Kabupaten Tapanuli Utara (Surat Batak Toba: ᯖᯇᯉᯮᯞᯪ ᯥᯖᯒ) adalah sebuah
Kabupaten di provinsi Sumatera
Utara, Indonesia yang ibu kotanya berada di kecamatan Tarutung. Jumlah penduduk
Kabupaten Tapanuli Utara pertengahan tahun 2024 sebanyak 329.252 jiwa, dengan kepadatan penduduk 84 jiwa/km² dan
Kabupaten ini merupakan kawasan yang mayoritas penduduknya adalah etnis Batak Toba. Sebelum dimekarkan,
Kabupaten Dairi,
Kabupaten Toba (sebelumnya bernama
Kabupaten Toba Samosir), dan
Kabupaten Humbang Hasundutan adalah bagian dari
Tapanuli Utara.
Sejarah
= Masa Pemerintahaan Hindia Belanda
=
Pada masa Hindia Belanda,
Kabupaten Tapanuli Utara termasuk
Kabupaten Dairi dan Toba Samosir yang sekarang termasuk dalam keresidenan
Tapanuli yang dipimpin seorang Residen bangsa Belanda yang berkedudukan di Sibolga. Keresidenan
Tapanuli yang dulu disebut Residentie
Tapanuli terdiri dari 4 Afdeling (
Kabupaten) yaitu Afdeling Batak Landen, Afdeling Padang Sidempuan, Afdeling Sibolga dan Afdeling Nias. Afdeling Batak Landen dipimpin seorang Asisten Residen yang ibu kotanya Tarutung yang terdiri 5 Onder Afdeling (Wilayah) yaitu:
Onder Afdeling Silindung (Wilayah Silindung) ibu kotanya Tarutung.
Onder Afdeling Hoovlakte Van Toba (Wilayah Humbang) ibu kotanya Siborongborong.
Onder Afdeling Toba (Wilayah Toba) ibu kotanya Balige.
Onder Afdeling Samosir (Wilayah Samosir) ibu kotanya Pangururan.
Onder Afdeling Dairi Landen (
Kabupaten Dairi sekarang) ibu kotanya Sidikalang.
Tiap-tiap Onder Afdeling mempuyai satu Distrik (Kewedanaan) dipimpin seorang Distrikchoolfd bangsa Indonesia yang disebut Demang dan membawahi beberapa Onder Distrikten (Kecamatan) yang dipimpin oleh seorang Asisten Demang. Menjelang Perang Dunia II, distrik-distrik di seluruh keresidenan
Tapanuli dihapuskan dan beberapa Demang yang mengepalai distrik-distrik sebelumnya diperbantukan ke kantor Controleur masing-masing dan disebut namanya Demang Terbeschingking.
Dengan penghapusan ini para Asisten Demang yang ada di kantor Demang itu ditetapkan menjadi Asisten Demang di Onder Distrik bersangkutan. Kemudian tiap Onder Distrik membawahi beberapa negeri yang dipimpin oleh seorang kepala Negeri yang disebut Negeri Hoofd. Pada waktu berikutnya diubah dan dilaksanakan pemilihan, tetapi tetap memperhatikan asal usulnya. Negeri-negeri ini terdiri dari beberapa kampung, yang dipimpin seorang kepala kampung yang disebut Kampung Hoafd dan juga diangkat serupa dengan pengangkatan Negeri Hoofd.
Negeri dan Kampung Hoofd statusnya bukan pegawai negeri, tetapi pejabat-pejabat yang berdiri sendiri di negeri atau kampungnya. Mereka tidak menerima gaji dari pemerintah tetapi dari upah pungut pajak dan khusus Negeri Hoofd menerima tiap-tiap tahun upah yang disebut Yoarliykse Begroting. Tugas utama Negeri dan Kampung Hoofd ialah memelihara keamanan dan ketertiban, memungut pajak/blasting/rodi dari penduduk Negeri/Kampung masing-masing. Blasting/rodi ditetapkan tiap-tiap tahun oleh Kontraleur sesudah panen padi.
