Kabut Asia Tenggara 2006 disebabkan oleh pembakaran tak terkontrol akibat penanaman "tebang dan bakar" di Indonesia dan memengaruhi beberapa negara di kawasan
Asia Tenggara dan sekitarnya, seperti Malaysia, Singapura, Thailand selatan, dan sampai sejauh Pulau Saipan; efek
Kabut ini juga menyebar hingga Korea Selatan. Sumber polusi setempat telah menyumbang sebagian peningkatan toksisitas, terutama di daerah berpolusi tinggi seperti pelabuhan, kilang minyak, dan perkotaan padat, Di daerah industri Lembah Klang yang terurbanisasi tinggi di Malaysia, daratan sekitarnya berperan sebagai penolak alami udara berpolusi sehingga memperburuk situasi ketika
Kabut datang.
Ada juga hubungannya dengan El Niño.
Kabut ini lebih buruk dibanding peristiwa sebelumnya akibat El Niño-Osilasi Selatan yang menunda musim monsun tahun itu. Kebakaran di Kalimantan menghasilkan asap dalam jumlah besar, terbakar dalam waktu yang lama dan sulit dipadamkan karena terjadi di tanah rawa, dan setelah terbakar kebakaran ini bisa berlangsung selama beberapa bulan dan melepaskan gas yang menghasilkan asam belerang.
Kualitas udara di seluruh kawasan
Asia Tenggara membaik pada akhir Oktober setelah hujan deras memadamkan kebakaran di Indonesia.
Lihat pula
Kabut Asia Tenggara 1997
Kabut Malaysia 2005
Kabut Asia Tenggara 2013
Indeks Kualitas Udara
Kabut
Indeks Standar Polutan
Tebang dan bakar
Awan cokelat
Asia
Catatan kaki
Pranala luar
[2] Diarsipkan
2006-10-06 di Wayback Machine. Latest schematic of area affected by haze over the region
[3] Diarsipkan
2006-10-06 di Wayback Machine. Latest hotspot map
[4] Diarsipkan 2011-04-24 di Wayback Machine. Current PSI readings in Singapore
Haze alert Diarsipkan
2006-10-23 di Wayback Machine. News archive at Channel NewsAsia