Kabupaten Pemalang (bahasa Jawa: Hanacaraka: ꦥꦼꦩꦭꦁ, Pegon: ڤمالاڠ, translit. Pěmàlàng) adalah sebuah wilayah
Kabupaten yang terletak di provinsi Jawa Tengah, Indonesia.
Kabupaten ini berada di Jalan Pantura yang menghubungkan Jakarta–Semarang–Surabaya. Ibukota-nya adalah Kota
Pemalang.
Kabupaten ini memiliki batas wilayah yaitu Sebelah Timur
Kabupaten Pekalongan, Sebelah Barat
Kabupaten Tegal, Sebelah Selatan
Kabupaten Purbalingga dan Sebelah Utara Laut Jawa.
Sejarah
= Masa Prasejarah
=
Keberadaan manusia pada masa prasejarah di
Pemalang dapat dibuktikan dengan berbagai temuan arkeologis. Di
Kabupaten Pemalang bagian barat, ditemukan situs-situs megalitik, sedangkan sebuah nekara perunggu ditemukan di Desa Kabunan. Bukti arkeologis adanya unsur kebudayaan Hindu-Buddha di
Pemalang antara lain ditemukannya patung Ganesha, lingga, kuburan, ambang pintu, dan batu nisan di Desa Lawangrejo dan Desa Banyumudal.
Selain itu, ada pula bukti arkeologis unsur kebudayaan Islam berupa makam-makam para penyebar agama, antara lain Syeikh Maulana Maghribi di Kawedanan Comal, Rohidin, dan Sayyid Ngali Murtala yaitu salah seorang kerabat Sunan Ngampel.
= Pra Mataram
=
Eksistensi
Pemalang telah disebutkan dalam Bujangga Manik, sebuah naskah kuno berbahasa Sunda yang diperkirakan ditulis pada akhir abad XV. Pada abad XVI, catatan Rijkloff van Goens dan data buku W. Fruin Mees menyatakan bahwa pada tahun 1575
Pemalang merupakan salah satu dari 14 daerah merdeka di Pulau Jawa, yang dipimpin oleh seorang pangeran atau raja. Dalam perkembangan kemudian, Panembahan Senopati dan Panembahan Seda Krapyak dari Mataram menaklukkan daerah-daerah tersebut, termasuk di dalamnya
Pemalang. Sejak saat itu
Pemalang menjadi daerah vasal Mataram yang diperintah oleh Pangeran atau Raja Vasal.
Pemalang dan Kendal pada masa sebelum abad XVII merupakan daerah yang lebih penting dibandingkan dengan Tegal, Pekalongan dan Semarang. Karena itu jalan raya yang menghubungkan daerah pantai utara dengan daerah pedalaman Jawa Tengah (Mataram) yang melintasi
Pemalang dan Wiradesa dianggap sebagai jalan paling tua yang menghubungkan dua kawasan tersebut.
Populasi penduduk sebagai pemukiman di pedesaan yang telah teratur muncul pada periode abad awal Masehi hingga abad XIV dan XV, dan kemudian berkembang pesat pada abad XVI, yaitu pada masa meningkatnya perkembangan Islam di Jawa di bawah Kerajaan Demak, Cirebon dan kemudian Mataram. Pada masa itu daerah pantai sekitar
Pemalang dan Comal telah menjadi tempat persinggahan dalam perjalanan antara Demak dan Cirebon.
Terdapat babad yang menceritakan bahwa Pangeran Benawa, Sultan Pajang yang ketiga (1586–1587), setelah tersingkir dari tahtanya lalu pergi membuka daerah pemukiman baru di sekitar wilayah
Pemalang, dan menetap di sana hingga wafatnya. Berdasarkan kepercayaan penduduk setempat, Pangeran Benawa dimakamkan di pemakaman kuno di Desa Penggarit, Kecamatan Taman,
Pemalang.
= Masa Kadipaten dibawah Kerajaan Mataram
=
Sejak sekitar 1622–1623, wilayah
Pemalang sudah menjadi apanase (daerah kekuasaan) Pangeran Purbaya dari Mataram, yang mana seorang Kyai Lurah mewakilinya sebagai pelaksana pemerintahan setempat (stads houder).
Seorang tokoh bernama Raden Maoneng diyakini masyarakat
Pemalang sebagai salah seorang leluhur mereka. Makamnya di Dukuh Maoneng, Desa Bojongbata, di pinggir Kecamatan
Pemalang sebelah selatan banyak dikunjungi peziarah. Beberapa sumber menyebutkan adanya tokoh bernama Tumenggung Mangun-Oneng, yaitu seorang panglima perang Sultan Agung yang memimpin pasukan Mataram dalam penaklukkan Surabaya pada tahun 1625.
Pada masa Sunan Amangkurat I memerintah Mataram (1645–1677),
Pemalang sudah berkembang menjadi salah satu dari kota-kota niaga maritim di pesisir utara Jawa, yang diatur dan diawasi dengan ketat oleh Mataram.
Catatan Belanda menyebutkan bahwa Mataram mengangkat para adipati (stedehouders) dan syahbandar (sabandars of te tolmeesters) di kota-kota tersebut, serta memiliki dua pejabat tinggi (commissarissens) pengawas pesisir khusus untuk memastikan monopoli Mataram atas kegiatan perdagangan mereka.
Pada sekitar tahun 1652, Sunan Amangkurat II mengangkat Ingabehi Subajaya menjadi Bupati
Pemalang setelah Amangkurat II memantapkan takhta pemerintahan di Mataram setelah pemberontakan Trunajaya dapat dipadamkan dengan bantuan VOC pada tahun 1678.
