Gunung Malabar (Aksara Sunda Baku: ᮌᮥᮔᮥᮀ ᮙᮜᮘᮁ) merupakan sebuah
Gunung api yang puncaknya berada di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Kompleks Pegunungan
Malabar merupakan rangkaian beberapa
Gunung, yaitu
Gunung Puntang dengan Puncak Mega-nya (2.222 m dpal),
Gunung Haruman (2.141 m dpal) dan
Gunung Malabar sendiri dengan puncaknya disebut dengan Puncak Besar 2,343 meter di atas permukaan laut.
Gunung Malabar mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montana, dan Hutan Ericaceous atau hutan
Gunung.
Gunung Malabar identik dengan perkebunan teh yang didirikan oleh Bosscha.
Asal usul
Nama
Malabar sudah dikenal dan diabadikan dalam nama kerajaan, yaitu Kerajaan
Malabar (abad IV-V M). kerajaan ini merupakan satu di antara 46 kerajaan wilayah di bawah Kerajaan Tarumanagara, seperti yang tercantum dalam pustaka Rajya-rajya i Bhumi Nusantara, yang merupakan prosiding seminar yang dipimpin oleh Pangeran Wangsakerta dari Keraton Cirebon tahun 1677 M.
Di mana lokasi bekas kerajaan
Malabar itu? Ini pekerjaan rumah yang belum pernah dijawab. Tampaknya untuk berhipotesis di mana lokasi bekas Kerajaan
Malabar pun kita tak mampu.
Nama
Malabar sudah sangat terkenal pada saat itu, boleh jadi di puncak-puncaknya ada tempat-tempat yang disucikan sehingga seorang Bujangga Manik, rahib Kerajaan Sunda pada abad ke-15 sudah sangat mengenali
Gunung ini. Bujangga Manik menulis
Gunung ini dengan sebutan Bukit
Malabar, seperti yang ditulisnya dalam perjalanan sucinya mengelilingi Pulau Jawa dan Pulau Bali.
“….Sadari aing ti inya,
cunduk ka Mandala Beutung,
ngalalar ka Mulah Beunghar,
landeuheun ka Tigal Luar,
ka tukang Bukit
Malabar,
ka gédéng Bukit Bajogé….”Arti kata
Malabar yang sangat termasyhur melewati rentangan zaman. Kata
Malabar sesungguhnya tidak biasa terdengar dalam ucapan bahasa Sunda sehingga orang selalu menghubungkan kata ini dengan nama tempat yang ada di India.
Jonathan Rigg (1862) berpendapat lain. Bisa jadi
Malabar berasal dari kata labar-lébér atau lébér-labar, yang berarti meluber, melebar ke semua arah. Penambahan awalan ma, yang sekarang menjadi tidak produktif dipergunakan dalam bahasa Sunda, namun dalam bahasa Sunda lama hal itu sudah biasa sehingga menjadi kata yang menggambarkan keadaan atau peristiwa yang terjadi, dan menjadi enak diucapkan. Seperti kata lébér menjadi malébér, labar menjadi
Malabar, rieus – marieus, seuseup – manyeusep, dan lain-lain.
Tampaknya, penamaan itu erat kaitannya dengan geomorfologi, bentuk muka bumi
Gunung ini yang besar, yang lereng-lerengnya meluber, melebar ke semua arah. Letusannya pada masa prasejarah, laharnya meluber mengisi lembah-lembah hingga jauh ke utara mengisi bagian tengah dari Cekungan Bandung. Pastilah saat letusan dahsyat terakhir itu pun, manusia Bandung belum menghuni tempat ini.
Gunung Malabara berada pada garis lintang 7.13°S-7°8`0″S dan garis bujur 107.65°E-107°39`0″E. Ketinggiannya adalah 2.3219 meter di atas permukaan laut.
Gunung Malabar tidak digolongkan ke dalam
Gunung api aktif karena
Gunung ini tidak diketahui letusannya dan sudah lama padam, atau sedang beristirahat menghimpun kembali energinya untuk kembali meledak?
Bila dilihat dari Kota Bandung, lereng-lerengnya sudah teriris-iris oleh kekuatan air. Dalam jangka waktu yang panjang, kekuatan air itu telah mengerosi lereng membentuk lembah-lembah yang dalam dan lebar. Kenyataan ini menunjukkan bahwa umur
Gunung Malabar sudah tergolong tua.
Kapan
Gunung Malabar aktif dan kemudian ambruk, masih menyimpan teka-teki. Banyak pendapat mengenai hal ini, tetapi belum ada yang menyintesiskan dengan baik, masih berupa kepingan-kepingan yang terpisah. R. Soeria-Atmadja, et al. (1991) dalam tulisannya, The Tertiary Magmatic Belts in Java, menulis bahwa
Gunung ini aktif antara 4,4 – 2,6 juta tahun yang lalu. Kemudian, Edy Sunardi (1996) dalam disertasinya, “Magnetic Polarity Stratigraphy of the Plio-Pleistocene Volcanic Rocks around the Bandung Basin, West Java, Indonesia”, diketahui umur aliran lava di kaki
Gunung Malabar, yaitu di tiga tempat di
Gunung Koromong, Baleendah, hasilnya menunjukkan bahwa lava di sana berumur 3,40, 3,07, dan 2,87 juta tahun yang lalu.
Dalam peta geologi lembar Garut dan Pameungpeuk yang dibuat M. Alzwar, N. Akbar, dan S. Bachri (1992), dapat kita amati penampang yang memotong
Gunung Malabar, di sana terlihat bahwa
Gunung ini terbangun di antaranya oleh aliran lava yang mengalir hingga ke utara, seperti yang diukur oleh Edy Sunardi, kemudian diikuti letusan yang menghasilkan material yang berupa perselingan lava, breksi, dan tuf yang ketebalannya antara 500 – 1.000 meter lebih dengan radius 15 km, yang terjadi pada awal Plistosen.
Selang beberapa ratus ribu tahun kemudian, terjadi patahan yang memanjang lebih dari 25 km arah barat – timur, dengan bagian selatannya yang turun. Pada Plistosen tengah,
Gunung ini aktif kembali dengan dahsyatnya, material letusannya mengisi lembah patahan, terdiri dari tuf dan breksi yang mengandung sedikit batu apung dan lava dengan ketebalan antara 100 – 1.000 meter lebih dengan radius 10 km.
Untuk mengetahui kronologi dan besaran letusan
Gunung Malabar secara terperinci dan akurat memang perlu penelitian khusus. Tampaknya harus ada penelitian untuk disertasi yang mengambil judul ini sehingga akan diketahui sejarah
Gunung ini dengan baik, seperti yang pernah dilakukan Mochamad Nugraha Kartadinata (2005) untuk kronologi letusan
Gunung Sunda.
Gunung Malabar adalah sumber inspirasi dari nama Kereta Api
Malabar untuk mengangkut penumpang yang bertujuan untuk wisata ke Bandung maupun luar kota.
Lihat juga
Stasiun Radio
Malabar
Lembayung
Malabar, (basella rubra)
Enggang Kelabu
Malabar
Kereta api
Malabar
Malabar, Bandung, Jawa Barat
Galeri
Referensi