Gua Salukang Kallang atau Leang
Salukang Kallang (Inggris:
Salukang Kallang Cave ) adalah sebuah
Gua yang berada di kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung yang dikelola dan dilindungi oleh pemerintah, yang secara administratif terletak di wilayah Dusun Kappang, Desa Labuaja, Kecamatan Cenrana dan Dusun Pattunuang, Desa Samangki, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia.
Gua Salukang Kallang tipe
Gua yang kombinasi vertikal-horizontal dan
Gua ini terbentuk dari gugusan karst.
Gua ini merupakan
Gua terpanjang di kawasan Karst Maros-Pangkep atau Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, bahkan telah dinobatkan sebagai
Gua terpanjang di Indonesia dengan akumulasi panjang dan kedalaman mencapai ± 27 km.
Gua ini juga merupakan bagian salah satu geosite yang menarik dari Taman Bumi Maros-Pangkep. Untuk menyusuri
Gua Salukang Kallang terdapat empat entrance (pintu masuk) yang tersedia, yakni pintu K1, pintu K2, pintu K3, dan pintu K4. Pintu K3 memiliki entrance vertikal.
Gua ini dijuluki sebagai surga bawah tanah oleh masyarakat sekitar, karena
Gua ini terletak dibawah tanah dan di dalamnya banyak menyimpan keindahan layaknya surga yang sering digambarkan di buku-buku.
Gua Salukang Kallang sangatlah indah karena pemandangan ornamen-ornamen di dalamnya. Selain itu berdasarkan penelitian
Gua ini juga memiliki 28 satwa langka. Tapi jangan sembarang masuk ke
Gua ini jika belum berpengalaman apalagi tidak mempunyai peralatan yang memadai.
Tempat wisata
Gua Salukang Kallang telah dijadikan tempat wisata minat khusus untuk susur
Gua.
Gua wisata petualangan ini sangat direkomendasikan terutama di lokasi yang tidak jauh dari ibu kota Sulawesi Selatan, Kota Makassar. Menyusuri
Gua ini perlu breafing, persipan yang matang dan persediaan peralatan, seperti baju khusus
Gua, peralatan keamanan, chest harnes, foot loop, senter kepala, tali kernmantel, helm, tali webbing, dan peralatan SRT (single rope technique) fullset. Semuanya menyatu dalam tas techkel bag punggung. Selain itu harus membentuk tim regu atau rombongan. Peralatan seperti helm, head lamp, dan sepatu boot adalah perlengkapan dasar yang harus dikenakan sebab medan yang ditelusuri seringkali memberikan kejutan. Selain, tidak ada sama sekali sinar matahari yang masuk, lantai
Gua juga basah dan lembab, serta tekstur langit-langit
Gua kebanyakan landai dan kasar. Terkadang akan membuat kepala dan punggung cedera jika tidak menggunakan pengaman.
Gua ini pernah disusuri oleh sebuah Kelompok Pecinta Alam (KPA) Kharisma Indonesia saat melakukan ekspedisi menyusuri
Gua ini pada tahun 1980-an.
Objek penelitian
Selain menjadi tempat wisata petualangan,
Gua ini biasa dijadikan objek penelitian dan tempat pelatihan penelusuran
Gua (caving). Konon,
Gua yang terbentuk sejak ribuan tahun lalu ini menjadi tempat tinggal bagi para manusia prasejarah. Di lokasi
Gua ini juga banyak biota dan vegetasi khas menarik untuk dikaji. Kehidupan di dalam
Gua adalah sesuatu yang sangat unik. Berbagai macam biota
Gua dapat beradaptasi dan berevolusi menyesuaikan kondisi lingkungannya.
Sumber air bersih
Semakin ke dalam
Gua tantangan semakin besar, tidak hanya menunduk dan merayap tapi juga berenang menyusuri sungai. Tepat di tengah-tengah
Gua terdapat aliran sungai jernih. Sungai bawah tanah ini menjadi pemasok utama ketersediaan air bersih bagi kehidupan warga Kabupaten Maros dan sekitarnya.
Gua ini telah diakui oleh para peneliti sebagai
Gua yang memiliki sistem air yang baik, yaitu sungai permukaan DAS Bantimurung. Sungai seringkali dijadikan tempat peristirahatan oleh pengunjung yang ingin menginap di dalam
Gua.
Aliran sungai bawah tanah yang terdapat di
Gua ini merupakan sumber air utama yang biasa digunakan sebagai konsumsi. Baik oleh masyarakat sekitar pedesaan Maros ataupun Pemerintah Daerah Kabupaten Maros melalui PDAM Tirta Bantimurung. Keberadaan sungai bawah tanah tersebut patut dijaga kelestariannya. Tidak hanya sistem perguaannya, namun juga vegetasi diatas sistem perguaan tersebut. Dengan adanya vegetasi yang bagus maka sistem tata air pergoaan pun teratur dengan sendirinya.
Aksesibilitas
Dari Kota Makassar (40 km) atau Kota Turikale (jarak 25 km atau dapat ditempuh kurang dari satu jam) menuju ke
Gua Salukang Kallang dapat diakses dengan kendaraan roda empat atau pun roda dua menyusuri Jalan Poros antar Kabupaten Maros dan Kabupaten Bone di kawasan Cagar Alam Karaenta yang berkelok. Tepat di penghujung hutan karst Cagar Alam Karaenta menjadi titik henti. Dalam perjalanan dapat menikmati pemandangan sawah dan pepohonan liar yang tumbuh di sepanjang jalan. Setiba di area
Gua, anda bisa memarkirkan kendaraan di pinggir jalan atau menitipkannya di warung dan rumah penduduk. Dari sini masih butuh perjalanan lebih kurang satu kilometer lagi untuk menemukan mulut
Gua. Kesini harus berhati-hati dan teliti dalam menemukan rute jalan kaki. Mulut
Gua Salukang Kallang sangat kecil hanya berdiameter kurang lebih 50 sentimeter di kedalaman kurang lebih 10 meter sehingga membutuhkan peralatan panjat tebing (rapling) untuk meraihnya.