= Masa Perang Diponegoro
=
Menurut catatan Belanda pada tahun 1820
Pemalang kemudian diperintah oleh Bupati yang bernama Mas Tumenggung Suralaya. Pada masa ini
Pemalang telah berhubungan erat dengan tokoh Kanjeng Swargi atau Kanjeng Pontang. Seorang Bupati yang terlibat dalam perang Diponegoro. Kanjeng Swargi ini juga dikenal sebagai Gusti Sepuh, dan ketika perang berlangsung dia berhasil melarikan diri dari kejaran Belanda ke daerah Sigeseng atau Kendaldoyong. Makam dari Gusti Sepuh ini dapat diidentifikasikan sebagai makam kanjeng Swargi atau Reksodiningrat. Dalam masa-masa pemerintahan antara tahun 1823–1825 yaitu pada masa Bupati Reksadiningrat. Catatan Belanda menyebutkan bahwa yang gigih membantu pihak Belanda dalam perang Diponegoro di wilayah Pantai Utara Jawa hanyalah Bupati-bupati Tegal, Kendal dan Batang tanpa menyebut Bupati
Pemalang.
Sementara itu pada bagian lain dari Buku P.J.F. Louw yang berjudul De Java Oorlog van 1825–1830 dilaporkan bahwa Residen Van den Poet mengorganisasi beberapa barisan yang baik dari Tegal,
Pemalang dan Brebes untuk mempertahankan diri dari pasukan Diponegoro pada bulan September 1825 sampai akhir Januari 1826. Keterlibatan
Pemalang dalam membantu Belanda ini dapat dikaitkan dengan adanya keterangan Belanda yang menyatakan Adipati Reksodiningrat hanya dicatat secara resmi sebagai Bupati
Pemalang sampai tahun 1825. Dan besar kemungkinan peristiwa pengerahan orang
Pemalang itu terjadi setelah Adipati Reksodiningrat bergabung dengan pasukan Diponegoro yang berakibat Belanda menghentikan Bupati Reksodiningrat.
Pada tahun 1832, Bupati
Pemalang yang Mbahurekso adalah Raden Tumenggung Sumo Negoro. Pada waktu itu kemakmuran melimpah ruah akibat berhasilnya pertanian di daerah
Pemalang. Seperti diketahui
Pemalang merupakan penghasil padi, kopi, tembakau dan kacang. Dalam laporan yang terbit pada awal abad XX disebutkan bahwa
Pemalang merupakan afdeling dan
Kabupaten dari karisidenan Pekalongan. Afdeling
Pemalang dibagi dua yaitu
Pemalang dan Randudongkal. Dan
Kabupaten Pemalang terbagi dalam 5 distrik. Jadi dengan demikian
Pemalang merupakan nama
Kabupaten, distrik dan Onder Distrik dari Karisidenan Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah.
Pusat
Kabupaten Pemalang yang pertama terdapat di Desa Oneng. Walaupun tidak ada sisa peninggalan dari
Kabupaten ini namun masih ditemukan petunjuk lain. Petunjuk itu berupa sebuah dukuh yang bernama Oneng yang masih bisa ditemukan sekarang ini di Desa Bojongbata. Sedangkan Pusat
Kabupaten Pemalang yang kedua dipastikan berada di Ketandan. Sisa-sisa bangunannya masih bisa dilihat sampai sekarang yaitu disekitar Klinik Ketandan (Dinas Kesehatan). Pusat
Kabupaten yang ketiga adalah
Kabupaten yang sekarang ini (
Kabupaten Pemalang dekat Alun-alun Kota
Pemalang).
Kabupaten yang sekarang ini juga merupakan sisa dari bangunan yang didirikan oleh Kolonial Belanda. Yang selanjutnya mengalami beberapa kali rehab dan renovasi bangunan hingga kebentuk bangunan joglo sebagai ciri khas bangunan di Jawa Tengah.
= Masa Kolonial Belanda
=
Menurut A.J Van Der Aa (1851) dimulainya sistem tanam paksa atau cultuurstelsel oleh pemerintah kolonial Belanda pada 1830 membuat tanah persawahan di
Pemalang diubah menjadi perkebunan kopi, tembakau dan tebu. Pada awalnya tebu yang akan diproses menjadi gula menggunakan penggiling tradisional dengan dibantu tenaga hewan, namun setelah adanya revolusi industri pemrosesan tebu menjadi gula diubah dengan menggunakan mesin tenaga uap & diproses secara masal pada sebuah pabrik gula. Pemerintah Kolonial bersama pengusaha Belanda membangun 4 pabrik gula di
Pemalang yang berlokasi di Comal, Petarukan, Banjardawa dan Sumberharjo. Pabrik Gula pertama dibangun pada tahun 1833 yang berlokasi di Comal (Suikerfabriek Tjomal). Kemudian diikuti oleh pembangunan Pabrik Gula di Banjardawa (Suikerfabriek Bandjardawa) pada tahun 1846, Pabrik Gula Sumberharjo (Suikerfabriek Sumberharjo) pada 1908 dan Pabrik Gula Petarukan (Suikerfabriek Petaroekan) pada tahun 1912. Hasil produksi Pabrik Gula Petarukan dan Banjardawa antara 1915 hingga 1919 menyuplai 40 % dari produksi keseluruhan di Pulau Jawa .
Pada tahun 1918, di
Pemalang berdiri organisasi pergerakan wanita Wanito Susilo, yang bergerak di bidang sosial dan pendidikan. Pada tahun 1932, Widuri menjadi tempat pembuatan film berjudul Atma de Visser yang diproduksi oleh perusahaan Krügers Film. Banjir juga pernah menerjang
Pemalang pada masa kolonial. Pada tahun 1908, Sungai Rambut dan Sungai Srengseng meluap, merendam jalur kereta api. Selain bencana banjir,
Pemalang pada masa kolonial juga pernah mendapat serangan wabah penyakit. Pada tahun 1910, ditemukan kasus kolera, paling banyak di
Pemalang dan Comal.
Kabupaten Pemalang mantap sebagai suatu kesatuan administratif pasca pemerintahan Kolonial Belanda. Sejak tahun 1948, Pusat Pemerintahan
Kabupaten Daerah Tingkat II
Pemalang berkedudukan di
Pemalang.