Pada waktu pendudukan tentara Jepang Tahun 1942-1945 struktur pemerintahan di
Tapanuli Utara hampir tidak berubah, hanya namanya yang berubah seperti:
Asistent Resident diganti dengan nama Gunseibu dan menguasai seluruh tanah batak dan disebut Tanah Batak Sityotyo.
Demang-demang Terbeschiking menjadi Guntyome memimpin masing-masing wilayah yang disebut Gunyakusyo.
Asisten Demang tetap berada di posnya masing-masing dengan nama Huku Guntyo dan kecamatannya diganti dengan nama Huku Gunyakusyo.
Negeri dan Kampung Hoofd tetap memimpin Negeri/Kampungnya masing-masing dengan mengubah namanya menjadi Kepala Negeri dan Kepala kampung.
= Masa Pemerintahan Republik Indonesia
=
Sesudah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945, pemerintah mulailah membentuk struktur pemerintahan baik di pusat dan di daerah. Dengan diangkatnya dr. Ferdinand Lumban Tobing sebagai Residen
Tapanuli, disusunlah struktur pemerintahan dalam negeri di
Tapanuli khususnya di
Tapanuli Utara sebagai berikut:
Nama Afdeling Batak Landen diganti menjadi Luhak Tanah batak dan sebagai luhak pertama diangkat Cornelis Sihombing.
Nama Budrafdeling diganti menjadi Urung dipimpin Kepala Urung, Para Demang memimpin Onder Afdeling sebagai Kepala Urung.
Onder Distrik diganti menjadi Urung kecil dan dipimpin Kepala Urung Kecil yang dulu disebut Asisten Demang.
Selanjutnya dalam waktu tidak begitu lama terjadi perubahan, nama Luhak diganti menjadi
Kabupaten yang dipimpin Bupati, Urung menjadi Wilayah yang dipimpin Demang, serta Urung Kecil menjadi Kecamatan yang dipimpin oleh Asisten Demang. Pada tahun 1946
Kabupaten Tanah Batak terdiri dari 5 (lima) wilayah yaitu Wilayah Silindung, Wilayah Humbang, Wilayah Toba, Wilayah Samosir dan Wilayah Dairi yang masing-masing dipimpin oleh seorang Demang. Kecamatan-kecamatan tetap seperti yang ditinggalkan Jepang.
Pada Tahun 1947 terjadi Agresi I oleh Belanda di mana Belanda mulai menduduki daerah Sumatra Timur maka berdasarkan pertimbangan-pertimbangan strategis dan untuk memperkuat pemerintahan dan pertahanan,
Kabupaten Tanah Batak dibagi menjadi 4 (empat)
Kabupaten. Wilayah menjadi
Kabupaten dan memperbanyak kecamatan. Tahun 1948 terjadi Agresi II oleh Belanda, untuk mempermudah hubungan sipil dan Tentara Republik, maka pejabat-pejabat Pemerintahan Sipil dimiliterkan dengan jabatan Bupati Militer, Wedana Militer dan Camat Militer. Untuk mempercepat hubungan dengan rakyat, kewedanaan dihapuskan dan para camat langsung secara administratif ke Bupati.
Setelah Belanda meninggalkan Indonesia pada pengesahan kedaulatan, pada permulaan tahun 1950 di
Tapanuli dibentuk
Kabupaten baru yaitu
Kabupaten Tapanuli Utara (dulu
Kabupaten Batak),
Kabupaten Tapanuli Selatan (dulu
Kabupaten Padang Sidempuan),
Kabupaten Tapanuli Tengah (dulu
Kabupaten Sibolga) dan
Kabupaten Nias. Dengan terbentuknya
Kabupaten ini, maka
Kabupaten-
Kabupaten yang dibentuk pada tahun 1947 dibubarkan. Di samping itu di setiap
Kabupaten dibentuk badan legislatif Dewan Perwakilan Rakyat Sementara yang anggotanya dari anggota partai politik setempat.
