- Source: Tatakrama bahasa Sunda
Tatakrama bahasa Sunda (bahasa Sunda: ᮒᮒᮊᮢᮙ ᮘᮞ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ, translit. Tatakrama basa Sunda, pengucapan bahasa Sunda: [tatakrama basa sʊnda], dahulu dikenal sebagai ᮅᮔ᮪ᮓᮊ᮪ ᮅᮞᮥᮊ᮪ ᮘᮞ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ Undak Usuk basa Sunda) adalah sebuah sistem aturan penggunaan ragam bahasa Sunda yang digunakan atau dipilih oleh seorang penutur berdasarkan keadaan sang penutur tersebut, yang diajak berbicara dan apa yang dibicarakannya. Berdasarkan artinya, Tatakrama bahasa Sunda berarti tingkatan-tingkatan atau tahapan-tahapan bahasa Sunda. Penggunaan Tatakrama bahasa Sunda bertujuan untuk saling menghargai dan menghormati dalam berkomunikasi dengan orang lain dan dalam kehidupan bermasyarakat. Penggunaan Tatakrama bahasa Sunda berhubungan atau disesuaikan dengan kondisi usia, kedudukan, keilmuan, serta situasi orang yang berbicara, yang diajak bicara, dan yang dibicarakan.
Sistem tuturan honorifik semacam ini juga ditemukan dalam bahasa lainnya seperti bahasa Jepang dan bahasa Korea.
Pembagian
Secara garis besar, Tatakrama bahasa Sunda membagi bahasa Sunda menjadi dua ragam, yaitu: basa hormat (ᮘᮞ ᮠᮧᮁᮙᮒ᮪, bahasa penghormatan) dan basa loma (ᮘᮞ ᮜᮧᮙ, bahasa akrab/netral). Basa hormat sendiri berdasarkan orientasinya kemudian dibagi lagi menjadi basa hormat ka batur (ᮘᮞ ᮠᮧᮁᮙᮒ᮪ ᮊ ᮘᮒᮥᮁ, bahasa yang meninggikan lawan bicara/pihak ketiga) dan basa hormat ka sorangan (ᮘᮞ ᮠᮧᮁᮙᮒ᮪ ᮊ ᮞᮧᮛᮍᮔ᮪, bahasa yang merendahkan subjek/diri sendiri).
Ciri dari setiap jenis tuturan di atas bisa dijabarkan sebagai berikut:
Hormat
Bahasa hormat diterapkan kepada orang yang lebih tinggi umur serta kedudukannya dari pembicara, selain itu, bahasa ini juga digunakan terhadap siapa saja yang kita hormati. Bahasa ini dibagi lagi menjadi dua ragam bahasa, yakni, bahasa hormat ka batur dan bahasa hormat ka sorangan.
= Hormat ka batur
=Bahasa hormat ka batur adalah ragam bahasa hormat yang digunakan untuk menceritakan orang lain atau bertanya terhadap orang lain yang umurnya lebih tua dibandingkan dengan pembicara. Di bawah ini, kosakata yang bercetak tebal merupakan kata lemes yang menjadi ciri utama bahasa hormat ka batur.
Contoh:
Ramana parantos angkat ka Hongkong, wengi tadi.
Dupi tuang putra iraha ciosna badé angkat ka Bali téh?
Mangga angkat waé ti payun, teu kedah ngantosan abdi!
= Hormat ka sorangan
=Bahasa hormat ka sorangan merupakan ragam bahasa hormat yang digunakan untuk menceritakan diri sendiri atau orang lain yang umurnya di bawah pembicara maupun yang seumur. Di bawah ini, kosakata yang bercetak tebal merupakan kata sedeng yang menjadi ciri utama bahasa hormat ka sorangan.
Contoh:
Hapunten, abdi mah badé mios ti payun baé, bilih kabujeng hujan!
Pun adi parantos mios sareng réréncangannana, ka Palémbang.
Téh, sawios Dadan mios ti payun?
Loma
Bahasa loma digunakan untuk berbicara dengan orang lain yang umurnya lebih rendah serta sudah akrab. Di bawah ini, kosakata yang bercetak tebal merupakan kata loma yang menjadi ciri utama bahasa loma.
Contoh:
Tong, kuring mah rék indit téh poé isuk baé, méméh lohor.
Ari adina tulus henteu indit ka Australia téh?
Méméh indit téh tong poho tutulak heula!
Perbandingan kalimat
Di bawah ini disajikan perbandingan dua buah cerita yang sama dengan menggunakan ragam hormat dan ragam loma.
Hormat
Waktos énjing-énjing, abdi mios ka bumi pun Aki ngabantun ketu kanggo dipasihkeun ka anjeunna, kaleresan anjeunna nuju nyondong di bumi, saparantos ditampi, éta kopéah lajeng dianggo ku anjeunna dina mastakana, sakantenan abdi nyuhunkeun landong ka pun Aki kanggo nambaan padaharan abdi anu raheut, saparantos dipaparin tamba, teras abdi wangsul ka rorompok.
