Kalisto adalah satelit planet Jupiter yang ditemukan pada tahun 1610 oleh Galileo Galilei.
Kalisto merupakan satelit terbesar ketiga di Tata Surya dan terbesar kedua di sistem Jupiter setelah Ganimede. Diameter
Kalisto kurang lebih sekitar 99% diameter planet Merkurius, tetapi massanya hanya sekitar sepertiganya. Berdasarkan jarak, ia adalah satelit Galileo keempat dari Jupiter, dengan jari-jari orbit sekitar 1.880.000 km. Satelit ini tidak ikut serta dalam resonansi orbit yang memengaruhi tiga satelit Galileo lainnya—Io, Europa, dan Ganimede—dan akibatnya tidak mengalami pemanasan pasang surut. Rotasi
Kalisto terkunci pasang surut terhadap Jupiter, sehingga belahan yang sama selalu menghadap ke arah Jupiter dan Jupiter tampak diam di langit
Kalisto.
Kalisto tidak terlalu terpengaruh oleh magnetosfer Jupiter dibanding satelit Galileo lainnya karena orbitnya yang jauh.
Kalisto terdiri dari batu dan es, dengan rata-rata massa jenis sekitar 1,83 g/cm3. Senyawa di permukaan yang dideteksi dengan spektroskopi meliputi es air, karbon dioksida, silikat, dan senyawa organik. Penyelidikan yang dilakukan oleh wahana Galileo menunjukkan bahwa di
Kalisto mungkin terdapat inti yang terdiri dari silikat dan samudra air di bawah permukaan dengan kedalaman lebih dari 100 km.
Permukaan
Kalisto dipenuhi oleh kawah tubrukan dan sangat tua. Tidak ada tanda-tanda terjadinya proses endogenik seperti tektonika lempeng atau vulkanisme, dan evolusi
Kalisto diduga sangat dipengaruhi oleh tubrukan. Ciri permukaan yang penting meliputi struktur cincin ganda, kawah tubrukan, dan serangkaian kawah (catenae) serta gawir, punggung bukit dan endapan yang terkait. Dalam skala kecil, permukaannya bervariasi dan terdiri dari endapan beku yang kecil dan cerah di puncak ketinggian yang dikelilingi oleh bahan gelap di bawahnya. Hal ini diduga merupakan akibat dari degradasi bentang alam yang didorong oleh sublimasi, yang didukung oleh kurangnya kawah tubrukan kecil dan keberadaan knob-knob kecil (sejenis bukit) yang diduga merupakan sisa dari proses tersebut. Umur bentang alam di
Kalisto masih belum diketahui.
Kalisto dikelilingi oleh atmosfer yang sangat tipis dan terdiri dari karbon dioksida, (kemungkinan) oksigen molekuler, dan ionosfer. Satelit ini diduga terbentuk melalui proses akresi dari cakram gas dan debu yang mengelilingi Jupiter setelah pembentukannya. Akibat akresi gradual dan ketiadaan pemanasan pasang surut, tidak ada cukup panas yang mampu mendiferensiasi
Kalisto secara cepat. Konveksi perlahan di dalam
Kalisto, yang dimulai setelah pembentukannya, mengakibatkan diferensiasi sebagian dan pembentukan samudra di bawah permukaan dengan kedalaman 100–150 km serta inti yang berbatu.
Kemungkinan keberadaan samudra di
Kalisto menimbulkan dugaan bahwa ada kehidupan di satelit tersebut. Namun, keadaannya dianggap tidak lebih baik dibanding Europa. Berbagai wahana seperti Pioneers 10, 11, Galileo, dan Cassini telah mempelajari
Kalisto. Karena tingkat radiasinya yang rendah,
Kalisto dianggap sebagai pangkalan penjelajahan Jupiter yang paling tepat.
Bersama
Kalisto, Jupiter untuk saat ini diketahui memiliki 79 satelit.
