Jajanan jalanan di Indonesia adalah sekumpulan
Jajanan jalanan, makanan ringan, dan kudapan siap santap yang dijual oleh penjaja
jalanan dengan menggunakan gerobak, pikulan, warung, atau kedai kecil.
Jajanan jalanan di Indonesia merupakan perpaduan yang kaya yang mencakup masakan lokal, serta pengaruh Tionghoa dan Belanda.
Jajanan jalanan di Indonesia biasanya murah, menawarkan berbagai macam makanan dengan selera yang berbeda, serta dapat ditemukan
di setiap sudut kota.
Kebanyakan
Jajanan jalanan di Indonesia dijual dengan harga terjangkau, dengan rentang harga biasanya tidak lebih dari satu dollar AS (sekitar 13.150,80 rupiah). Akan tetapi, terdapat beberapa
Jajanan jalanan yang dijual dengan harga melebihi 20.000 rupiah (1,52 dollar AS).
Jajanan jalanan Indonesia secara umum juga disebut sebagai "
Jajanan kaki lima", yang mengacu kepada lebar trotoar selebar lima kaki, yang sering diduduki oleh pedagang kaki lima yang menjajakan
Jajanan dagangannya.
Pada 2015, Badan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah mencatat bahwa
di Jakarta terdapat sekitar 56.000 penjajah
jalanan, sementara lokasi yang tersedia hanya dapat menampung sekitar 18.000 pedagang. Sisanya menduduki trotoar kaki lima dan menggangu kenyamanan pejalan kaki. Badan ini menduga bahwa angka sebenarnya mungkin jauh lebih besar.
Jajanan jalanan Indonesia biasanya bercita rasa kuat dan sering kali pedas. Banyak
Jajanan jalanan Indonesia yang digoreng, seperti gorengan, juga nasi goreng, mie goreng, dan ayam goreng, sementara bakso, soto berkuah dan rujak buah juga populer. Kebanyakan
Jajanan Indonesia disajikan dengan bumbu kacang; seperti siomay, sate ayam, asinan, ketoprak, dan gado-gado.
Karakteristik
Penjajah
Jajanan jalanan adalah pemandangan yang lazim
di jalanan-
jalanan Indonesia, mereka berdagang menggunakan sepeda, gerobak, pikulan, atau bahkan warung tenda
di tepi jalan. Gerobak panjaja
jalanan sering disebut sebagai "pedagang kaki lima" — mengacu kepada trotoar selebar lima kaki yang mereka tempati. Pendapat populer lain mengaitkan istilah "kaki lima" dengan jumlah "kaki" pedagang dan gerobaknya; yakni dua roda gerobak dan satu kayu penyangga, serta dua kaki pedagang kaki lima yang mendorong gerobak.
Ada dua cara berjualan para penjaja
Jajanan jalanan di Indonesia; yaitu bergerak (keliling) dengan menggunakan gerobak, sepeda atau pikulan, dan menetap (mangkal) dengan menggelar warung tenda
di tepi jalan. Pedagang
Jajanan jalanan keliling biasanya menjajakan dengan mendorong gerobak, mengayuh sepeda, atau memikul dagangannya dan berkeliling kampung atau kawasan permukiman, seraya mengumumkan kedatangannya dengan menggunakan bunyi-bunyian atau suara khusus; sementara, pedagang
jalanan yang menetap atau mangkal biasanya menggelar dagangan mereka
di tepi jalan yang ramai, dan membuka warung sederhana atau warung tenda sambil menunggu kehadiran pelanggan. Beberapa penjajah
jalanan bahkan ada yang berbaris
di tepi atau tengah jalan
di tengah kemacetan lalu lintas, menawarkan kudapan kepada pengendara yang tengah terjebak kemacetan; misalnya pedagang bakpau gerobak yang lazim mangkal
di tengah kemacetan
di jalan ibu kota.
di Indonesia terdapat berbagai cara penjaja
Jajanan jalanan, antara lain menggunakan pikulan, yaitu membawa dua keranjang dengan penggunakan tongkat kayu; gerobak dorong; atau sepeda beroda dua atau tiga; gerobak-sepeda roda tiga adalah perpaduan antara gerobak dan sepeda. Pikulan dibawa dengan cara menyeimbangkan dua keranjang atau semacam lemari kecil dengan menggunakan tongkat kayu seraya menopangnya dengan bahu dan membawanya bepergian. Gerobak
Jajanan di Indonesia biasanya memiliki bentuk dan rancang bangun yang mirip, meskipun terdapat perbedaan khusus sesuai jenis
Jajanan yang dijual. Bentuk gerobak ini mirip lemari portabel dengan lemari kaca dan laci untuk memamerkan dan menyimpan bahan
Jajanan. Beberapa gerobak dilengkapi dengan kompor kecil berbahan bakar gas elpiji; gerobak bakso biasanya dilengkapi dengan panci besar wadah kuah panas dengan kompor
di bawahnya, sementara gerobak siomay memiliki panci pengukus, gerobak nasi goreng memiliki kompor dan wajan penggorengan, sementara gerobak sate memiliki gril pemanggang berbahan bakar arang. Gerobak-gerobak
Jajanan jalanan ini biasanya dibuat dari kerangka kayu atau logam, lengkap dengan jendela kaca serta mungkin dilapisi lapisan aluminium atau seng.