Mengingat luasnya wilayah
Kabupaten Tapanuli Utara meliputi Dairi pada waktu itu, maka untuk meningkatkan daya guna pemerintahan, pada tahun 1956 dibentuk
Kabupaten Dairi yang terpisah dari
Kabupaten Tapanuli Utara. Salah satu upaya untuk mempercepat laju pembangunan ditinjau dari aspek pertumbuhan ekonomi daerah, pemerataan hasil-hasil pembangunan dan stabilitas keamanan adalah dengan jalan pemekaran wilayah. Pada tahun 1998
Kabupaten Tapanuli Utara dimekarkan menjadi dua
Kabupaten yaitu
Kabupaten Tapanuli Utara dan
Kabupaten Toba Samosir sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1998 tentang Pembentukan
Kabupaten Toba Samosir dan
Kabupaten Mandailing Natal.
Kemudian pada tahun 2003
Kabupaten Tapanuli Utara dimekarkan kembali menjadi dua
Kabupaten yaitu
Kabupaten Tapanuli Utara dan
Kabupaten Humbang Hasundutan sesuai dengan Undang-undang No. 9 Tahun 2003 tentang pembentukan
Kabupaten Nias Selatan,
Kabupaten Pakpak Bharat, dan
Kabupaten Humbang Hasundutan.
Setelah
Kabupaten Tapanuli Utara berpisah dengan
Kabupaten Humbang Hasundutan, jumlah kecamatan di
Kabupaten Tapanuli Utara menjadi 15 kecamatan. Kecamatan yang masih tetap dalam
Kabupaten Tapanuli Utara yaitu Kecamatan Parmonangan, Kecamatan Adiankoting, Kecamatan Sipoholon, Kecamatan Tarutung, Kecamatan Siatas Barita, Kecamatan Pahae Jae, Kecamatan Purbatua, Kecamatan Simangumban, Kecamatan Pahae Julu, Kecamatan Pangaribuan, Kecamatan Garoga, Kecamatan Sipahutar, Kecamatan Siborongborong, Kecamatan Pagaran, Kecamatan Muara.
Sebagian perairan Danau Toba dimanfaatkan untuk irigasi, pengembangan perikanan maupun pembangkit tenaga listrik. Keindahan alam dengan panorama, khususnya Pulau Sibandang di kawasan Danau Toba di Kecamatan Muara, dan wisata rohani Salib Kasih. Kekayaan seni budaya asli merupakan potensi daerah dalam upaya mengembangkan kepariwisataan nasional. Potensi lain terdapat berbagai jenis mineral, seperti kaolin, batu gamping, belerang, batu besi, mika, batubara, panas bumi, dan sebagainya.
Pemerintahan
= Bupati dan Wakil
=
Bupati
Tapanuli Utara adalah pemimpin tertinggi di lingkungan pemerintah
Kabupaten Tapanuli Utara. Bupati
Tapanuli Utara bertanggungjawab kepada Gubernur provinsi Sumatera
Utara. Saat ini, bupati atau kepala daerah yang menjabat di
Tapanuli Utara ialah Nikson Nababan, dengan wakil bupati Sarlandy Hutabarat. Mereka menang pada Pemilihan umum Bupati
Tapanuli Utara 2018. Nikson merupakan bupati
Tapanuli Utara ke-21 setelah
Kabupaten ini dibentuk, ia dilantik pada 23 April 2019 di Kota Medan, dan ini merupakan jabatan periode kedua bagi Nikson sebagai bupati.
= Dewan Perwakilan
=
Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD
Kabupaten Tapanuli Utara dalam tiga periode terakhir.
= Kecamatan
=
Kabupaten Tapanuli Utara terdiri dari 15 kecamatan, dengan 11 kelurahan dan 241 desa. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2019 mencatat bahwa Kecamatan terluas ada di kecamatan Garoga yakni 510,64 km² dan jumlah penduduk terbanyak terdapat di kecamatan Siborongborong dengan jumlah penduduk 53.126 jiwa. Sementara itu, kecamatan yang memiliki kelurahan terbanyak ada di Ibukota
Kabupaten Tarutung yakni 7 kelurahan dari total 11 kelurahan yang ada.