Penemuan dan penamaan
Kalisto ditemukan oleh Galileo pada Januari 1610 bersamaan dengan tiga bulan Jupiter lainnya: Ganimede, Io, dan Europa. Nama "
Kalisto" (Callisto) diambil dari putri Likaon yang bernama
Kalisto. Nama ini diusulkan oleh Simon Marius segera setelah penemuan bulan ini. Marius menghubungkan usulan ini dengan Johannes Kepler. Namun, nama-nama satelit Galileo sempat tidak disukai, dan tidak banyak digunakan hingga pertengahan abad ke-20. Dalam buku astronomi awal,
Kalisto disebut Jupiter IV atau "satelit keempat Jupiter. Dalam penulisan ilmiah bahasa Inggris, bentuk adjektifnya adalah Callistoan,
dilafalkan , atau Callistan.
Orbit dan rotasi
Kalisto adalah satelit terluar di antara empat satelit Galileo. Satelit ini mengorbit dari jarak sekitar 1.880.000 km (26,3 kali jari-jari Jupiter yang besarnya 71.492 km). Jari-jari orbit
Kalisto lebih besar daripada jari-jari orbit Ganimede yang besarnya 1.070.000 km. Karena orbitnya yang jauh,
Kalisto tidak terlibat dalam resonansi orbit antara tiga satelit Galileo lainnya (resonansi Laplace).
Seperti satelit-satelit lain, rotasi
Kalisto terkunci pasang surut, sehingga satu permukaan selalu menghadap Jupiter. Lama hari di
Kalisto (dan juga periode orbitnya) adalah 16,7 hari Bumi. Orbitnya eksentrik dan terinklinasi ke khatulistiwa Jupiter, yang juga berubah-ubah hampir secara berkala akibat perturbasi gravitasi matahari dan planet dalam skala abad. Rata-rata perubahannya adalah 0,0072–0,0076 untuk eksentrisitas dan 0,20–0,60° untuk inklinasi. Variasi orbit tersebut mengakibatkan kemiringan sumbu bervariasi antara 0,4 dan 1,6°.
Karena tidak turut serta dalam resonansi Laplace,
Kalisto tampaknya tidak pernah mengalami pemanasan pasang surut, sehingga memengaruhi struktur dalam dan evolusi
Kalisto. Selain itu, akibat jaraknya yang jauh, fluks partikel bermuatan dari magnetosfer Jupiter di permukaan
Kalisto juga relatif rendah—sekitar 300 kali lebih rendah dari Europa. Maka, tidak seperti satelit Galileo lainnya, iradiasi partikel bermuatan tidak banyak berpengaruh di permukaan
Kalisto. Tingkat radiasi di permukaan
Kalisto kurang lebih 0,01 rem (0,1 mSv) per hari.
Ciri-ciri fisik
= Komposisi
=
Rata-rata massa jenis
Kalisto adalah 1.83 g/cm3, yang menunjukkan bahwa satelit tersebut terdiri dari materi berbatu dan es air, dengan beberapa es volatil tambahan seperti amonia. Fraksi massa es berkisar antara 49–55%. Komposisi bebatuan
Kalisto masih belum diketahui secara pasti, tetapi kemungkinan terdiri dari kondrit O tipe L/LL yang memiliki lebih sedikit besi, besi metalik, dan lebih banyak besi oksida daripada kondrit H. Rasio massa besi dengan silikon adalah 0,9—1,3 di
Kalisto, sementara rasio mataharinya 1:8.
Permukaan
Kalisto albedonya sekitar 20%. Komposisi permukaannya diduga mirip dengan komposisi secara keseluruhan. Spektroskopi inframerah dekat telah menunjukkan adanya pita serapan es air dengan panjang gelombang 1,04, 1,25, 1,5, 2,0 dan 3,0 mikrometer. Es air tampaknya ada di mana saja di permukaan
Kalisto, dengan fraksi massa 25–50%. Analisis spektra inframerah dan UV beresolusi tinggi yang didapat oleh wahana Galileo dari permukaan telah menunjukkan keberadaan berbagai materi non-es: silikat terhidrasi yang mengandung magnesium dan besi, karbon dioksida, sulfur dioksida, dan kemungkinan amonia serta berbagai senyawa organik. Data spektrum menunjukkan bahwa permukaan
Kalisto sangat heterogen dalam skala kecil. Wilayah es air murni yang kecil dan cerah tercampur dengan wilayah campuran es bebatuan dan wilayah gelap luas yang terdiri dari materi non-es.
