Kebakaran hutan Indonesia 1997 adalah serangkaian
Kebakaran yang berlangsung hingga tahun 1998 di
Indonesia dan merupakan salah satu
Kebakaran hutan terbesar dalam dua abad terakhir.
Pada pertengahan
1997,
Kebakaran hutan di
Indonesia mulai berdampak pada negara-negara tetangganya. Angin meniupkan kabut asap ke Malaysia dan Singapura. Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad berusaha menyelesaikan masalah ini dengan mengirim tim Jabatan Bomba dan Penyelamat Malaysia (Dinas Pemadam
Kebakaran dan Basarnas Malaysia) ke
Indonesia dalam Operasi Haze. Operasi ini dilakukan untuk mengurangi dampak kabut asap terhadap ekonomi Malaysia. Kabut asap menyebabkan PDB Malaysia turun sebesar 0,3 persen. Kabut dan
Kebakaran mereda saat musim hujan pada awal Desember, tetapi terjadi kembali saat musim kemarau. Pada tahun 1998, kabut asap tertiup ke Brunei dan sebagian kecil wilayah Thailand, Vietnam, Filipina, dan Australia utara. Ketika musim
Kebakaran 1997-98 usai, lebih dari 8 juta hektar lahan diketahui telah terbakar dan jutaan orang terpapar polusi udara.
Sebab dan akibat
Kebakaran hutan Indonesia tahun
1997 disebabkan oleh peladangan tebang bakar yang dilakukan para petani di
Indonesia. Pembukaan lahan dengan cara tebang bakar diterapkan selama bertahun-tahun karena murah dan mudah. Lahan bekas kebun karet produktif di Sumatra dan Kalimantan juga dibakar bersama pohon-pohonnya untuk menghilangkan biomassa, kemudian ditanami lagi.
Api digunakan untuk menetapkan batas lahan di pulau-pulau dan provinsi yang kepemilikan lahannya tidak jelas. Baik pemilik tanah kecil maupun perusahaan besar menerapkan cara yang sama. Setelah membumihanguskan lahan pemilik sebelumnya, pemilik yang baru meladang di sana agar klaim lahannya jelas meski dipersengketakan.
Saat musim
Kebakaran, bahan organik kering dengan cepat terbakar dan membentuk
Kebakaran liar yang besar. Pemadaman pun sulit dilakukan dan terlalu mahal, apalagi ketika lahan gambut yang rawan api juga ikut terbakar. NASA mengaitkan El Niño dengan cuaca pemicu kemarau di
Indonesia. Dulu, El Niño diartikan sebagai pertanda masa berburu. Hewan liar bermunculan ketika pohon-pohon tua mulai berbuah dan menopang kehidupan suku-suku yang mengumpulkan benih. Akan tetapi, akibat perubahan guna lahan besar-besaran di
Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, khususnya di Kalimantan dan Sumatra, El Niño dipandang sebagai pemicu
Kebakaran hutan massal yang menyebarkan kabut asap dan kerugian ekonomi di seluruh Asia Tenggara.
Pemicu perubahan guna lahan paling dasar dan besar dampaknya adalah maraknya barang mewah yang dibuat menggunakan kayu "tua" seperti mahoni dan jati. Dua jenis kayu ini dinilai tidak berkelanjutan dan turut berperan dalam
Kebakaran hutan walaupun secara tidak langsung.
Perkiraan kerugian
Kerugian total diperkirakan sekurang-kurangnya mencapai US$4,47 miliar. Kerugian terbesar dialami oleh
Indonesia. Angka ini tidak termasuk kerugian yang sulit diukur atau dinilai dalam uang seperti korban jiwa, penyakit jangka panjang, dan musnahnya keragaman hayati.
Kebakaran hutan di
Indonesia tahun
1997 diperkirakan melapaskan antara 0,81 sampai 2,57 gigaton karbon ke atmosfer, kurang lebih 13-40% emisi karbon dioksida tahunan dari bahan bakar fosil.,
Dalam rangka mencegah munculnya kabut asap pada masa yang akan datang, Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) menyetujui pembangunan sistem peringatan awal dalam Regional Haze Action Plan (RHAP) 1998 untuk mencegah
Kebakaran hutan dan kabut asap dengan memperbaiki kebijakan dan penanganan bencana, misalnya penerapan Fire Danger Rating System (FDRS).
Negara yang terdampak
Indonesia
Singapura
Malaysia
Thailand
Brunei
Vietnam
Lihat pula
Indeks Kualitas Udara
Indeks Standar Polutan
Kabut asap
Kabut asap Malaysia 2005
Kabut asap Asia Tenggara 2006
Tebang bakar
Awan cokelat Asia
Kabut asap Asia Tenggara
1997
Kabut asap Asia Tenggara 2015
Referensi
Pranala luar
Investigating the haze transport from
1997 biomass burning in Southeast Asia: Its impact upon Singapore: Asia
The Asian Forest Fires of
1997-1998
The
1997-98 Air Pollution Episode in Southeast Asia Generated by Vegetation Fires in
Indonesia
RAND
news.mongabeay.com
www.mongabay.com/08indo_fires.htm
Indonesia's fires and haze Av David Glover, Timothy Jessup, Institute of Southeast Asian Studies, International Development Research Centre (Canada)
Pranala luar
Update On Hotspots And Forest Fires In Sumatra Diarsipkan 2013-10-18 di Wayback Machine.