI,
Gronchi menjadi pemimpin partai itu, bersama-sama dengan dua orang anggota "triumvirat" (tiga serangkai) lainnya, (Spataro dan Rodinò).
Gronchi terpilih kembali ke Parlemen pada tahun yang sama, lalu bergabung dalam oposisi anti fasisi dari apa yang disebut sebagai gerakan Aventine (dari bukit Roma tempat oposisi mengundurkan diri dari Parlemen). Pada 1926 ia dipecat oleh rezim baru dari parlemen.
Antara 1925 dan 1943 ia menginterupsi kariernya. Untuk menghindarkan diri dari keharusan menjadi anggota Partai Fasis, ia juga mengundurkan diri dari posisinya sebagai guru sekolah, dan mencari nafkahnya dengan mengembangkan kariernya dalam bisnis, pertama sebagai seorang penjaja dan kemudian sebagai industrialis.
Setelah Perang Dunia II
Pada 1943-1944 ia menjadi salah satu pendiri dari Partai Kristen Demokrat (DC) yang baru, dan menjadi seorang pemimpin dari faksi sayap kirinya, bersama-sama dengan orang-orang seperti Giorgio La Pira, Giuseppe Dossetti dan Enrico Mattei (kelak menjadi boss ENI, raksasa petrokimia milik pemerintah Italia). Ia juga menjadi anggota Comitato di Liberazione Nazionale, komite multi-partai dari Perlawanan Italia, sebagai wakil partainya.
Meskipun sering konflik dengan mayoritas anggota partainya serta sekretarisnya, Alcide De Gasperi,
Gronchi menjabat sebagai Menteri Perindustrian pada 1944–1946 dan sebagai anggota dari Dewan Konstituante pada 1946. Pada 1947, ketika Perang Dingin mulai, ia gigih menentang keputusan partainya untuk mengusir partai-parati Komunis dan Sosialis Italia dari pemerintahan nasinoal. Dari 1948 hingga 1955 ia terpilih sebagai Presiden dari Dewan Perwakilan Italia (Majelis Rendah dari Parlemen).
Presiden Italia
Pada 1955 masa jabatan Luigi Einaudi sebagai presiden pertama Republik Italia berakhir, dan Parlemen harus memilih penggantinya. Sekretaris baru DC, Amintore Fanfani, mempromosikan Cesare Merzagora yang liberal untuk jabatan terseubt. Saat itu Merzagora menjabat sebagai Ketua Senat. Namun, partai sayap kanan yang ekstrem—yang dipimpin oleh Giuseppe Pella, Guido Gonella, Salvatore Scoca dan Giulio Andreotti – bergabung dengan kelompok serikat buruh yang kiri—yang dipimpin oleh
Giovanni Pastore, Giorgio Bo dan Achille Marazza – dalam suatu "pemberontakan" melawan pimpinan partai, untuk memilih
Giovanni Gronchi ("orangnya Parlemen"). Usaha ini mendapat dukungan dari partai-partai Komunis dan Sosialis, dan juga dari kelompok kanan monarkis dan neo-fassis. Setelah perjuangan sengit dan runtuhnya front sentris, pada 29 April 1955
Gronchi terpilih sebagai Presiden dengan 658 suara dari 883. ia merupakan politikus Katolik pertama yang menjadi Kepala Negara Italia.
Masa jabatannya berlangsung hingga 1962, dan ditandai oleh ambisinya untuk melakukan "keterbukaan kepada pihak kiri" secara bertahap. Dengan pendekatan itu diharapkan kaum Sosialis dan Partai Komunis (yang masih Stalinis) akan diajak kembali masuk ke pemerintahan nasional, dan Italia akan meninggalkan NATO, serta menjadi negara non Blok. Namun muncul oposisi yang keras dari parlemen, khususnya dari Partai Liberal, yang kecil, yang dianggap merupakan bagian penting dari mayoritas manapun.