Permukaan
Kalisto bersifat asimetris: belahan depannya—yang menghadap ke arah gerakan orbit—lebih gelap daripada yang di belakang. Hal ini berbeda dengan satelit Galileo lainnya karena di satelit-satelit tersebut belahan depan lebih terang daripada belahan belakang. Belahan belakang
Kalisto tampaknya kaya akan karbon dioksida, sementara belahan depannya mengandung lebih banyak sulfur dioksida. Banyak kawah tubrukan baru seperti Lofn yang kaya akan karbon dioksida. Secara keseluruhan, komposisi kimia permukaan, terutama wilayah yang gelap, mirip dengan asteroid tipe D yang permukaannya juga kaya akan karbon.
= Struktur dalam
=
Permukaan
Kalisto berada di atas litosfer yang dingin, keras, dan ber-es, dengan ketebalan antara 80 hingga 150 km. Samudra bergaram dengan kedalaman 50–200 km mungkin ada di bawah kerak, yang ditunjukkan melalui penelitian medan magnet di sekitar Jupiter dan satelit-satelitnya. Berdasarkan penelitian tersebut, medan magnet tidak dapat memasuki
Kalisto, sehingga menunjukkan bahwa mungkin ada lapisan cairan yang sangat konduktif dengan kedalaman paling tidak 10 km. Keberadaan samudra menjadi lebih mungkin bila air tersebut mengandung sedikit amonia atau antibeku lainnya. Apabila hal tersebut benar, samudra ini bisa mencapai ketebalan 250–300 km. Jika tidak, litosfer ber-es mungkin lebih tebal hingga mencapai 300 km.
Di bawah litosfer dan samudra yang diduga ada, wilayah dalam
Kalisto tampak tidak seragam ataupun beragam. Berdasarkan data wahana Galileo (terutama momen inersia yang tak berdimensi, yaitu 0.3549 ± 0.0042) menunjukkan bahwa bagian dalamnya terdiri dari batu dan es, dan semakin dalam lapisan semakin banyak bebatuan. Dalam kata lain,
Kalisto hanya terdiferensiasi sebagian. Massa jenis dan momen inersia juga menunjukkan keberadaan inti bersilikat di pusat
Kalisto. Jari-jari inti tersebut tidak dapat melebihi 600 km, dan massa jenisnya mungkin bervariasi antara 3.1 hingga 3.6 g/cm3. Bagian dalam
Kalisto berbeda jauh dengan Ganimede yang sangat terdiferensiasi.
= Kenampakan permukaan
=
Permukaan
Kalisto merupakan salah satu yang paling dipenuhi kawah di Tata Surya. Nyatanya, setiap kawah baru yang terbentuk akan menghapus kawah yang lama. Geologi
Kalisto sendiri sangat sederhana: tidak ada gunung, gunung berapi, atau fitur tektonik dan endogenik lainnya. Kawah tubrukan dan struktur cincin ganda-serta kekar, gawir, dan endapan—adalah satu-satunya kenampakan besar yang dapat ditemui di permukaan.
Permukaan
Kalisto dapat dibagi menjadi beberapa bagian yang berbeda secara geologis: dataran berkawah, dataran terang, dataran halus yang terang dan gelap, dan berbagai satuan yang terkait dengan struktur cincin ganda dan kawah tubrukan. Dataran berkawah meliputi sebagian besar permukaan dan mewakili litosfer kuno. Dataran ini merupakan campuran antara materi ber-es dan berbatu. Sementara itu, dataran terang meliputi kawah yang terang (seperti kawah Burr dan Lofn, sisa kawah tua yang besar yang disebut palimpsest, bagian tengah struktur cincin ganda, dan bagian terisolasi di dataran berkawah. Dataran terang tersebut diduga merupakan endapan tubrukan yang ber-es. Dataran halus yang terang dan gelap meliputi sebagian kecil permukaan
Kalisto dan dapat ditemui di punggung Valhalla dan Asgard dan tempat terisolasi di dataran berkawah. Dataran tersebut diduga diakibatkan oleh aktivitas endogenik, tetapi citra wahana Galileo yang beresolusi tinggi menunjukkan bahwa dataran halus yang terang terkait dengan medan yang penuh rekahan dan knob dan tidak menunjukkan tanda-tanda pelapisan kembali. Citra wahana Galileo juga menunjukkan bahwa wilayah halus yang kecil dan gelap yang meliputi kurang dari 10.000 km2 tampaknya mengurung medan di sekitar. Kemungkinan kenampakan tersebut merupakan endapan kriovulkanik. Baik dataran terang maupun halus biasanya lebih muda dan tidak terlalu berkawah bila dibandingkan dengan dataran berkawah.
