[[Kategori:{{{kecamatan}}},
Sleman|Girikerto]]
Girikerto adalah sebuah desa di Kepanewon Turi, Kabupaten
Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Pada mulanya Desa Girikerto merupakan wilayah yang terdiri dari empat kelurahan, yakni: Kelurahan Tanggung, Ngandong, Nangsri Lor, dan Kemirikebo. Berdasarkan maklumat Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diterbitkan tahun 1946 mengenai Pemerintahan Kelurahan, maka Kelurahan-Kelurahan tersebut kemudian digabung menjadi satu Desa otonom dengan nama Desa Girikerto. Girikerto kemudian secara resmi ditetapkan berdasarkan Maklumat Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun 1948 tentang Perubahan Daerah-Daerah Kelurahan.
Wilayah Desa Girikerto merupakan wilayah agraris yang subur sehingga mayoritas penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Tanaman yang menjadi komoditas utama adalah salak dan padi. Selain itu, ada buah-buahan lain juga tumbuh dengan subur di wilayah Girikerto.
Selain bertani, masyarakat Girikerto juga bermatapencaharian sebagai seorang peternak. Salah satu yang peternakan terkenal adalah peternakan kambing PE (Peranakan Etawa) di Dusun Nganggring. Kambing ini memiliki postur yang bagus dan berukuran besar serta menghasilkan susu yang bermanfaat bagi kesehatan.
Wilayah administrasi Kelurahan Girikerto memiliki tiga lokasi strategis, meliputi:
1. Kantor Pos Turi di Dusun Karanggawang ,
2. Gereja Katholik Somohitan di Dusun Daleman ,
3. Balai Budaya Girikerto di Dusun Bangunmulyo.
Desa Girikerto dikenal sebagai desa dengan Semboyan "SEMAR NDALIL". Selain itu, Girikerto juga memiliki predikat sebagai Desa Mandiri Budaya. Pada saat diresmikan, Kabupaten
Sleman menerima fasilitas Balai Budaya dari Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta yanh mana fasilitas tersebut diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X. Beliau mengatakan bahwa Provinsi DIY telah merintis entitas desa tangguh dan berdikari dengan konsep mandiri dan berbudaya. Hal ini merupakan embrio aktivasi sekaligus 'masterpiece' yang kelak dapat dijadikan acuan dalam membangun desa, sesuai dengan potensi dan kearifan lokal masing-masing. Pendirian balai budaya ini juga memiliki harapan dapat semakin menambah semangat sebagai pelaku seni serta menambah motivasi dalam pelestarian budaya di Kabupaten
Sleman. Menurutnya, tantangan pelestarian budaya khususnya budaya tradisional saat ini cukup berat seiring dengan perkembangan zaman dan adanya arus globalisasi. Hal ini berpengaruh pada masuknya budaya dari luar yang dikhawatirkan lambat laun membuat kebudayaan lokal ditinggalkan.
Kirab Budaya Ngrowhod
Kirab Budaya Ngrowod atau Ngleluri Ombyaking Warga Hametri Kuncara Desa merupakan rangkaian kegiatan bersih desa untuk mensyukuri karunia dari Tuhan. Rangkaian acara diantaranya adalah membersihkan lingkungan, pentas seni, dialog budaya, lomba kesenian dan juga kegiatan pengajian. Acara juga ditandai dengan kegiatan kirab kirab dan arak-arakan 13 kendi yang berisi air dari Sendang Panguripan, dam tumpeng Ngrowod.
Sebelum kirab, akan dilakukan pengambilan air dari Sendang Panguripan, yang terletak di kampung Nangsri. Ditempat tersebut dipercaya masyarakat setempat bersemayam arwah Kyai dan Nyai Guno Yudo, Nawang Wulan, Nawang Sari dan Nawang Sih. Jumlah 13 kendi melambangkan jumlah padukuhan di Desa Girikerto. Selanjutnya kendi-kendi ini dibawa oleh putra-putri domas yang menggunakan pakaian kebaya menuju Umbul Nangsri. Dengan dikawal oleh barisan prajurit lengkap dengan seragam dan senjata lengkap prajurit adat Jawa, rombongan berjalan kaki sekitar 1,5 km.
Sedangkan Tumpeng Ngrowot dibuat dari hasil bumi yang berasal dari krowotan (umbi-umbian) antara lain uwi, gembili, gadung, tela, garut, suweg dan lainnya yang dikemas dalam satu tatanan. Ngrowot dalam pengertian Masyarakat Jawa berkaitan dengan kegiatan menjalankan puasa dengan hanya makan umbi-umbian.
Batas Desa
Utara: Gunung Merapi
Timur: Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem
Selatan: Desa Donokerto
Barat: Desa Wonokerto
Pedukuhan di Girikerto