"
Halo,
Halo Bandung" adalah salah satu lagu perjuangan Indonesia ciptaan Ismail Marzuki yang menggambarkan semangat perjuangan rakyat kota
Bandung dalam masa pasca-kemerdekaan pada tahun 1946, khususnya dalam peristiwa
Bandung Lautan Api yang terjadi pada tanggal 23 Maret 1946.
Latar belakang
Ismail Marzuki tampil bersama grup keroncong Lief Java pada sekitar tahun 1940 sebagai penyanyi dan penulis lagu di Studio Orkes NIROM II di Tegalega,
Bandung, sebagai bagian dari siaran radio NIROM (Nederlandsch-Indische Radio-omroepmaatschappij). Ismail Marzuki kembali ke kota Batavia setelah menikahi rekan sesama penyanyi di grup, Eulis Zuraidah. Namun kenangan indah selama menetap di kota
Bandung selalu melekat dalam ingatannya. Hal tersebut mendorongnya untuk menciptakan lagu berbahasa sunda berjudul "Hallo
Bandung", serta beberapa lagu bertema serupa seperti "
Bandung Selatan di Waktu Malam" dan "Saputangan dari
Bandung Selatan". Pada waktu itu ungkapan "Hallo Bandoeng" sudah sangat dikenal sebagai tanda panggil dan sapaan pembuka oleh Radio Kootwijk saat melakukan panggilan radio telegraf dengan kota
Bandung. Ungkapan tersebut menjadi semakin terkenal melalui lagu berbahasa Belanda berjudul "Hallo Bandoeng" oleh Willy Derby, yang penjualannya mencapai lebih dari 50.000 kopi, suatu jumlah yang luar biasa pada zaman itu.
Versi awal dari lirik lagu "Hallo
Bandung" menunjukkan bahwa pada awalnya lagu ini lahir sebagai ungkapan rasa rindu yang sentimental, bukan dimaksudkan sebagai lagu perjuangan. Kemudian selama masa pendudukan Jepang lagu ini diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia sebagai bagian dari propaganda pihak tentara Jepang, yang antara lain berusaha mengikis pengaruh budaya Belanda serta mendorong penggunaan bahasa Indonesia di penjuru wilayah jajahan. Walaupun begitu, versi kedua hasi terjemahan lagu tersebut tetap menggambarkan maksud aslinya sebagai lagu kenangan.
Setelah pernyataan kekalahan Jepang, para pejuang kemerdekaan Indonesia kemudian menghadapi masuknya tentara NICA Belanda serta tentara Sekutu dari Kerajaan Inggris, yang berlangsung hingga selama empat tahun. Masa ini dikenal sebagai periode Revolusi Nasional. Pada awal masa ini Ismail Marzuki bersama istri mengungsi ke
Bandung demi menghindari pendudukan tentara Inggris dan Belanda di Jakarta. Namun sayang tidak lama setelah mereka menetap di
Bandung, terbit ultimatum dari pihak Inggris yang memerintahkan pihak tentara pejuang Indonesia untuk segera meninggalkan kota. Kemudian pihak pejuang Indonesia membalas dengan sengaja membakar bangunan dan gedung di penjuru wilayah selatan kota
Bandung sebelum mereka meninggalkan kota pada 24 Maret 1946, yang kemudian dikenal sebagai
Bandung Lautan Api . Peristiwa ini mengilhami Ismail Marzuki beserta para pejuang Indonesia saat itu untuk mengubah dua baris terakhir dari lirik lagu "Hallo
Bandung" menjadi lebih patriotis dan membakar semangat perjuangan. Segera setelah itu, lagu "
Halo,
Halo Bandung" menjadi sangat dikenal dan menjadi salah satu lambang perjuangan kemerdekaan Indonesia melawan penjajah
Lirik
Trivia
Lagu ini di arranesement Addie MS sebagai lagu penutup siaran digunakan di closedown pada Wadi FM dan RAS FM Jakarta.
Lihat pula
Bandung Lautan Api
Mohamad Toha
Referensi
Pranala luar
Halo,
Halo Bandung Diarsipkan 2020-06-11 di Wayback Machine. (mp3) di Sahabat Keluarga, Kemdikbud
Partitur lagu
Halo,
Halo Bandung Diarsipkan 2020-06-11 di Wayback Machine. di Sahabat Keluarga, Kemdikbud