Diameter kawah tubrukan bervariasi antara 0,1 km hingga lebih dari 100 km, tanpa menghitung struktur cincin ganda. Kawah kecil, dengan diameter kurang dari 5 km, memiliki bentuk yang seperti mangkuk. Kawah dengan diameter 5–40 km biasanya memiliki puncak di tengah. Kawah yang lebih besar, dengan diameter 25–100 km, memiliki lubang tengah (seperti kawah Tindr. Kawah terbesar dengan diameter lebih dari 60 km dapat memiliki kubah pusat, yang diduga merupakan akibat dari pengangkatan tektonik setelah tubrukan; contohnya meliputi kawah Doh dan Hár. Beberapa kawah yang sangat besar—diameternya lebih dari 100 km—dan kawah tubrukan cerah memiliki geometri kubah yang aneh, yang biasanya dangkal dan mungkin merupakan bentang alam transisional sebelum menjadi struktur cincin ganda. Contohnya adalah kawah Lofn. Kawah
Kalisto biasanya lebih dangkal daripada kawah di Bulan.
Kenampakan tubrukan terbesar di permukaan
Kalisto adalah cekungan cincin ganda. Valhalla merupakan yang terbesar, dengan wilayah tengah yang terang dan berdiameter 600 kilometer, sementara cincinnya mencapai 1.800 kilometer dari tengah. Yang terbesar kedua adalah Asgard, dengan diameter sebesar 1.600 kilometer. Struktur cincin ganda kemungkinan terbentuk dari pemecahan konsentrik litosfer di lapisan materi lembut atau cair (kemungkinan samudra) setelah tubrukan. Catenae—contohnya Gomul Catena—adalah rangkaian kawah tubrukan yang terjajar di garis lurus di permukaan. Kemungkinan catenae terbentuk oleh objek yang terganggu secara pasang surut ketika mendekati Jupiter sebelum menabrak
Kalisto. Contoh gangguan semacam itu adalah kasus Komet Shoemaker-Levy 9 yang menabrak Jupiter.
Seperti yang disebutkan di atas, potongan es air kecil dengan albedo hingga 80% dapat ditemui di permukaan
Kalisto, yang dikelilingi oleh materi yang lebih gelap. Citra Galileo yang beresolusi tinggi menunjukkan bahwa potongan cerah tersebut kebanyakan terletak di kenampakan permukaan yang tinggi seperti gawir, punggung bukit, dan knob. Potongan tersebut tampaknya merupakan endapan beku. Bahan gelap biasanya ada di dataran rendah yang mengelilingi kenampakan terang. Potongan tersebut panjangnya dapat mencapai 5 km.
Permukaan
Kalisto lebih terdegradasi dibanding permukaan satelit Galileo ber-es lainnya. Walaupun jumlah kawah kecil dengan diameter kurang dari 1 km lebih sedikit bila dibandingkan dengan Ganimede,
Kalisto memiliki kenampakan yang disebut knob dan lubang. Knob diduga merupakan sisa dari pinggir kawah yang terdegradasi oleh proses yang belum diketahui. Proses yang paling mungkin menyebabkan hal tersebut adalah sublimasi es, yang dimungkinkan dalam suhu hingga 165 K. Sublimasi air atau volatil lainnya menyebabkan dekomposisi. Sisa-sisa non-es membentuk longsoran yang berasal dari lereng dinding kawah. Longsoran tersebut biasanya ditemui di dekat dan di dalam kawah tubrukan. Kadang-kadang kawah tubrukan dipotong oleh irisan mirip lembah yang disebut "gullies", yang mirip dengan beberapa kenampakan permukaan Mars. Berdasarkan hipotesis sublimasi es, bahan gelap di dataran rendah dianggap sebagai lapisan bahan non-es yang berasal dari pinggir kawah yang terdegradasi dan telah melapisi batuan dasar yang ber-es.