Sejarah
Jajanan jalanan memiliki sejarah yang panjang dalam tradisi
Indonesia. Beberapa panel bas-relief Borobudur menampilkan penjaja makanan dan minuman, hal ini menunjukkan bahwa usaha kecil makanan telah ada sejak abad ke-9
di Jawa. Prasasti dari zaman Majapahit sekitar abad ke-14 juga menyebutkan profesi panjaja makanan dan minuman sebagai salah satu profesi masyarakat Jawa era itu.
Pengaruh budaya makanan
jalanan Tionghoa juga terlihat
di Indonesia pada awal Hindia Belanda. Sejumlah masakan asal Tiongkok seperti berbagai mie, bakso, lumpia, bakpau biasa ditemukan
di daerah perkotaan. Sejumlah masakan tradisional Nusantara juga menjadi sumber varian makanan
jalanan, begitu juga dengan pengaruh asing. Sate misalnya, diyakini dimulai sebagai makanan
jalanan pada awal abad ke-19, sebagai adaptasi lokal Jawa terhadap kebab India.
di sisi lain, pengaruh Belanda juga terlihat
di kancah
Jajanan jalanan di Indonesia, terutama pada sektor kue.
Jajanan favorit anak-anak sekolah kue cubit misalnya, adalah merupakan turunan lokal dari kue poffertjes Belanda.
Maraknya budaya
Jajanan jalanan Indonesia saat ini, juga disebabkan oleh kondisi demografisnya; urbanisasi besar dalam beberapa dasawarsa terakhir. Hal ini terjadi terutama
di kawasan aglomerasi perkotaan yang berkembang pesat
di Jabodetabek, Surabaya, Bandung, Medan, Palembang, Denpasar, dan Makassar. Pertumbuhan kota yang pesat dalam beberapa dasawarsa terakhir ini telah membuka peluang
di bidang jasa boga. Karena jumlah penduduk pedesaan yang banyak berbondong-bondong pindah ke pusat-pusat perkotaan
di Indonesia, banyak
di antara mereka mendirikan bisnis makanan
jalanan. Saat ini, sangat mudah untuk menemukan beragam makanan
jalanan yang menyajikan masakan dari seluruh Nusantara; sate dari Madura atau Padang, bakso Malang sampai siomay Bandung.
Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa pengaruh asing mutakhir juga telah memperkaya kuliner
jalanan Indonesia. Antara lain datang dari pengaruh Barat (terutama Amerika Serikat), juga dari Jepang dan Timur Tengah. Misalnya, kini lazim ditemukan gerobak penjaja hamburger, hot dog dan sosis bakar
di samping penjaja bakso
di pasar.
Jajanan jalanan kebab Turki dan takoyaki Jepang juga bisa ditemukan, meski mungkin citarasanya tidak otentik, karena sulitnya mendapatkan bahan impor asli yang dibutuhkan. Selain itu rentang harga
Jajanan jalanan Indonesia lebih murah, sehingga bahan-bahan yang digunakan juga lebih sederhana. Citarasanya juga mungkin telah disesuaikan dengan selera lokal, seperti penambahan sambal, karena orang
Indonesia cenderung menyukai makanan pedas.
Jenis
= Makanan
=
Banyak
Jajanan jalanan di Indonesia terdiri atas hidangan tunggal, yang disiapkan, diracik, dicampur, atau dipanaskan
di depan pelanggan setiap ada pesanan.
di kebanyakan kota-kota besar, lazim ditemukan
Jajanan yang berasal dari pengaruh Tionghoa, seperti bakmi atau mie ayam, bakpau, dan bakso yang dijual
di gerobak atau warung. Adaptasi umum adalah daging babi tidak digunakan, karena menyesuaikan dengan pasar konsumen
di Indonesia yang kebanyakan warganya adalah Muslim.
Jajanan populer lainnya antara lain siomay dan batagor (singkatan dari "bakso tahu goreng"), pempek, bubur ayam, bubur kacang hijau, sate, nasi goreng, soto mie, mi ayam, dan mi goreng, tauge goreng, asinan, laksa, kerak telor, dan seblak.
= Kudapan
=
Secara umum, kudapan dan makanan ringan
Indonesia disebut kue, dan aneka ragam kue dijual
di pasar sebagai
Jajanan pasar. Aneka
Jajanan jalanan yang merupakan kudapan manis atau kue antara lain kue ape dan serabi. Dapat pula dijumpai
Jajanan China, seperti bakpao, baik yang berisi manis atau gurih dan asin.
Jajanan jalanan lainnya termasuk aneka gorengan; antara lain tempe dan oncom goreng, tahu goreng, pisang goreng, ubi goreng, dan bakwan.