= Masa Revolusi
=
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945,
Kabupaten Pemalang memasuki masa revolusi kemerdekaan (1945-1949). Pada periode tersebut,
Pemalang mengalami dua revolusi, yaitu Revolusi Sosial/Peristiwa Tiga Daerah (1945) dan Revolusi Kemerdekaan (1945-1949). Revolusi Sosial terjadi tidak hanya di
Pemalang, tetapi juga di Brebes dan Tegal.[1] Supangat adalah salah satu tokoh penting Revolusi Sosial di
Pemalang yang muncul sebagai Bupati
Pemalang secara de facto menggantikan bupati sebelumnya. Latar belakang Supangat adalah berprofesi sebagai mantri juru rawat senior di
Pemalang.[2]
= Hari Jadi dan Sesanti
=
Sebagai suatu penghormatan atas sejarah terbentuknya
Kabupaten Pemalang maka pemerintah daerah telah bersepakat untuk memberi atribut berupa Hari Jadi
Pemalang. Hal ini selalu untuk memperingati sejarah lahirnya
Kabupaten Pemalang juga untuk memberikan nilai-nilai yang bernuansa patriotisme dan nilai-nilai heroisme sebagai cermin dari rakyat
Kabupaten Pemalang.
Salah satu alternatif penetapan hari jadi
Kabupaten Pemalang ialah pada saat diumumkannya pernyataan Pangeran Diponegoro untuk mengadakan perang terhadap Pemerintahan Kolonial Belanda, yaitu tanggal 20 Juli 1823. Namun, berdasarkan diskusi para pakar yang dibentuk oleh Tim
Kabupaten Pemalang, hari jadi
Pemalang adalah tanggal 24 Januari 1575, atau bertepatan dengan Hari Kamis Kliwon tanggal 1 Syawal 1496 Je 982 Hijriah. Keputusan tersebut selanjutnya ditetapkan dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Dati II
Kabupaten Pemalang Nomor 9 Tahun 1996 tentang Hari Jadi
Kabupaten Pemalang. Tahun 1575 diwujudkan dengan bentuk Surya Sengkala Lunguding Sabda Wangsiting Gusti yang mempunyai arti harfiah: kearifan, ucapan/sabdo, ajaran, pesan-pesan, Tuhan, dengan mempunyai nilai 5751. Sedangkan tahun 1496 Je diwujudkan dengan Candra Sengkala Tawakal Ambuko Wahananing Manunggal yang mempunyai arti harfiah berserah diri, membuka, sarana/wadah/alat untuk, persatuan/menjadi satu dengan mempunyai nilai 6941.
Adapun Sesanti
Kabupaten Pemalang adalah Pancasila Kaloka Panduning Nagari, dengan arti harfiah lima dasar, termashur/terkenal, pedoman/bimbingan, negara/daerah dengan mempunyai nilai 5751.
Geografi
Kabupaten Pemalang terletak di pantai utara Pulau Jawa. Secara astronomis,
Kabupaten ini terletak antara 109°17'30" – 109°40'30" BT dan 6°52'30" – 7°20'11" LS. Luas wilayah
Kabupaten ini ialah sebesar 111.530 km².
Ibu kota
Kabupaten ini adalah Kota
Pemalang, yang terletak di ujung barat laut wilayah
Kabupaten dan berbatasan langsung dengan
Kabupaten Kabupaten Tegal.
Kabupaten ini berjarak kira-kira 135 km ke arah barat dari Semarang, ibu kota Provinsi Jawa Tengah, atau jika ditempuh dengan kendaraan darat melalui Jalan Tol Trans Jawa memakan waktu lebih kurang 1-2 jam.
Kabupaten Pemalang berada di lintas pantai utara Jawa menghubungkan Jakarta dengan Surabaya melalui Semarang. Waktu yang diperlukan dari Jakarta menuju
Pemalang melalui Jalan Tol Trans-Jawa berkisar 5-6 Jam. Selain itu terdapat pula jalan provinsi yang menghubungkan
Kabupaten Pemalang dengan
Kabupaten Purbalingga.
= Batas wilayah
=
Batas wilayah
Kabupaten Pemalang antara lain:
= Topografi
=
Kabupaten Pemalang memiliki topografi bervariasi. Bagian utara merupakan dataran rendah yang berbatasan dengan laut jawa, ketinggian wilayah rata - rata adalah 6 -13 meter di atas permukaan laut yang terdiri dari 6 kecamatan yaitu Kecamatan Ulujami, Comal, Ampelgading, Petarukan, Taman dan
Pemalang. Bagian tengah merupakan dataran rendah yang subur dengan ketinggian rata - rata 15– 213 meter di atas permukaan laut yaitu Kecamatan Bantarbolang, Bodeh, Randudongkal dan Warungpring; sedangkan bagian selatan merupakan dataran tinggi berupa pegunungan yang subur serta berhawa sejuk dengan ketinggian rata - rata 497 - 914 meter di atas permukaan laut terdiri atas Kecamatan Moga, Belik, Watukumpul dan Pulosari. Puncak tertingginya ialah Gunung Slamet, yang berada di perbatasan dengan
Kabupaten Tegal dan
Kabupaten Purbalingga, dan merupakan gunung tertinggi di Jawa Tengah. Wilayah bagian selatan
Pemalang biasa disebut Waliksarimadu yaitu singkatan Watukumpul, Belik, Pulosari, Moga, Warungpring dan Randudongkal. Wilayah tersebut juga sering disebut sebagai
Pemalang Selatan.
Wilayah
Kabupaten Pemalang dilintasi oleh tiga sungai besar, yaitu Sungai Comal, Sungai Waluh, dan Sungai Rambut, yang menjadikannya sebagai daerah aliran sungai yang subur. Sungai Comal merupakan sungai terbesar, yang alirannya melalui tujuh wilayah kecamatan di
Kabupaten ini, dan bermuara ke Laut Jawa tepatnya di Tanjung
Pemalang.