Loma
Waktu keur isuk-isuk, kuring indit ka imah si Aki mawa kerepus pikeun dibérékeun ka manéhna, kabeneran manéhna keur aya di imah, sanggeus ditarima, éta kerepus tuluy dipaké ku manéhna dina sirahna, sakalian kuring ménta ubar ka si Aki pikeun ngubaran beuteung kuring anu raheut, sanggeus dibéré ubar, tuluy kuring balik ka imah.Arti:Waktu pagi-pagi, saya pergi ke rumah kakek membawa peci untuk diberikan kepadanya, kebetulan dia sedang berada di rumah, sesudah diterima, peci tersebut lalu dipakai oleh dia di kepalanya, sekalian saya meminta obat kepada kakek untuk mengobati perut saya yang luka, sesudah diberikan obat, kemudian saya pulang ke rumah.Pada kalimat dalam ragam bahasa hormat, kata yang ditebali adalah kata-kata lemes yang dipergunakan untuk meninggikan pihak ketiga (hormat ka batur), sedangkan kata yang ditebali dan digarisbawahi adalah kata-kata yang bisa digunakan untuk meninggikan lawan bicara dan menghormati diri sendiri secara sekaligus (kata lemes enteng), sedangkan kata yang hanya digarisbawahi adalah kata-kata sedeng yang dikhususkan hanya untuk menghormati diri sendiri (hormat ka sorangan), dan kata yang tidak ditandai (termasuk imbuhan seperti awalan dan akhiran) adalah kata-kata tak bertingkat yang bisa digunakan dalam ragam basa hormat maupun basa loma.
Jenis-jenis kosakata yang digunakan
Dalam perkembangannya, tatakrama bahasa Sunda merupakan suatu hal yang sangat dinamis, terkadang dalam beberapa waktu aturan pemakaiannya bisa berubah, dalam sejarahnya jenis kosakata serta ragam bahasa yang digunakan dalam tatakrama ini juga mengalami perubahan dan juga terkadang beberapa buku rujukan menggolongkannya secara berbeda-beda. Yang jelas, bila dilihat secara linguistik berdasarkan derajat formalitas, setidaknya kosakata yang digunakan dalam tatakrama bahasa Sunda ada sebanyak 7 jenis kosakata, di antaranya yaitu:
= Lemes pisan
== Lemes
== Lemes énténg
== Sedeng
== Lemes dusun
== Panengah
== Loma
=Lihat pula
Tata bahasa Sunda
Basa budak
Dialek bahasa Sunda
Ragam non-baku dalam bahasa Sunda
Sejarah bahasa Sunda
Catatan
Rujukan
= Catatan kaki
== Daftar pustaka
=Adiwijaya, R.I. (1951). Adegan basa sunda. Jakarta: J.B. Wolters. OCLC 64694322.
Ardiwinata, D.K. (1984) [1916]. Tata Bahasa Sunda. Diterjemahkan oleh Ayatrohaedi. Jakarta: Balai Pustaka. OCLC 559541903.
Coolsma, S. (1985) [1904]. Tata bahasa Sunda. Diterjemahkan oleh Wijayakusumah, Husein; Rusyana, Rus. Jakarta: Djambatan. OCLC 13986971.
Iskandar, Ishak; Sukmara, Mara (2014). Tata Krama Basa Sunda Sareng Conto Larapna Dina Kalimah. Ciamis: CV Tiga Putra. ISBN 978-602-7856-05-09. Pemeliharaan CS1: Galat ISBN yang diabaikan (link)
Kats, J; Soeriadiraja, M (1982) [1921]. Tata Bahasa dan Ungkapan Bahasa Sunda. Diterjemahkan oleh Ayatrohaedi. Jakarta: Djambatan. OCLC 69116948.
Wessing, R. (1974). "Language Levels in Sundanese". Man. 9 (1): 5–22. doi:10.2307/2800032. JSTOR 2800032.
Bacaan lanjutan
Yudibrata, Karna; Suriamiharja, Agus; Iskandarwassid (1989). Bagbagan Makéna Basa Sunda. Bandung: Rahmat Cijulang. OCLC 29692716.
Satjadibrata, R (1956). Undak-usuk basa Sunda. Jakarta: Balai Pustaka. OCLC 14076263.
Wirakusumah, R; Momon, Djakawiguna; H.I., Buldan (1957). Kandaga Tatabasa. Bandung: Tarate. OCLC 248255932.
Kern, Rudolf Aernoud (1906). "'t Lĕmĕs in 't Soendaasch". Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië (dalam bahasa Belanda). 59 (3-4). doi:10.2307/20769487 . JSTOR 20769487. OCLC 655572587.
Pranala luar
Pedoman Ejaan Bahasa Sunda Yang Disempurnakan
Kamus Sunda-Indonesia Repositori Kemdikbud
Kamus Bahasa Sunda-Inggris oleh F.S. Eringa
Konverter Aksara Latin-Aksara Sunda di kairaga.com
Tabel Karakter Unicode Aksara Sunda di unicode-table.com
Kata Kunci Pencarian:
- Tatakrama bahasa Sunda
- Bahasa Sunda
- Hormat
- Dialek bahasa Sunda
- Loma
- Bahasa Sunda Bogor
- Bahasa Badui
- Kata lemes dusun
- Tata bahasa Sunda
- Daeng Kanduruan Ardiwinata
- Sundanese language
- Balinese literature