Dalam upaya untuk keluar dari kemacetan ini, pada 1959
Gronchi menunjuk sebagai Perdana Menteri seorang anggota yang dipercaya dari faksi sayap kiri Katoliknya sendiri, Fernando Tambroni, mengirimnya ke Parlemen, dengan suatu "pemerintahan Presiden", tetapi tanpa mayoritas yang telah terancang. Namun Tambroni ternyata bertahan di Parlemen hanya berkat dukungan suara kaum neo-fasis. "Keterbukaan kepada pihak kiri" yang tidak diramalkan ini menimbulkan konsekuensi-konsekuensi serius. Pada 1960 terjadi kerusuhan-kerusuhan parah di sejumlah kota Italia, khususnya di Genoa, Licata dan Reggio Emilia. Polisi menembaki para demonstran dan menyebabkan lima orang menigngal dunia. Pemerintahan Tambroni pun berakhir dengan nama yang cacat: dipaksa mengundurkan diri, dan digantikan oleh sebuah pemerintahan sepenuhnya dikuasai oleh Demokrat Kristen, dengan mayoritas parlementer yang secara tradisional sentris.
Eksperimen Tambroni yang tidak menggembirkan ini menodai reputasi
Gronchi selama-lamanya, dan hingga akhir masa jabatannya ia tetap merupakan Presiden yang lemah. Pada 1962 ia berusaha mendapatkan mandat kedua, dengan bantuan yang kuat dari Enrico Mattei, tetapi upaya ini gagal dan terpilihlah Antonio Segni. Ketika ia tidak lagi menjadi Kepala Negara, ia pun menjadi Senator seumur hidup, berdasarkan Konstitusi Italia. Ia meninggal di Roma pada 17 Oktober 1978 pada usia yang lanjut, 91 tahun.
Pertimbangan
Untuk pertimbangan historis menyeluruh atas masa jabatan kepresidenannya, kita harus mengingat kegagalan Tambroni, dengan usulnya untuk melakukan pendekatan otoriter. Namun "keterbukaan kepada pihak kiri" seperti ini memangt erjadi tak lama setelah mandatnya berakhir. Memang, koalisi pertama kiri-tengah dibentuk oleh Aldo Moro pada 1964, ketika kaum Sosialis (tetapi tidak termasuk kaum Komunis) masuk ke dalam pemerintahan. Pada 1970-an, kaum Kristen Demokrat dan Komunis berusaha mencapai apa yang disebut Kompromi Historis. Berdasarkan hal ini, ia mungkin dapat dipuji karena mempunyai pandangan ke depan yang penting, dan pengaruh yang berdampak lama.
Namun, sulit mengatakan bahwa proyek politiknya benar-benar berkaitan erat dengan pemerintah-pemerintah kiri-tengah yang silih berganti berkuasa antara 1964 dan 1992. Pada sebagian besar masa ini, kaum Komunis diisolasi semakin kettat daripada yang sudah-sudah, karena kekalahan mereka atas bekas sekutu Sosialis mereka dan karena konflik yang getir yang terjadi sesudahnya dengan mereka, khususnya setelah Bettino Craxi menjadi pemimpin Sosialis. Pengaru-pengaruh luar belakangan terbukti ikut bermain pula. Sebuah Laporan Parlemen tahun 2000 menyimpulkan bahwa operasi-operasi gelap oleh Gladio "yang tinggal di belakang" yang didukung oleh AS dirancang untuk "menghentikan PCI, dan sampai batas tertentu juga PSI (Partai Sosialis Italia), agar tidak memperoleh kekuasaan eksekutif di negara itu." Betapapun juga, Italia mempertahankan struktur sosial-ekonominya sebagai sebuah ekonomi pasar dan garis kebijakan luar negerinya.
Rujukan
Pranala luar
(Italia) Quirinale Diarsipkan 2005-03-05 di Wayback Machine.
(Italia) Biografie Diarsipkan 2013-11-09 di Wayback Machine.
= Buku
=
Paul Ginsborg, A History of Contemporary Italy, Penguin Books, 1990 (laporan panjang tentang kejadian-kejadian pasca-perang di Italia dari sudut pandang sayap kiri yang sangat bias; pemilihan
Gronchi dan situasi politik di sekitarnya yang khas tidak dibahas. Kasus Tambroni dilaporkan, tetapi peranan
Gronchi di dalamnya ditutup-tutupi).
Indro Montanelli and Mario Cervi, L'Italia del Novecento, Rizzoli, 1998 (bahasa Italia; laporan jurnalistik tentang Italia abad ke-20, dari sudut pandang liberal).
S. Bertelli (ed.) Scritti e discorsi su
Giovanni Gronchi a vent'anni dalla morte (1998), Giardini, 2000 (bahasa Italia; kebanyakan pujian setelah kematiannya oleh teman-teman lama).