= Iklim
=
Pada tahun 2023 beberapa wilayah di bagian selatan Kabupaten Pemalang yang terdiri dari Kecamatan Belik, Watukumpul, Moga dan Pulosari memiliki curah hujan bulanan sangat tinggi (> 500mm) dimana terjadi pada bulan Januari hingga Maret. Dengan kombinasi curah hujan tinggi dan ketinggian rata - rata wilayah yang tinggi menjadikan beberapa desa dikecamatan tersebut memiliki hawa dingin dan sering ditemui kabut pada pagi ataupun sore hingga malam hari.
Pemerintahan
= Bupati
=
Kabupaten Pemalang dipimpin oleh seorang Bupati yang dipilih setiap 5 tahun sekali dalam proses pemilihan Kepala Daerah. Semenjak tahun 1820 hingga kini tercatat lebih dari 26 Bupati atau Pelaksana harian (Plh)/Pelaksana Tugas (Plt) yang telah memimpin
Pemalang. Adapun saat ini
Pemalang dipimpin oleh Pelaksana Tugas yaitu Mansur Hidayat.
= Dewan Perwakilan
=
Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD
Kabupaten Pemalang dalam lima periode terakhir.
= Kecamatan
=
Berikut adalah daftar kecamatan dan kelurahan/desa di
Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.
Kabupaten Pemalang terdiri dari 14 kecamatan, 12 kelurahan, dan 211 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 1.471.174 jiwa dengan luas wilayah 1.118,03 km² dan sebaran penduduk 1.316 jiwa/km².
Kecamatan yang memiliki area terluas di
Kabupaten Pemalang adalah Kecamatan Bantarbolang dengan luasan 139,19 km² yang diikuti oleh Kecamatan Watukumpul sebesar 129,02 km² dan Kecamatan Belik sebesar 124,54 km², adapun kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Warungpring sebesar 26,31 km²
Daftar kecamatan dan kelurahan di
Kabupaten Pemalang, adalah sebagai berikut:
Kependudukan
Kepadatan rata-rata di
Kabupaten Pemalang pada tahun 2023 adalah 1.315 jiwa/km². Dimana Kecamatan Comal memiliki kepadatan
tertinggi yaitu sebesar 3.551 jiwa/km² yang artinya, setiap 1 Km² didiami oleh sekitar 3.551 orang. Sedangkan kecamatan Watukumpul memiliki angka kepadatan rata-rata paling rendah, yaitu sebesar 586.44 jiwa/km².
Jumlah penduduk terbanyak
Kabupaten Pemalang pada tahun 2023 berpusat di Kecamatan
Pemalang hingga mencapai 207.711 jiwa, yang diikuti oleh Kecamatan Taman sebesar 195.189 jiwa, Kecamatan Petarukan 175.848 jiwa dan Kecamatan Belik 122.593 jiwa. Adapun jumlah penduduk paling sedikit ditemukan di Kecamatan Warungpring yaitu 45.213 jiwa.
Berdasarkan usia, penduduk
Kabupaten Pemalang terbanyak pada tahun 2023 merupakan kelompok usia lebih dari 65 tahun sebanyak 146.972 jiwa, kelompok usia terbanyak kedua dan ketiga adalah usia 15 - 19 tahun sebanyak 129.440 jiwa dan kelompok usia 20 - 24 tahun sebanyak 129.280 jiwa. Kelompok usia paling sedikit adalah usia 60 - 64 tahun berkisar 58.869 jiwa.
Jumlah angkatan kerja di
Kabupaten Pemalang pada tahun 2023 mencapai 817.491 jiwa, dengan tingkat pendidikan setingkat pendidikan tinggi (Diploma hingga Doktoral) sebanyak 38.276 jiwa (4,69 %), pendidikan setingkat Sekolah Menengah Atas sebanyak 192.447 jiwa (23,55 %), pendidikan setingkat Sekolah Menengah Pertama mencapai 153.586 jiwa (18,78 %) dan pendidikan setingkat Sekolah Dasar sebesar 433.182 jiwa (52,98 %).
= Agama
=
Masyarakat
Kabupaten Pemalang mayoritas menganut agama Islam. Kemudian diikuti oleh penganut agama Protestan sebanyak 4.822 jiwa dan Katolik sebanyak 1.568 jiwa. Selain Masjid dan Mushola, tercatat ada 22 Gereja Protestan, 6 Gereja Katolik, 1 Pura, 1 Wihara dan 2 Kelenteng terbangun di wilayah
Kabupaten Pemalang.
Masjid Agung Nurul Kalam
Pemalang terletak di area alun - alun
Kabupaten, telah direnovasi sebanyak 4 kali semenjak tahun 1980 an. Nama masjid agung diambil dari nama tokoh penyebar agama Islam di
Pemalang.. Adapun untuk Gereja Protestan terdapat 2 Gereja yang cukup dikenal yaitu Gereja Bethel Indonesia di Jalan Pemuda dan Gereja Kristen Jawa. Sedangkan untuk Gereja Katolik tertua, salah satu yang terkenal adalah Gereja Santo Lukas yang mulai dibangun pada 1871. Masyarakat Hindu di
Pemalang telah memiliki Pura bernama Satya Dharma sejak 1986. Penganut agama Budha di
Pemalang melaksanakan ritual ibadahnya di Wihara Parama Maitreya, sedangkan penganut Khonghuchu seringkali beribadah di Klenteng Tin An Bio dan Klenteng Tjeng Gie Bio yang terbangun sejak tahun 1738.
= Bahasa
=
Kabupaten Pemalang dikenal memiliki bahasa (dialek) yang beragam, setidaknya terdapat 3 (tiga) dialek yaitu, Bahasa Jawa Tegal, Bahasa Jawa Pekalongan, dan Bahasa Jawa Banyumasan.
Bahasa Jawa Tegal atau Dialek Ngapak Tegalan
Dialek ini merupakan dialek yang paling banyak dituturkan oleh masyarakat
Pemalang dengan wilayah penutur bagian barat, seperti Kecamatan
Pemalang, Taman, Randudongkal, Bantarbolang, Warungpring dan sebagian utara Moga.
Bahasa Jawa Pekalongan atau Dialek Pekalongan
Dialek ini dituturkan oleh masyarakat bagian timur
Pemalang, seperti, Kecamatan Petarukan, Comal, Ulujami, Ampelgading, dan Bodeh.