Demografi
= Suku bangsa
=
Kabupaten Tapanuli Utara merupakan rumah bagi suku Batak Toba. Ini juga mencakup
Kabupaten yang sudah dimekarkan dari
Kabupaten Tapanuli Utara, yakni
Kabupaten Samosir,
Kabupaten Toba dan
Kabupaten Humbang Hasundutan. Tidak ada data resmi besaran jumlah etnis di
Tapanuli Utara, namun secara keseluruhan didominasi oleh suku Batak Toba. Selain itu, ada sebagian kecil yang merupakan suku terdekat Batak Toba, yakni Batak Angkola, Batak Simalungun, Batak Karo, Mandailing dan Batak Pakpak. Ada pula sebagian kecil orang Jawa, Minangkabau dan Tionghoa, yang kebanyakan terdapat di Tarutung dan Siborongborong, umumnya sebagai pedagang, atau pelaku usaha makanan.
= Agama
=
Mayoritas penduduk
Kabupaten Tapanuli Utara memeluk agama Kristen, sebagian beragama Islam dan sebagian kecil beragama Buddha. Suku asli di
Kabupaten Tapanuli Utara yakni Batak Toba, umumnya memeluk agama Kristen Protestan dan sebagian memeluk Katolik, Islam dan kepercayaan asli suku Batak yaitu Parmalim.
Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2024 mencatat bahwa 95,05% penduduk
Tapanuli Utara memeluk agama Kristen, dimana 90,28% Protestan dan 4,77% Katolik. Kemudian sebagian lagi beragama Islam yakni 4,90%, yang banyak bermukim di kecamatan Simangumban, kawasan yang berbatasan dengan
Kabupaten Tapanuli Selatan yang banyak diantaranya merupakan Batak Angkola atau Mandailing, dan juga di Pahae Jae dan Tarutung. Sebagian kecil memeluk agama Buddha yakni 0,04% dari etnis Tionghoa, umumnya di Tarutung dan Siborongborong dan sebanyak 0,01% masih menganut kepercayaan lama Batak, Parmalim.
Salah satu pusat gereja Kristen Protestan terbesar di Indonesia yaitu Huria Kristen Batak Protestan atau HKBP, terletak di
Kabupaten Tapanuli Utara, tepatnya berada di ibukota
Kabupaten, Tarutung. HKBP memiliki jumlah jemaat yang cukup banyak dan juga telah tersebar diberbagai provinsi di Indonesia bahkan di beberapa negara luar seperti Singapura, Malaysia, dan Amerika Serikat. HKBP sendiri menjadi organisasi terbesar ketiga di Indonesia setelah Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah.
Sarana peribadatan yang ada di
Tapanuli Utara, berdasarkan data Badan Pusat Statistik
Tapanuli Utara tahun 2021:
= Bahasa
=
Batak Toba yang merupakan suku asli dan dominan di
Tapanuli Utara, memengaruhi pada Bahasa komunikasi yang digunakan dalam kehidupan bermasyarakat. Bahasa Batak Toba adalah Bahasa Utama yang digunakan oleh penduduk
Tapanuli Utara, selain dari Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa resmi Indonesia. Sementara di beberapa kawasan yang berbatasan dengan
Kabupaten Tapanuli Selatan, bahasa Batak Toba dan Bahasa Batak Angkola kerap terjadi percampuran. Hal ini bisa dijumpai di kecamatan Pangaribuan, daerah Pahae, dan kecamatan Garoga. Meski memiliki beberapa kosakata berbeda, pada dasarnya masyarakat Batak Toba dan Angkola bisa saling mengerti bahasa satu dengan yang lainnya.
Aksara dasar (ina ni surat) dalam surat Batak merepresentasikan satu suku kata dengan vokal inheren /a/. Terdapat 19 aksara dasar yang dimiliki semua varian aksara Batak, sementara beberapa aksara dasar yang hanya digunakan pada varian tertentu. Bentuknya dapat dilihat sebagaimana berikut:
Bentuk-bentuk di atas merupakan bentuk yang digeneralisasi, tidak jarang suatu naskah menggunakan varian bentuk aksara atau tarikan garis yang sedikit berbeda jika dibandingkan dengan bahasa Batak lainnya, sesuai daerah asal dan media yang digunakan.
