Pdt. Dr. (H.C.)
Justin Sihombing Hutasoit (disingkat sebagai J.
Sihombing) adalah seorang pendeta Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) dan kemudian Ephorus HKBP ke-7. Ia merupakan pengarang utama Konfessi HKBP, yaitu pengakuan iman HKBP yang mengombinasikan pokok-pokok Konfesi Augsburg dengan warisan Reformed dari RMG. Berdasarkan konfesi ini, HKBP diterima sebagai anggota Lutheran World Federation (LWF) pada tahun 1952.
Karier dan Pendidikan
= Pendidikan
=
1908-1912 : Sekolah Tinggi
1923-1925 : Sekolah Pendeta lembaga zending Jerman.
= Karier
=
1907-1908 : guru bantu di Sekolah Dasar (Sikola Metmet) zending, di Sibingke, Pangaribuan
1912-1923 : guru kepala Sekolah Dasar dan guru jemaat di Pakpahan, Pangaribuan
1925-1928 : pendeta evangelis
21 Oktober 1928-1935 : pendeta jemaat di Medan (F.H. Sianipar, 1978: 51-54).
Oktober 1935 : pendeta ressort di HKBP Resort Medan sekaligus pendeta Batak pertama bergelar pendeta ressort.
Kehidupan
Pada sinode Juli 1940 banyak pendeta yang menominasikan
Justin Sihombing menjadi ephorus. Ia meraih suara terbanyak dalam pemungutan suara. Tetapi ia mengalah sebagai wujud rasa hormatnya kepada seniornya, Pdt. K. Sirait, dan demi keutuhan bersama.
Pdt.
Justin Sihombing merupakan pemrakarsa nama Nommensen untuk dijadikan sebagai nama Universitas milik HKBP saat ini, yang kemudian disetujui oleh Sinode Agung HKBP, walau pun pada awalnya banyak nama yang diusulkan. Kiprah
Justin Sihombing mendapat perhatian dari Fakultas Teologi Universitas Fredrich Wilhelm, Jerman. Ia dianggap dapat memimpin dengan ikhtiar menata dan merawat keutuhan gereja Batak. Ia juga berkomitmen mempertahankan eksistensi gereja agar tidak menjadi instrumen politik kekuasaan. Karenanya pada tahun 1951, Universitas Fredrich Wilhelm menganugerahkan gelar doktor honoris causa kepada
Justin Sihombing.
Pemerintah kabupaten Tapanuli Utara dan kota Pematangsiantar juga menunjukkan apresiasi. Nama
Justin Sihombing ditetapkan sebagai nama ruas jalan di Tarutung dan Pematangsiantar. Namun di gereja Batak, pikiran dan gagasan
Justin Sihombing nyaris terlupakan, kecuali sekadar dikenang pernah menjadi ephorus.
Pandangan
Pada masa penjajahan Jepang di Indonesia,
Justin Sihombing menjadi salah satu dari antara pimpinan HKBP yang menolak untuk melakukan seikerei. Ia menganggap bahwa ritual tersebut menyamakan Kaisar Jepang dengan Tuhan.
Karya tulis
Beberapa tulisan yang dikarang oleh
Justin Sihombing, di antaranya adalah:
Barita ni Tuan Markus (1955)
Saratus Taon Huria Kristen Batak Protestan (1960)
Unang Hamu Dipaotooto (1977)
Banua Ginjang Do Sambulo Ni Tondinta
Referensi