Bahasa Jawa Banyumasan atau Dialek Ngapak
Dialek ini dituturkan oleh masyarakat bagian selatan
Pemalang yang merupakan daerah dataran tinggi, seperti Kecamatan Belik, Watukumpul, Pulosari dan sebagian selatan Moga.
Ekonomi
= Pasar tradisional
=
= Perhutani
=
Berbagai kategori hutan tersedia di
Kabupaten ini seperti Hutan Lindung, Hutan Suaka Alam dan Wisata, Hutan Produksi Tetap, Hutan Produksi Terbatas, Hutan Bakau dan Hutan Rakyat. Hasil kehutanan antara lain Kayu Jati, Kayu Albasia, Kayu Mahoni dan juga Getah Pinus.
Pendidikan
Perguruan Tinggi
STIT (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah)
Pemalang
ITB Adias
Pemalang
Akademi Kebidanan Bhakti Pertiwi
Pemalang
SMK
SMK (SMEA) BINA
Pemalang
SMK (SMEA) IDAMAN
SMK (SMEA) ISLAM NUSANTARA
SMK (SMEA) MUHAMMADIYAH 1
Pemalang
SMK (SMEA) MUHAMMADIYAH ULUJAMI
SMK (SMEA) N 1
Pemalang
SMK (SMEA) PERIKANAN LAUT NUSANTARA
Pemalang
SMK (SMEA) PGRI 2 TAMAN
Pemalang
SMK (SMEA) PGRI 3 RANDUDONGKAL
SMK (SMEA) TEXMACO
Pemalang
SMK (SMEA) TUNAS KARYA
SMK (SMKK) ISLAM AL-KHOIRIYAH
SMK (STM) BARUNA PUTRA PETARUAKN
Pemalang
SMK (STM) ISLAM
Pemalang
SMK (STM) MUH BELIK
SMK (STM) N AMPELGADING
SMK (STM) NUSANTARA 1 COMAL
SMK (STM) PGRI I TAMAN
SMK (STM) SATYA PRAJA 1 PETARUKAN
SMK (STM) SATYA PRAJA 2 PETARUKAN
SMK 5 MUHAMADIYAH
SMK PARIWISATA LIBERTY
SMKN 1 PETARUKAN
Lembaga Kursus Pelatihan
LKP Duta : Kursus Komputer, Ms Office, Sertifikasi (dutastudy.com), Bimbingan Belajar
LPKS ACOF : Teknisi HP, Tata Rias Rambut, Tata Rias Pengantin, Tata Boga
LPKS ANUGRAH : Baby SItter
= Pusat perbelanjaan
=
= Perbankan
=
Layanan jasa perbankan di
Kabupaten Pemalang dilayani oleh 4 buah Bank milik pemerintah BRI, BNI, Bank Mandiri dan Bank Jateng dan 7 buah bank swasta nasional seperti BCA, Bank Muamalat, Bank Danamon, CIMBNIAGA, Bank Mega, Bank Sinar Mas dan BTPN serta bank milik pemerintah daerah sebanyak 3 buah yaitu BPR, BKK, dan Bank Pasar.
= Hotel
=
= Industri
=
= Perikanan
=
Menyadari besarnya potensi yang dimiliki Pemerintah
Kabupaten Pemalang mengembangkan budidaya ikan dan biota air laut. Selain juga berupa perikanan darat berupa
Tambak, Kolam, Karamba, dan budidaya biota air tawar.
Dengan areal tambak seuas 1.728 hektar komoditas yang dikembangkan berupa Bandeng, Udang Windu dan Kepiting Soka. Sedangkan produk perikanan laut yang mempunyai nilai jual tinggi diantaranya berupa Ikan Teri Nasi, Udang, Rajungan dan Bawal Putih.
= Pertanian
=
Sektor pertanian dengan lahan sawah seluas 38.617 hektar dan lahan kering 23.813 hektar masih menjadi tulang punggung perekonomian di
Kabupaten ini, komoditas yang menonjol untuk tanaman pangan adalah Padi, Ketela Pohon dan Jagung, Sayur-sayuran, Bawang Merah, Cabai Merah dan Ketimun. Sedangkan produksi buah-buahan adalah Nanas Batu, Nanas Madu, Pisang , Kelapa dan Mangga.
= Penerbitan Buku
=
Dramaturgi
= Peternakan
=
Ternak seperti Sapi Potong, Sapi Perah, Kambing, Domba, Kerbau, Kuda, Ayam Buras, Ayam Petelur, Ayam Pedaging dan Itik, Burung Puyuh, Burung Dara sangat cocok dikembangkan di
Kabupaten ini.
= Perkebunan
=
Salah satu andalan
Kabupaten Pemalang adalah “Teh” dengan produksi sebesar 927,53 ton, dengan luas area perkebunan sebesar 15.713 hektar. Produksi perkebunan andalan lainnya adalah Tebu, Kelapa Sayur, Glagah Arjuna, Cengkih, Kopi, Tembakau, Kakao, Lada, Nilam, dan Karet tumbuh subur di
Kabupaten ini.
= Sumber Daya Alam
=
Kandungan sumber daya alam yang paling potensial di
Kabupaten Pemalang khususnya
Pemalang bagian selatan yang terletak di lereng Gunung Slamet adalah berupa Tambang Diorit, Kaolin, Batu Gamping, dan Batu Marmer.
Olahraga
PSIP
Pemalang
Klub yang berjuluk Laskar Benowo ini bermarkas di Stadion Mochtar
Pemalang. Pada tahun 2018 tim PSIP
Pemalang berhasil menjadi juara liga 3 Jateng . Serta ikut dalam babak pendahuluan namun hanya bisa sampai babak 2 karena dikalahkan PS Kota Pahlawan Surabaya. Di ajang Piala Indonesia tim ini berhasil masuk 64 besar. PSIP memiliki 2 basis suporter yaitu Lasbo Mania dan Ultras LBS.