Gua Salukang Kallang tipe
Gua yang horizontal. Untuk menuju pintu K3 harus menuruni jalan terjal dan berjalan ekstra hati-hati sampai di kaki tebing karst. Jalan menuju
Gua ditandai dengan aliran air dari karst menuju mulut
Gua K3. Aliran air yang hampir satu kilometer kemudian alirannya menghilang. Masuk ke sebuah liang berdiameter satu meteran. Satu kilometer terakhir, akan disuguhi hutan perawan. Pepohonan begitu rapat, hanya sedikit cahaya yang menembus lantai hutan. Tak jarang dijumpai pohon beringin yang besar. Banir yang kekar dan lebar menandakan sudah berumur puluhan tahun. Pada penghujung jalan, berbelok kiri. Tak lama kemudian sampailah pada sebuah mulut
Gua dengan sebatang palem sebagai penandanya. Mulut
Gua sedalam 7 meter. Menuruni mulut
Gua dengan menggantung pada seutas tali kernmantel. Teknik ini sering disebut descending. Begitu sampai di ujung tali sudah gelap. Bertanda sudah di dalam
Gua. Senter di kepala pun dinyalakan.
Air setinggi dada hingga harus merayap. Saat memasuki dalam
Gua, awalnya masih bisa berdiri tegak, atap
Gua melengkung seperti terowongan. Namun, semakin dalam memasuki
Gua, atap
Gua semakin menyempit. Bahkan, harus merayap bersama lumpur. Sajian ornamen
Gua yang menghibur saat menelusuri
Gua. Air yang mengalir membentuk sungai bawah tanah. Namun, kali ini harus menceburkan diri. Selepas dari genangan, terdapat lorong
Gua yang makin menyempit. Berbentuk seperti huruf M. Sisi kanan terendam air, sementara sisi lain hanya tersisa sedikit celah. Hanya seperti jendela kecil dengan stalaktit yang cukup tajam di atasnya. Harus merayap untuk melewatinya dengan tetap waspada memerhatikan stalaktit di atas atap
Gua. Sisi
Gua yang hanya memiliki sedikit celah untuk dijelajahi. Terdapat ruang yang sedikit luas. Namun, untuk keluar, ruang lebih kecil lagi. Keluar dari himpitan kecil itu, terdapat ruang yang cukup luas. Berbagai bentuk ornamen
Gua yang menghias. Air terus menetes menandakan ornamen tersebut masih hidup dan terus bertambah ukurannya. Pada malam beberapa ekor kelelawar keluar masuk dari
Gua. Kemudian berjalan menyusuri gelap belantara hutan karst. Menemukan kembali jalan setapak yang samar-samar. Menyusurinya hingga mengantarkan pada jalan poros tempat memarkir kendaraan.
Ketika memasuki
Gua akan disambut dengan atap
Gua yang melengkung layaknya terowongan. Semakin masuk ke dalam, maka atap
Gua pun semakin menyempit dan mengharuskan bisa merayap bersama lumpur. Terdapat genangan air yang cukup dalam setinggi dada orang dewasa. Sehingga untuk bisa melewatinya dibutuhkan kehati-hatian ekstra. Keunikan
Gua ini bukan hanya terletak pada bagian dalamnya saja, tetapi juga pesona indahnya menjelang senja.
Gua ini juga merupakan tempat tinggal bagi sekitar 28 spesies binatang langka.
Gua yang berjarak sekitar 40 km dari Kota Makassar ini merupakan sumber dari Air Terjun Bantimurung yang letaknya tidak jauh dari
Gua tersebut.
Gua ini sangat gelap dan harus diterangi dengan senter atau headlamp. Selain kegelapan tersebut, kamu bisa mendengar suara aliran sungai di dalam
Gua. Di dalam
Gua ini, ada sungai yang mengalir dan pastinya sangat terjaga kesegarannya. Mulut
Gua yang berdiameter hanya sekitar 50 cm mengundang penasaran bagi wisatawan yang berkunjung. Selain itu, pesona stalaktit serta stalagmite di dalam
Gua juga menunjukan fenomena yang indah dengan beragam corak.
Terdapat berbagai macam ornamen yang tersusun rapi dan bisa ditemukan dalam penelusuran
Gua. Antara lain adalah gordam, gordin, stalagtit, stalagmite, sodastaw, dan berbagai macam ornamen lainya. Mereka berkilauan bagaikan tambang permata. Mereka juga bisa mengeluarkan bunyi indah ketika diketuk. Hati-hati ketika bermain dengan batu tetes (dropstone) ini. Jangan sampai merusaknya karena butuh waktu ratusan tahun membentuk gugusan kerucut indah (sodastraw) di dalam
Gua. Pembentukan ornamen membutuhkan waktu beratus-ratus tahun lamanya agar menjadi indah.
Lihat pula
Daftar
Gua di Kabupaten Maros
Daftar
Gua di Sulawesi Selatan
Kawasan Karst Maros-Pangkep
Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung
Kabupaten Maros
Daftar tempat wisata di Sulawesi Selatan
Daftar tempat wisata di Kabupaten Maros
Taman Bumi Maros-Pangkep
Desa Labuaja
Kecamatan Cenrana
Referensi