Umur relatif satuan permukaan yang bemacam-macam di
Kalisto dapat ditentukan melalui kepadatan kawah. Semakin tua permukaan, semakin padat jumlah kawah. Penanggalan absolut masih belum dilakukan, tetapi berdasarkan pertimbangan teoretis, dataran berkawah diduga berusia ~4,5 miliar tahun. Usia struktur cincin ganda dan kawah tubrukan diperkirakan antara 1 hingga 4 miliar tahun.
= Atmosfer dan ionosfer
=
Kalisto memiliki atmosfer tipis yang terdiri dari karbon dioksida. Atmosfer tersebut ditemukan oleh Near Infrared Mapping Spectrometer (NIMS) Galileo dari ciri absorpsinya dengan panjang gelombang 4,2 mikrometer. Tekanan permukaan diperkirakan sebesar 7,5 × 10−12 bar (0,75 µPa) dan massa jenis partikel 4 × 108 cm−3. Karena atmosfer tipis seperti itu akan lenyap dalam waktu 4 hari, atmosfer tersebut harus terus menerus diperbarui, sehingga kemungkinan terjadi sublimasi es karbon dioksida di kerak es
Kalisto, yang sesuai dengan hipotesis sublimasi-degradasi yang mencoba menjelaskan pembentukan knob permukaan.
Ionosfer
Kalisto pertama kali dilacak oleh wahana Galileo; massa jenis elektronnya yang besar (7–17 × 104 cm−3) tidak dapat dijelaskan melalui fotoionisasi karbon dioksida atmosfer saja. Maka dari itu, diduga atmosfer
Kalisto dipenuhi oleh oksigen molekuler (kandungannya 10–100 kali lebih besar daripada CO2).
Namun, oksigen masih belum dilacak di atmosfer
Kalisto. Pengamatan melalui Teleskop Angkasa Hubble menempatkan batas konsentrasi oksigen di atmosfer yang walaupun didasarkan pada fakta bahwa oksigen masih belum dilacak, tetapi tetap sesuai dengan pengukuran ionosfer. Pada saat yang sama, Teleskop Angkasa Hubble mampu melacak oksigen terkondensasi yang terperangkap di permukaan
Kalisto.
Asal usul dan evolusi
Karena
Kalisto hanya terdiferensiasi sebagian (yang diketahui dari, misalnya, pengukuran momen inersia), satelit tersebut tidak cukup panas untuk mencairkan komponen esnya. Maka, model pembentukan
Kalisto yang paling tepat adalah melalui proses akresi di anak nebula Jupiter (cakram gas dan debu yang ada di sekitar Jupiter setelah pembentukannya). Akibat proses akresi yang panjang, pendinginan akan mengikuti akumulasi panas akibat tubrukan, peluruhan radioaktif, dan kontraksi, sehingga mencegah pencairan dan diferensiasi cepat. Skala waktu pembentukan
Kalisto berkisar antara 0,1 juta–10 juta tahun.