Transportasi
Kabupaten Pemalang terletak di jalur utara Pulau Jawa, menghubungkan Jakarta dengan Surabaya melalui Semarang dimana akses menuju ibu kota
Kabupaten mudah diakses melalui Jalan Tol Trans Jawa yang melintasi
Kabupaten ini. Di angkutan darat, Terminal
Pemalang adalah terminal bus utama di
Kabupaten Pemalang yang melayani angkutan bus antarkota maupun pedesaan, menghubungkan
Pemalang dengan berbagai kota di Pulau Jawa dan ibu kota
Kabupaten dengan kecamatan lainnya. Pada perkeretaapian,
Kabupaten Pemalang juga dilalui jalur kereta api lintas utara Jawa yang menghubungkan kedua kota besar di Indonesia, yakni Jakarta dan Surabaya melalui Semarang. Stasiun
Pemalang adalah stasiun kereta api utama di
Kabupaten Pemalang yang melayani kereta api antarkota dan aglomerasi dengan ketinggian 6 mdpl.
Fasilitas Kesehatan
= Rumah Sakit
=
= Puskesmas
=
Pendidikan
Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
Kabupaten Pemalang terus menggiatkan proses pendidikan yang terpadu dan berkesinambungan difasilitasi dengan 359 Sekolah Taman Kanak-kanak, 2 buah Sekolah Luar Biasa, 868 SD/MI, 161 SMP/MTS, 37 SMA/MA, 53 SMK dan 3 buah perguruan tinggi menjadikan sumberdaya manusia yang berkualitas dan mandiri.
Media Massa
Pariwisata
= Perhelatan
=
Road To Kilau Raya MNCTV
Perhelatan Road to kilau di
Kabupaten Pemalang, sukses digelar dan membuat 40.000 warga yang datang memadati pantai widuri, larut dalam alunan musik dangdut dan goyangan artis-artis papan atas.
Guyuran hujan tidak menyurutkan antusiasme dari warga
Pemalang untuk menyaksikan idola mereka diantaranya, Inul Daratista, Cak Sodiq, Tasya Rosmala, Nita Thalia, IIux, Dewi Persik, Jihan Audy, Denny Caknan, Abi KDI, Julia Vio, Suci KDI, Eva Puka, Abi KDI, Lebby dan Limbad.
Acara yang disiarkan secara langsung oleh MNCTV ini dibuka oleh Inul Daratista, Nita Thalia dan Dewi Persik dengan lagu 'Goyang inul, Polisi dan Bojo galak' di temani para kostum karnaval tampil memukau membuat para penonton bernyanyi dan bergoyang bersama larut dalam suasana yang meriah.
Dilanjutkan lagi oleh Deni caknan dan Tasya Rosmala dengan membawakan lagu 'Kortonyono medot janji' membuat warga Pamalang terus bergoyang tanpa henti. Tak kalah juga Cak Sodiq berkolaborasi denga Nita Thalia menghipnotis warga dengan lagu 'Pamer bojo', juga Ilux Id, Suci KDI dan Lebby mengajak seluruh penonton di Pantai Widuri pada malam tadi ikut bernyanyi.
Festival Budaya Bangkuncung
Aneka kesenian tradisional khas desa-desa se Kecamatan Warungpring, ditampilkan dalam Festival Budaya Bangkuncung atau Terbang Kencer Kuntulan dan Calung, di Lapangan Kecamatan Warungpring,
Kabupaten Pemalang pada Minggu (16/2/2020).
Basuki SPd, ketua panitia menjelaskan, festival budaya ini mengambil tema mengembangkan dan melestarikan budaya daerah untuk Warungpring maju. Munculnya kesenian Bangkuncung ini dilatarbelakangi kesenian daerah yang merupakan suatu budaya yang keberadaannya sangat melekat di dalam struktur masyarakat daerah. Perkembangannya dipercepat oleh seringnya dipentaskan dalam acara-acara tertentu.
Walau demikian kesenian tersebut terancam makin tertinggal. “Festival ini untuk mengembangkan dan melestarikan budaya daerah,” katanya.
Di Kecamatan Warungpring, banyak kesenian daerah yang sudah mengakar, dan punya ciri berbeda dengan lainnya seperti terbang kencer, kuntulan (seni silat) dan calung (kombinasi antara angklung dan musik tabuh atau gendang).
“Festival ini menggali kreativitas utamanya generasi muda, dalam upaya mengembangkan budaya asli daerah,” imbuhnya.
Imam Fahrudin, panitia lainnya menambahkan, kesenian daerah yang ditampilkan antara lain karnaval budaya Bangkuncung, pameran durian Warungpring, pameran UMKM, festival dolanan anak, tari massal, aerobik massal, batik karnaval, sintren humor dan makanan tradisional dan lainnya.
“Lewat Festival Bangkuncung ini, semoga budaya daerah di Kecamatan Warungpring makin maju dan dikenal masyarakat,” ujarnya.
Festival Wong Gunung 2019
Atraksi seni budaya biasanya menggambarkan suka cita masyarakat. Namun di
Pemalang, kondisi masyarakat yang kesulitan air bersih, dikemas menjadi sebuah atraksi pertunjukan budaya yang sangat menarik.
Bertajuk Festival Wong Gunung 2019, gambaran tentang kesulitan warga tentang air bersih ditampilkan dalam pertunjukan menarik. Prosesi pengambilan air yang disebut ‘Ritual Agung Banyu Penguripan’, dari lereng gunung Slamet oleh para kesatria untuk keperluan masyarakat menjadi sebuah karya seni yang indah ditampilkan di Lapangan Pulosari
Pemalang, Minggu (8/9/2019).
Prosesi itu menggambarkan bagaimana kisah tujuh kesatria terpilih yang ditugaskan mengambil air dari tujuh sumber mata air Gunung Slamet. Setelah air berhasil diambil, kemudian Banyu Panguripan itu diruwat, dikirab dan diserahkan kepada masyarakat.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang hadir dalam acara Festival Wong Gunung 2019 mengapresiasi kreativitas masyarakat itu. Menurutnya, masyarakat Jawa Tengah adalah orang-orang kreatif yang memiliki jiwa seni tinggi.
