- Source: Kamboja merah
Plumeria rubra atau kamboja merah adalah salah satu spesies tumbuhan yang termasuk dalam genus Plumeria (kamboja). Tumbuhan ini berasal dari Meksiko, Amerika Tengah, Kolombia dan Venezuela. Tumbuhan ini telah dibudidayakan secara luas di daerah beriklim subtropis dan tropis di seluruh dunia dan merupakan tanaman taman dan taman lingkungan yang populer, serta digunakan di kuil dan pemakaman. Tumbuhan ini tumbuh sebagai pohon yang menyebar hingga tinggi dan lebar 7–8 m, dan dipenuhi bunga harum bernuansa merah jambu, putih, dan kuning selama musim panas dan musim gugur.
Deskripsi Fisik
Tumbuhan ini termasuk dalam keluarga kamboja dan tumbuh sebagai perdu atau pohon kecil yang menyebar hingga ketinggian 2–8 m dan lebar serupa. Ia memiliki batang tebal yang segar dan cabang tumpul seperti sosis yang ditutupi kulit kayu tipis berwarna abu-abu. Cabang-cabangnya agak rapuh dan bila patah mengeluarkan getah putih yang dapat mengiritasi kulit dan selaput lendir. Lateks yang terdapat pada batang tumbuhan ini sebenarnya beracun, namun tidak mematikan kecuali jika terdapat dalam jumlah banyak. Daunnya yang besar berwarna hijau bisa mencapai panjang 30 sampai 50 cm dan tersusun berselang-seling dan bergerombol di ujung dahan. Batang tumbuhan ini bisa mencapai 25 cm di alam liar, namun cenderung lebih kecil dalam budidaya.
Tumbuhan ini meranggas & gugur pada bulan-bulan yang lebih dingin dalam setahun.
Bunganya terminal dan muncul di ujung cabang selama musim panas. Seringkali berlimpah dan sangat menonjol, harumnya kuat, dan mempunyai lima mahkota. Bunganya mengeluarkan wangi pada pagi dan sore hari. Aromanya mirip dengan aroma mawar, jeruk, dan kayu manis. Warnanya berkisar dari merah muda hingga putih dengan corak kuning di tengahnya. Awalnya berbentuk tabung sebelum terbuka, berdiameter 5–7,5 cm, dan jarang menghasilkan biji - 20-60 biji bersayap terkandung dalam polong berukuran 17,5 cm.
Buahnya berbentuk polong silindris yang jarang ditemukan dalam budidaya.
Persebaran & Habitat
Daerah persebaran aslinya terbentang dari Baja California hingga Meksiko tengah ke selatan menuju Amerika Tengah (Kosta Rika, Nikaragua, Guatemala, El Salvador, Belize, Honduras, Panama) hingga Departemen Antioquia di Kolombia dan Venezuela di Amerika Selatan. Tumbuhan ini dibudidayakan secara luas di wilayah tropis dan subtropis di dunia, dan telah dinaturalisasi di sebagian besar wilayah Asia tropis dan Kepulauan Pasifik.
Tumbuhan ini diperkenalkan pada tahun 1560-an ke Filipina selama masa kolonial Spanyol. Dari sana, tumbuhan ini menyebar ke seluruh Asia Tenggara dan wilayah lain di Asia. Ia juga diperkenalkan ke Kepulauan Pasifik pada akhir abad ke-19, dan sejak itu menjadi ikon karena penggunaannya dalam lei.
Tumbuhan ini umumnya mendiami daerah panas dan berbatu dengan curah hujan kering hingga sedang. Mereka dapat bertahan hidup di lokasi dengan musim kemarau yang menonjol, di mana mereka dapat berbunga di dahan yang gundul, atau di kondisi yang lebih lembab, di mana mereka dapat tetap hijau. Ia juga dapat ditemukan di hutan berbatu, lereng pegunungan, dan bahkan kadang-kadang di dataran atau sabana. Ia menempati ketinggian 500 hingga 1000 meter namun dapat ditemukan hingga ketinggian 1500 meter.
Kegunaan
Dinas Kehutanan USDA mencantumkan kamboja merah sebagai tumbuhan beracun dan memperingatkan agar tidak menyentuh atau memakan bagian mana pun dari tumbuhan ini.
Di Kamboja, seperti halnya spesies tumbuhan kamboja lainnya, bunga kamboja merah digunakan untuk kalung, sebagai persembahan kepada dewa atau sebagai hiasan peti mati. Daunnya digunakan untuk mengobati luka dan dibuat menjadi infus yang menenangkan. Bunga dan kulit batangnya juga digunakan dalam pengobatan tradisional Cina dalam pengobatan demam, disentri basiler, batuk rejan dan sebagainya. Teh herbal Cina seperti Wang Lao Ji juga mengandung ekstrak tumbuhan ini.
Tumbuhan ini memiliki fulvoplumierin, antibiotik yang menghambat pertumbuhan bakteri Mycobacterium tuberculosis. Tanaman ini juga telah terbukti sebagai antijamur, antivirus, analgesik, antispasmodik, dan hipoglikemik. Tumbuhan ini juga dilaporkan mengandung agoniadin, plumierid, asam plumerat, asam serotinat, dan lupeol, dan batangnya memiliki alkaloid yang disebut triterpinoid. Tumbuhan ini telah dikenal untuk meningkatkan pencernaan dan ekskresi, serta fungsi pernapasan dan kekebalan tubuh. Getahnya digunakan sebagai obat pencahar, obat kembung, dan obat sakit perut. Kulit kayunya dikatakan sebagai obat pencahar dan juga digunakan untuk luka kelamin. Bunganya dapat direbus dalam air atau jus dan dibuat menjadi salad untuk melancarkan buang air besar, aliran urin, dan untuk mengontrol gas dan dahak. Bunganya juga digunakan dalam pengobatan asma.
Di pulau Molokai di kepulauan Hawaii, tumbuhan ini dibudidayakan untuk menghasilkan karangan bunga leher (lei). Tumbuhan ini juga digunakan untuk membuat minyak wangi di banyak pulau Pasifik termasuk Hawaii. Bunganya digunakan untuk mengharumkan minyak kelapa. Kulit kayunya mengandung guratan-guratan samar keunguan dan kayunya keras serta padat dengan tekstur yang sangat halus. Kayunya membutuhkan polesan yang tinggi.
Galeri
Referensi
Kata Kunci Pencarian:
- Kamboja merah
- Kamboja
- Khmer Merah
- Kemboja
- Bendera Kamboja
- Pol Pot
- Kamboja jepang
- Palang Merah Kamboja
- Pengadilan Khmer Merah
- Perang Saudara Kamboja
- Inauguration of Prabowo Subianto
- Tanjungpura Kingdom
- 2023–24 Liga 1 (Indonesia)
- Territories of Majapahit
- Majapahit
- Lisa Ayu Kusumawati
- Agung Prasetyo (footballer, born 1992)
- Bintan Island