Evolusi
Kalisto setelah akresi ditentukan oleh keseimbangan pemanasan radioaktif, pendinginan melalui konduksi panas di dekat permukaan, dan konveksi subsolidus di dalam. Rincian konveksi subsolidus di es masih belum pasti. Konveksi tersebut terjadi ketika suhu mendekati titik lebur karena viskositas es bergantung kepada suhu. Konveksi subsolidus di benda ber-es merupakan proses yang lambat dengan laju pergerakan es 1 sentimeter per tahun. Namun, proses ini merupakan mekanisme pendinginan yang efektif dalam jangka panjang. Kemudian, proses diduga berlangsung dalam "keadaan penutup stagnan", yaitu suatu keadaan ketika lapisan luar yang dingin dan keras mengonduksi panas tanpa konveksi, sementara es di bawahnya mengonveksi dalam keadaan subsolidus. Lapisan konduktif luar sesuai dengan litosfer yang dingin dan keras dengan ketebalan 100 km. Keberadaannya menjelaskan kurangnya aktivitas endogenik di permukaan
Kalisto. Konveksi di bagian dalam
Kalisto mungkin berlapis akibat tekanan tinggi yang menyebabkan es ada dalam fase kristalin yang berbeda dari es I di permukaan hingga es VII di pusat. Konveksi subsolidus awal di dalam
Kalisto mungkin mencegah pencairan es berskala besar dan diferensiasi yang seharusnya membentuk inti berbatu dan mantel ber-es. Akibatnya, pemisahan dan diferensiasi sebagian berlangsung selama miliaran tahun dan mungkin masih berlanjut hingga kini.
Berdasarkan pemahaman evolusi
Kalisto yang ada saat ini, kemungkinan ada samudra di dalam
Kalisto. Hal ini terkait dengan titik lebur es fase I yang aneh karena menurun seiring dengan meningkatnya tekanan, hingga mencapai suhu 251 K pada tekanan 2.070 bar (207 MPa). Dalam semua model
Kalisto, suhu di lapisan sedalam 100 hingga 200 km mendekati atau sedikit melebihi titik lebur ini. Keberadaan amonia dalam jumlah kecil pun (sekitar 1–2% berat) dapat mempertahankan bentuk cair samudra tersebut karena amonia menurunkan titik lebur.
Walaupun
Kalisto mirip dengan Ganimede, sejarah geologis
Kalisto jauh lebih sederhana. Permukaan
Kalisto tampaknya dibentuk oleh tubrukan dan gaya eksogenik lainnya. Tidak seperti Ganimede, bukti tidak menunjukkan berlangsungnya aktivitas tektonika lempeng di
Kalisto. Penjelasan yang diajukan adalah perbedaan keadaan pembentukan, pemanasan pasang surut yang lebih besar di Ganimede, dan tubrukan yang lebih banyak menimpa Ganimede selama Pengeboman Berat Akhir. Sejarah geologi
Kalisto yang relatif sederhana merupakan acuan bagi ilmuwan untuk membandingkannya dengan objek lain yang lebih aktif dan kompleks.
Kemungkinan kehidupan di samudra
Seperti Europa dan Ganimede, terdapat gagasan bahwa kehidupan luar bumi mungkin ada di samudra bergaram di bawah permukaan
Kalisto. Namun, kondisi agar kehidupan dapat muncul tidak lebih baik daripada di Europa. Alasan utamanya adalah kurangnya kontak dengan materi berbatu dan fluks panas dari dalam
Kalisto. Ilmuwan Torrence Johnson mengungkapkan hal berikut ketika membandingkan kemungkinan kehidupan di
Kalisto bila dibandingkan dengan satelit Galileo lainnya:
Bahan dasar kehidupan—apa yang kita sebut 'kimia pre-biotik'—berlimpah di banyak objek di tata surya, seperti komet, asteroid, dan bulan ber-es. Biolog meyakini bahwa air dan energi adalah hal yang dibutuhkan untuk mendukung kehidupan, sehingga penemuan air di tempat lain merupakan suatu hal yang menggembirakan. Namun, energi itu masalah lain, dan kini, samudra
Kalisto hanya dipanaskan oleh unsur-unsur radioaktif, sementara Europa juga dipanaskan oleh energi pasang surut dari kedekatan jaraknya dengan Jupiter.
Berdasarkan pertimbangan di atas dan pengamatan ilmiah lain, di antara satelit-satelit Galileo lain Europa dianggap sebagai tempat yang paling mungkin untuk mendukung kehidupan mikrobial.