“Jawa Tengah memiliki potensi budaya tradisional yang sangat berlimpah. Kalau semua disatukan dan dilestarikan, tentu akan menjadi kekuatan besar. Hari ini saya terkejut, kisah kesulitan air karena kemarau saja bisa jadi pertunjukan sebagus ini,” kata Ganjar.
Kegiatan Festival Wong Gunung yang diselenggarakan di desa lereng Gunung Slamet, lanjut dia, juga merupakan hal yang membanggakan. Sebab saat ini, geliat kesenian tidak hanya terlihat di kota-kota besar saja, namun di pelosok daerah, semangat berkesenian terus tumbuh.
“Kita butuh banyak atraksi-atraksi kesenian semacam ini. Selain untuk menarik wisatawan, kalau banyak pertunjukan seni, maka masyarakat akan bahagia,” tegasnya.
Ganjar juga mengomentari terkait kondisi kekurangan air bersih di Kecamatan Pulosari. Saat ini lanjut dia, program air bersih untuk Kecamatan Pulosari sudah dikerjakan oleh pemerintah pusat, dan dalam proses penyelesaian Detail Engineering Design (DED).
“Saya akan kawal sendiri program ini, agar dalam 1-2 tahun ke depan, daerah ini sudah tidak kesulitan air bersih lagi,” tegasnya.
Bupati
Pemalang Junaedi mengatakan, Festival Wong Gunung awalnya hanya kegiatan seni kecil dari beberapa wilayah di
Pemalang. Kemudian, prosesi itu digabungkan menjadi lebih besar dalam empat tahun terakhir.
“Alhamdulillah antusiasme masyarakat menyaksikan prosesi ini semakin besar. Kami berharap, festival ini dapat masuk dalam kalender event nasional agar semakin banyak wisatawan yang datang ke
Pemalang,” kata dia.
Karnaval Batik Jawa Tengah
Karnaval ini merupakan ajang resmi pada setiap Pesta Rakyat HUT Jateng. Tak terkecuali perayaan ke 68 tahun ini yang digelar di
Kabupaten Pemalang pada Minggu (19/8/2018).
Karnaval menampilkan kreasi kostum 21
Kabupaten/kota dengan panduan kreativitas desain, keselarasan dan penampilan.
Ketua Dekranasda Jateng, Siti Atiqoh, mengatakan Jateng sangat kaya kerajinan dan keseniannya. Khusus batik, kata Atiqoh, hampir setiap
Kabupaten/kota memiliki ciri khas corak masing-masing. "Itu kekayaan yang tidak hanya dijaga, tepai dikembangkan."
Gandulan Culinary Center Fest Festival 2022
Diskoperindag (Dinas Koperasi dan UMKM, Perindustrian, dan Perdagangan)
Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, akan menggelar event GCC Fest 2022 pada 9-14 Agustus 2022, mendatang.
Gelaran festival yang bekerja sama dengan Alap-Alap Manajemen ini akan dilaksanakan di GCC (Gandulan Culinary Center)
Pemalang dimeriahkan oleh serangkaian acara seperti bazar pentas seni, live music, hingga perlombaan.
Denny Caknan akan memeriahkan GCC Fest
Pemalang 2022 pada 11 Agustus 2022, sedangkan Tyok Satrio (X-Factor) tampil pada 14 Agustus 2022.
Festival Bandeng Bakar Desa Mojo
Ratusan warga terlihat antusias dalam acara Festival Bandeng Bakar di Desa Mojo, Kecamatan Ulujami,
Kabupaten Pemalang Sabtu (6/8/2022). Festival ini digelar sebagai upaya mengenalkan produk budidaya perikanan milik warga setempat kepada masyarakat luas.
Setidaknya ratusan kilogram bandeng segar yang disediakan panitia ludes dalam festival tersebut. Pengunjung yang datang dikenakan tiket Rp 20.000 untuk bisa menyantap satu porsi lengkap olahan bandeng bakar.
Selain menyantap makanan pengunjung juga bisa menikmati hiburan musik dangdut yang disiapkan panitia.
"Kita siapkan 2,5 kuintal ikan bandeng atau 1.000 tiket ke pengunjung. Sudah habis dalam hitungan jam," ungkap satu panitia acara, Mulasti, Sabtu (6/8/2022).
Festival Kuliner Dan Pameran UMKM
Plt Bupati
Pemalang, Mansur Hidayat membuka Festival Kuliner dan Pameran UMKM di Kecamatan Randudongkal, Sabtu (27/8/2022).
Festival Kuliner dan UMKM ini digelar selama 2 hari, yaitu Sabtu (27/8/2022) dan Minggu (28/8/2022).
Mansur mengharapkan kegiatan serupa lebih sering digelar, bukan hanya untuk memperingati HUT RI, tetapi juga menjadi acara rutin untuk mempromosikan UMKM Randudongkal dan sekitarnya.
Mansur juga mengapresiasi Persatuan Bakulers Randudongkal (PBR), yang telah memprakarsai acara ini, sebagai bagian dari upaya menggeliatkan kembali UMKM setelah pandemi.
Kuliner Khas
= Masakan
=
Masakan khas
Pemalang adalah:
= Jajanan
=
Makanan khas
Pemalang adalah:
Kamir
Ogel-Ogel
Mendoan
= Oleh-oleh
=
Oleh-oleh khas
Pemalang adalah:
Opak Angin
Apem Comal
Kerupuk Useg
Nanas Madu
Tahu Dongkal
Sarung Goyor
Batik Pemalangan
Kerajinan Kulit Ular
Kesenian Daerah
Sintren
Jaran Kepang
Baritan
Kuntulan
Krangkeng
= Tarian Daerah
=
Tari Selendang
Pemalang
Salah satu tarian daerah yang pernah ditampilkan oleh 100 penari dalam pembukaan acara Pesta Rakyat
Pemalang tahun 2016. Tarian ini telah diresmikan sebagai tarian khas asal
Pemalang oleh Junaedi selaku Bupati
Pemalang pada tanggal 17 September 2012.
