Keluarga Lie dari Pasilian dulu adalah sebuah
Keluarga tuan tanah, pejabat pemerintah, dan tokoh masyarakat berlatar belakang Tionghoa-Indonesia yang merupakan bagian
dari ‘Tjabang Atas’ di Hindia Belanda (kini Indonesia). Selama lebih
dari satu abad, yakni mulai tahun 1847 hingga 1952, sembilan orang anggota
dari Keluarga ini berhasil menjadi pejabat Cina, termasuk
Lie Tjoe Hong, Mayor Cina ketiga Batavia (kini Jakarta). Pejabat Cina, yang terdiri
dari jabatan Mayor, Kapitan, dan Letnan Cina, dulu adalah kepanjangan tangan
dari pemerintah Hindia Belanda yang memegang wewenang administratif dan hukum terhadap komunitas Cina di suatu wilayah tertentu.
Pendirian di Hindia Belanda
Sejarah
Keluarga ini di Indonesia dimulai
dari dua orang Totok bersaudara yang bermukim di Batavia, ibu kota Hindia Belanda, yakni
Lie Tiang Ko, kemudian menjadi Kapitan-tituler Cina (1786–1855) dan
Lie Tioe Ko. Setelah sukses berbisnis pada awal abad ke-19,
Keluarga Lie mulai membeli tanah partikelir pada dekade 1840-an, termasuk tanah partikelir
Pasilian, di Banten, karena kepemilikan atas tanah dianggap lebih bergengsi daripada kepemilikan atas bisnis.
Lie Tiang Ko menikahi seorang wanita Peranakan, Souw Sek Nio (1791–1845). Keduanya dianugerahi lima orang putra, yakni
Lie Pek Thay (1809–1849),
Lie Pek Hauw (lahir pada tahun 1815),
Lie Pek Hoat (meninggal pada tahun 1876),
Lie Pek Tat (1832–1915), dan
Lie Pek Sie (lahir pada tahun 1835), serta satu orang putri, yakni
Lie Ho Nio.
Lie juga mengadopsi satu orang putra
dari saudaranya, yakni
Lie Pek Tjiat.
Pejabat Cina
Pada tahun 1847,
Lie Tiang Ko dan putra sulungnya,
Lie Pek Thay, diberi gelar kehormatan Letnan-tituler Cina. Gelar tersebut tidak memberi mereka tanggung jawab apapun, karena gelar tersebut hanya merupakan penghormatan, antara lain berkat kekayaan dan popularitas mereka. Pada tahun 1850, Letnan-tituler
Lie Tiang Ko diangkat menjadi Kapitan-tituler Cina.
Lie Tiang Ko kemudian meninggal pada tahun 1855 sebagai salah satu orang terkaya di Hindia Belanda.
Selain putra sulungnya, dua orang putra lain
dari Lie Tiang Ko kemudian diangkat menjadi pejabat Cina.
Lie Pek Hoat diangkat pada tahun 1863 menjadi Letnan Cina Lontar Tanara, Banten, di mana sebagian besar tanah milik
Keluarga Lie berada. Pada tahun 1866,
Lie Pek Hoat diangkat menjadi Kapitan Cina Serang, ibu kota Banten. Sementara adiknya,
Lie Pek Tat, diangkat pada tahun 1859 menjadi Boedelmeester di Wees- en Boedelkamer, awalnya dengan gelar kehormatan Letnan-tituler, tetapi kemudian pada tanggal 1 Februari 1885, diangkat menjadi Kapitan-tituler.
Pada generasi ketiga, tiga orang anggota
dari Keluarga ini diangkat menjadi pejabat Cina. Pada tahun 1866,
Lie Tjoe Hong (1846 – 1896), putra
dari Letnan-tituler
Lie Pek Thay, diangkat menjadi Letnan Cina Lontar Tanara untuk menggantikan pamannya,
Lie Pek Hoat, yang diangkat menjadi Kapitan Cina Serang.
Lie Tjoe Hong mengundurkan diri pada tahun 1868, tetapi pada tahun 1872, ia diangkat menjadi anggota
dari Kong Koan di Batavia. Pada tahun 1876, ia diangkat menjadi Kapitan Cina, dan pada tanggal 18 Februari 1879, ia ditunjuk untuk menggantikan Mayor Tan Tjoen Tiat sebagai Mayor Cina ketiga Batavia dan chairman ex officio
dari Kong Koan.
Lie Tjoe Tjiang (lahir pada tahun 1827), putra
dari Lie Pek Tjiat, diangkat menjadi Letnan-tituler pada tahun 1866. Dua tahun kemudian, ia ditunjuk menjadi anggota Kong Koan, di mana ia tetap menjadi anggota hingga tahun 1879. Antara tahun 1911 dan 1913,
Lie Tjoe Tjin (lahir pada tahun 1862), putra
dari Kapitan
Lie Pek Hoat, diangkat menjadi Letnan Cina Buitenzorg.
Pada generasi keempat, dua orang anggota
dari Keluarga ini diangkat menjadi pejabat Cina. Pada tahun 1885,
Lie Tjian Som, putra
dari Lie Tjoe Ie dan cucu
dari Lie Pek Tjiat, diangkat menjadi Letnan-tituler Cina. Pada tahun 1913, sepupunya,
Lie Tjian Tjoen, putra sulung
dari Mayor
Lie Tjoe Hong, diangkat menjadi Letnan Cina. Pada tahun 1915, Letnan
Lie Tjian Tjoen diangkat menjadi Kapitan Cina sementara, untuk menggantikan Kapitan Tio Tek Soen. Pada tahun 1917,
Lie Tjian Tjoen resmi diangkat menjadi Kapitan Cina. Kapitan
Lie Tjian Tjoen kemudian menjadi Kapitan Cina aktif terakhir di Indonesia dan chairman terakhir
dari Kong Koan. Pada tahun 1952, ia tidak lagi menjadi Kapitan Cina, karena sistem pejabat Cina dihapus oleh Gubernur Jakarta.
Anggota terkenal
Lie Tiang Ko, Kapitan-tituler Cina: tuan tanah, pejabat Cina, dan pebisnis
Lie Tjoe Hong, Mayor Cina ketiga Batavia: pejabat pemerintah dan tuan tanah
Lie Tjoe Tjiang, Letnan Cina: pejabat pemerintah dan tuan tanah
H. H. Kan (melalui pernikahan), suami
dari Lie Tien Nio dan menantu
dari Mayor
Lie Tjoe Hong: negarawan, tokoh masyarakat, dan tuan tanah
Lie Tjian Tjoen, Kapitan Cina, putra
dari Mayor
Lie Tjoe Hong: pejabat pemerintah dan tuan tanah
Aw Tjoei Lan (melalui pernikahan), istri
dari Kapitan
Lie Tjian Tjoen dan menantu
dari Mayor
Lie Tjoe Hong: aktivis hak perempuan dan tokoh masyarakat
Tio Tek Hong (putra
dari Lie Loemoet Nio, cucu
dari Kapitan-tituler
Lie Pek Tat): pebisnis, pelopor industri musik Indonesia, dan penulis
Referensi