Penjelajahan
Pioneer 10 dan Pioneer 11 yang mencapai Jupiter pada awal tahun 1970-an tidak banyak memperoleh pengetahuan baru tentang
Kalisto bila dibandingkan dengan pengamatan yang dilakukan dari Bumi. Terobosan baru terjadi ketika Voyager 1 dan 2 melewati
Kalisto pada tahun 1979–1980. Kedua wahana tersebut mengambil citra permukaan
Kalisto dengan resolusi 1–2 km, dan mengukur suhu, massa, dan bentuk satelit tersebut. Penjelajahan ronde kedua berlangsung dari tahun 1994 hingga 2003 ketika wahana Galileo mendekati
Kalisto (pada tahun 2001 hingga mencapai 138 km di atas permukaan). Wahana pengorbit Galileo melakukan pencitraan seluruh permukaan
Kalisto dan mengirimkan beberapa gambar dengan resolusi hingga 15 meter. Pada tahun 2000, wahana Cassini yang sedang menuju ke Saturnus mengirimkan spektra inframerah satelit-satelit Galileo, termasuk
Kalisto. Pada Februari–Maret 2007, New Horizons yang sedang menuju Pluto mengirimkan gambar dan spektra baru
Kalisto.
Misi ke Jupiter selanjutnya adalah Jupiter Icy Moon Explorer (JUICE) yang direncanakan akan diluncurkan pada tahun 2022 oleh European Space Agency (ESA). Misi tersebut rencananya juga akan mendekati
Kalisto.
= Usulan lama
=
Europa Jupiter System Mission (EJSM) yang merupakan program gabungan NASA/ESA direncanakan akan diluncurkan pada tahun 2020 untuk menjelajahi satelit-satelit Jupiter. Pada Februari 2009, ESA/NASA mengumumkan akan memprioritaskan misi ini daripada Titan Saturn System Mission. Sayangnya, kontribusi ESA di misi tersebut masih harus bersaing dengan proyek-proyek ESA lain dalam memperoleh dana. EJSM terdiri dari Jupiter Europa Orbiter yang dipimpin oleh NASA, Jupiter Ganymede Orbiter yang dipimpin oleh ESA, dan kemungkinan Jupiter Magnetospheric Orbiter yang dipimpin oleh JAXA.
Kemungkinan kolonisasi
Pada tahun 2003, NASA melakukan penelitian konseptual yang disebut Human Outer Planets Exploration (HOPE) dengan maksud untuk menyelidiki kemungkinan penjelajahan manusia di Tata Surya Luar. Salah satu tempat yang dipertimbangkan adalah
Kalisto.
Penelitian tersebut mengusulkan pendirian pangkalan di permukaan
Kalisto yang akan menghasilkan bahan bakar untuk penjelajahan Tata Surya lebih lanjut. Keunggulan dari pembangunan pangkalan di
Kalisto meliputi radiasi yang rendah (karena jaraknya yang jauh dari Jupiter) dan kestabilan geologis. Pangkalan tersebut dapat memfasilitasi penjelajahan Europa atau menjadi tempat pemberhentian untuk wahana yang akan pergi ke tempat yang lebih jauh dengan memanfaatkan bantuan gravitasi dari Jupiter.
Laporan NASA pada Desember 2003 meyakini bahwa misi berawak ke
Kalisto mungkin akan dilakukan pada tahun 2040-an.
Catatan
Catatan kaki
Pranala luar
Profil
Kalisto Diarsipkan 2014-03-28 di Wayback Machine. di situs Penjelajahan Tata Surya NASA'
Halaman
Kalisto di Views of the Solar System
Basis Data Kawah
Kalisto dari the Lunar and Planetary Institute
Citra
Kalisto di Fotojurnal Keplanetan JPL
Movie of Rotasi
Kalisto Diarsipkan 2010-06-01 di Wayback Machine. dari the National Oceanic and Atmospheric Administration
Peta
Kalisto dengan nama kenampakan dari Fotojurnal Keplanetan
Nomenklatur
Kalisto dan peta
Kalisto dengan nama kenampakan dari situs nomenklatur keplanetan USGS
Citra 3D Paul Schenk dan video
Kalisto serta satelit Tata Surya Luar lainnya
Human Outer Planet Exploration (2003) - NASA Diarsipkan 2012-01-19 di Wayback Machine. (dengan konsep misi
Kalisto)