Tarian yang diciptakan oleh seniman bernama Drs. Ki Kustoro mendapatkan inspirasi dari sejarah awal mula terbentuknya
Kabupaten Pemalang. Busana yang dikenakan oleh penari sangat sederhana ditambah dengan aksesori bunga melati di sanggul.
Keunikan dari tarian rakyat
Pemalang ini terletak pada selendang yang menjadi ciri khasnya yaitu ujung selendang ditali dengan maksud supaya warga
Pemalang bisa menyimpan rahasia dengan baik. Tari Selendang
Pemalang bisa dibawakan dalam berbagai acara seperti sambutan tamu, acara pernikahan dan lain-lain.
Tari Silakupang
Tarian daerah asal Cikendung,
Pemalang memiliki nilai religius, romantic, gagah dan lincah ini pernah tampil dalam acara Parade Tari Nusantara tahun 2017. Tari silakupang merupakan kolaborasi dari beberapa kesenian di
Pemalang seperti sintren, lais, kuntulan dan jaran kepang.
Tari Denok Widuri
Tarian daerah di
Pemalang Jawa Tengah selanjutnya yakni Tari Denok Widuri yang diciptakan oleh Sanggar Tari Srimpi di Desa Ujunggede,
Kabupaten Pemalang. Berasal dari bahasa Jawa kata “denok” memiliki arti anak perempuan, sedangkan kata “widuri” merupakan nama daerah di
Pemalang yang memiliki pantai yang indah.
Maka dari itu, Tari Denok Widuri mempunyai arti kehidupan gadis-gadis di pesisir Pantai Widuri
Pemalang. Hal itu digambarkan dalam gerakan tari yang energik serta ekspresi penari yang ceria diiringi oleh musik tradisional yakni gamelan jawa dengan tempo beragam.
Tari Tani Melati
Tari Tani Melati yang menggambarkan keseharian masyarakat di daerah pesisir utara Jawa yakni pantura. Di daerah tersebut tepatnya Desa Kaliprau, Ulujami sebagian masyarakatnya banyak bekerja sebagai petani bunga melati.
Maka dari itu Tari Tani Melati yang digarap oleh koreografer Bayu Kusuma Listyanto, S.Sn mengangkat ragam gerak tari seperti beranjak, bergegas, berangkat ke ladang untuk memetik, menyortir serta meronce bunga melati.
Tari Tani Melati pun pernah mendapatkan kesempatan untuk tampil di acara yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Provinsi Jawa Tengah, tepatnya di alun-alun
Kabupaten Pemalang.
Bahasa
Masyarakat
Pemalang umumnya menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Namun jika dilihat dari logat bahasanya, bahasa Jawa yang dituturkan oleh masyarakat
Pemalang terbagi dalam beberapa logat/dialek bahasa.
Pemalang berbatasan dengan
Kabupaten yang mempunyai dialek bahasa Jawa yang berbeda-beda. Inilah yang menyebapkan tiap-tiap kecamatan atau kawasan urban maupun daerah pedesaan di
Pemalang mempunyai dialek yang berbeda-beda.
=
Sub-dialek
Pemalang Kota
Sub-dialek
Pemalang Kota dituturkan di sekitar
Pemalang Kota, tepatnya di desa Saradan, Sewaka dan sebagian Kecamatan Taman. Ciri khas dialek ini yaitu memiliki pengucapan yang agak mirip dengan Bahasa Jawa Banten maupun Bahasa Malaysia yakni huruf A di ucapkan "e pepet" (eu), tetapi di Dialek Pemalangan pengucapanya secara ditahan seperti :
sega di ucapkan segê,
pira di ucapkan pirê,
apa diucapkan apê.
contoh kalimat dari dialek diatas seperti kowé lagi apê?, ajê kaya kuwé maring bapané. Dialek ini diyakini merupakan pertemuan Bahasa Jawa Tegal yang berdialek A dengan Bahasa Jawa Pekalongan yang berdialek O. Di beberapa desa di Kecamatan Taman, sebagian penduduknya juga menggunakan fonem a dalam berbicara keseharian seperti ana apa koe mene? Sirahe nyong lagi mumet tea. Arusah ganggu ndipit (ada apa kamu kesini? kepalaku sedang pusing. Tidak usah ganggu dulu).
Sub-dialek Pelutan
Sub-dialek yang kedua berada di wilayah Kecamatan
Pemalang yang berbatasan dengan Tegal, seperti desa Pelutan, Lawangrejo, dan Sugihwaras. Hal yang paling terlihat adalah adanya penambahan kata ra dan ganing dalam akhir kalimat. Misalnya aja kaya kuwe ra, enyong kei jajane ra, ganing sampeyan kaya kue. Dialek ini juga dapat ditemui pada beberapa desa di kecamatan Bantarbolang dan Warungpring.
=
Selain itu berbeda lagi dengan dialek di Kecamatan Petarukan, Ampelgading, Ulujami, Bodeh dan Comal, orang-orang disana banyak menggunakan fonem o dalam setiap kosa katanya. Misalnya pada tuturan kowe lagi opo?, ojo koyo kui kambi bapakmu. Penggunaan fonem o ini lantaran berdekatan dengan
Kabupaten Pekalongan yang mempunyai dialek sendiri.
= Dialek Pemalang Selatan
=
Sedangkan daerah di
Pemalang yang benar-benar terdengar murni sebagai Jawa ngapak seperti pada dialek Banyumas hanya ada di
Pemalang bagian selatan yakni Kecamatan Belik, Pulosari dan Watukumpul. Di kecamatan ini banyak menggunakan fonem a, nada bicaranya cepat dan kesamaan kosakatanya dengan dialek Banyumasan. Misalnya pada ujaran aja kaya kuwe maring ramamu, uwis mangan po durung mbok, regane pira segane.
Tokoh Terkenal
Referensi
Pranala luar