= Minuman
=
Minuman tradisional seperti lahang (air manis sadapan nira) dan tuak, adalah contoh
Jajanan minuman tertua
di Indonesia, yang dijual menggunakan tabung bambu besar sebagai wadah air. Minuman
Jajanan khas
Indonesia termasuk minuman dingin dan manis yang dicampur es, misalnya es cendol atau es dawet, es teler, es cincau, es doger, es campur, es potong, dan es puter. Minuman
Jajanan ini lebih bersifat sebagai sebagai hidangan manis pencuci mulut ketimbang minuman. Karena selain es serut, es ini adalah semacam koktil yang dapat mengandung aneka isi campuran; seperti irisan buah, pacar cina, cendol, cincau, agar-agar, tapai, dan lain-lain.
Jus buah juga minuman
Jajanan jalanan yang populer. Jenis jus yang dijajakan antara lain jus jeruk, jus jambu, jus mangga, jus sirsak, dan jus alpukat. Jus alpukat biasanya disajikan dengan susu kental manis putih atau cokelat, dan merupakan minuman pencuci mulut yang nikmat. Durian juga dapat dibuat menjadi es durian.
Permasalahan
= Kebersihan
=
Kebanyakan produk makanan
Indonesia yang dijual
di gerai makanan menengah hingga ke atas menerapkan standar higienis makanan yang baik hingga dapat diterima, diatur, dan diawasi oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan warung atau gerobak penjaja
jalanan tradisional, yang mungkin kurang higienis, penyajiannya kurang bersih, dan bernilai gizi rendah. Masalah kebersihan selalu menjadi persoalan bagi gerai makanan
di kaki lima, akibat mencuci piring dan perangkat makan secara bersih tidak mungkin dilakukan karena kesulitan air bersih.
Selain itu kuman mikroba tropis mungkin juga dapat mengakibatkan kasus keracunan makanan, khususnya menimpa orang asing ketika mereka tinggal
di Indonesia. Karena itulah untuk
Jajanan jalanan disarankan untuk mengonsumsi makanan yang panas dan dimasak, ketimbang memakan hidangan mentah atau dingin bersuhu ruangan. Misalnya, menyantap mi ayam atau soto yang masak, panas, dan berkuah, jauh lebih aman jika dibandingkan menyantap makanan dingin dan mentah seperti karedok, gado-gado, atau rujak.
= Ketertiban kota
=
Kini mudah sekali menemukan sekian banyak warung tenda dan gerobak makanan memenuhi dan menduduki kaki lima atau trotoar
di kota-kota besar
di Indonesia. Hal ini dapat menyebabkan berjalan kaki
di jalanan, terutama
di Jakarta, tidak menyenangkan dan berbahaya. Karena pejalan kaki terpaksa berjalan
di atas bahu jalan dan rawan kecelakaan terserempet kendaraan, akibat trotoar diduduki pedagang kaki lima.
Menurut sejarah, pulau Jawa sudah sejak lama berpenduduk padat; rumah makan dan bisnis makanan
jalanan sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakatnya sejak dulu. Akan tetapi, adalah urbanisasi besar-besaran yang dimulai pada dasawarsa 1960-an lah yang membentuk budaya
Jajanan jalanan di kota-kota
Indonesia. Seiring dengan semakin banyaknya penduduk dari pedesaan berpindah ke kota, lapangan pekerjaan baru dibutuhkan. Kebanyakan dari pekerja yang berasal dari kampung dan pedesaan adalah tenaga kerja berkeahlian rendah dan berpendidikan rendah pula. Kebanyakan dari mereka terserap ke dalam sektor dunia kerja informal, termasuk kegiatan usaha makanan
Jajanan jalanan. Sebagian
di antara mereka mencoba peruntungan dengan berjualan hidangan lezat khas kampung halaman mereka, dengan membuka warung, kedai, atau gerobak makanan keliling. Karena itulah
di kebanyakan kota-kota besar
di Indonesia dapat dijumpai beraneka macam makanan daerah yang berasal dari seluruh penjuru Nusantara. Dari gado-gado Jakarta, asinan Bogor, bakso Malang, sate Madura, sate Padang, pempek Palembang, hingga siomay Bandung.
Demikian maraknya penguasaan trotoar oleh pedagang kaki lima telah menimbulkan masalah sosial. Untuk mencegah kemacetan jalan, pemerintah kota berusaha untuk membebaskan trotoar dan pinggir jalan dari pedagang kaki lima, melalui serangkaian tindakan penertiban. Akan tetapi hal ini kerap menimbulkan perlawanan dari pihak pedagang, sehingga sejumlah keributan dan perselisihan pecah
di antara otoritas kota dan pedagang kaki lima (PKL).
Hal ini menimbulkan tekanan dari pemerintah kota untuk mengatur dan menertibkan pedagang kaki lima tepi jalan
di daerah mereka.
Galeri
Jajanan jalanan Indonesia
Referensi
Pranala luar
Media tentang Indonesian street food
di Wikimedia Commons
Panduan perjalanan
Jajanan jalanan di Indonesia di Wikiwisata