Aksara i (ᯤ) dan u (ᯥ) hanya digunakan untuk suku kata terbuka, misal pada kata dan ina ᯤᯉ dan ulu ᯥᯞᯮ. Untuk suku kata tertutup yang diawali dengan bunyi i atau u, digunakanlah aksara a (ᯀ atau ᯁ) bersama diaktirik untuk masing-masing vokal, misal pada kata indung ᯀᯪᯉ᯲ᯑᯮᯰ dan umpama ᯀᯮᯔ᯲ᯇᯔ.
Perekonomian
= Pariwisata
=
Kabupaten Tapanuli Utara memiliki beberapa tempat wisata. Salah satu yang paling terkenal adalah wisata Salib Kasih. Sebagai kawasan yang mayoritas memeluk agama Kristen, kawasan ini sering dijadikan sebagai wisata rohani, baik dari daerah maupun wisatawan mancanegara. Presiden Indonesia Joko Widodo dalam kunjungannya ke Salib Kasih 30 Juli 2019 juga mengapresiasi kawasan ini. Pemerintah pusat turut ambil bagian dalam pengembangan kawasan wisata Salib Kasih bisa ditingkatkan, sebagai upaya meningkatkan pariwisata di kawasan Danau Toba dan sekitarnya. Salib Kasih berada di kecamatan Siatas Barita tidak jauh dari ibukota
Kabupaten, Tarutung.
Selain Salib Kasih, ada pula tempat wisata lainnya yang tepat berada di pinggir Danau Toba, yakni Panatapan Huta Ginjang, yang terletak di Huta Ginjang, kecamatan Muara. Dari tempat ini, wisatawan bisa melihat keindahan dan sekeliling Danau Toba. Masih di kecamatan Muara, ada juga Tugu Toga Aritonang dan tugu Bukit Doa.
Ada pula tempat wisata permandian air panas. Tempat permandian Air Soda Sirara, yang disinyalir hanya ada dua tempat wisata seperti ini, yakni di Tarutung,
Tapanuli Utara dan satu lagi di Venezuela. Tempat wisata lain yang menjadi tempat wisata di
Tapanuli Utara adalah Sopo Partungkoan, yang merupakan gedung kesenian dan kebudayaan
Tapanuli Utara.
Kesehatan
= Rumah sakit
=
Transportasi
Kabupaten Tapanuli Utara memiliki bandara Internasional sebagai sarana pintu masuk menuju tempat wisata di kawasan Danau Toba. Bandar Udara Internasional Silangit menjadi sarana transportasi penting bagi pergerakan ekonomi di
Tapanuli Utara. Maskapai seperti Sriwijaya dan Garuda Indonesia telah membuka rute langsung dari Jakarta. Sedangkan tujuan internasional, bandara Silangit juga telah memiliki rute ke Singapura. Selain pesawat udara, transportasi darat juga bisa dijumpai di
Tapanuli Utara, berbagai taksi, bus antarkota dan provinsi juga banyak dijumpai disini, dengan tarif yang bervariasi.
Pendidikan
Setidaknya ada 5 kampus Sekolah Tinggi atau Universitas di
Kabupaten Tapanuli Utara, yakni Institut Agama Kristen Negeri, Tarutung (IAKN Tarutung), Universitas Sisingamangaraja XII
Tapanuli Utara di Siborongborong, Sekolah Pendeta HKBP, Akademi Keperawatan Tarutung Pemerintah
Kabupaten Tapanuli Utara dan Akademi Kebidanan Pemerintah
Kabupaten Tapanuli Utara.
IAKN Tarutung memiliki 5 program studi jenjang Diploma (D3) hingga Pasca Sarjana (S2), meliputi Pendidikan Agama Kristen (PAK), Teologi, Musik Gereja, Pastoral Konseling dan Pendidikan Profesi Guru (PPG). Sedangkan Universitas Sisingamangaraja XII Siborongborong, memiliki 8 program studi jenjang Sarjana (S1), yakni Program studi Agroteknologi, Ilmu Hukum, Manajemen, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Matematika, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Teknik Industri dan Teknik Sipil.
Lihat pula
Gereja Suku Batak Toba
Daftar marga Suku Batak
Referensi
Pranala luar
Website resmi
Kabupaten Tapanuli Utara