Kerajaan Tawaeli adalah salah satu
Kerajaan yang ada di Lembah Palu (Kota Palu Sekarang).
Kerajaan Tawaeli pada masa jayanya merupakan
Kerajaan yang memiliki wilayah cukup luas mulai dari Ogoamas (Kecamatan Sojol Utara,
Donggala. sekarang) sampai Lasoani (Kecamatan Mantikulore, Palu. sekarang).
Sejarah
Sebelum abad ke 16 atau lebih tepatnya sebelum lembah palu terbentuk, telah berdiri sebuah
Kerajaan tua di Boya Peramba (Desa Nupabomba, sekarang). Tidak diketahui secara pasti tahun berdirinya, karena kurangnya literatur atau bukti fisik mengenai
Kerajaan ini salah satu faktornya karena masyarakat Suku Kaili sejak dahulu tidak mengenal Budaya Tulis.
Berdasarkan cerita rakyat yang di ceritakan secara turun temurun,
Kerajaan Boya Peramba memiliki lima orang Langganunu. Langganunu adalah gelar asli bagi pemimpin
Kerajaan sebelum istilah MAGAU populer di tanah kaili. Adapun susunan Langganunu di
Kerajaan Boya Peramba adalah sebagai berikut:
Langganunu I Boya Peramba: ANAK WUMBULANGI
Langganunu II Boya Peramba: DJAELANGGA
Langganunu III Boya Peramba: PIALEMBAH (SIOLEMBAH)
Langganunu IV Boya Peramba: (P) BASANURINA (BASANUAMA)
Langganunu V Boya Peramba: (P) MARUKALULI (Dia yang pertama menciptakan motif bunga dari daun
bomba di kain ivo, kemudian di kain sutera, sehingga populer sampai sekarang disebut Sarung Bomba (Vuya Bomba dalam Bahasa Kaili)
Sekitar tahun 1550 anak Langganunu Marukaluli yang bernama Yuntonulembah setelah pulang dari Bone dan Luwu mulai memperkenalkan istilah baru untuk pemerintahan sebagai berikut:
MAGAU = MAHARAJA
MADIKA MALOLO = RAJA MUDA
MADIKA MATUA = Pelaksana Pemerintahan
BALIGAU = KETUA ADAT
GALARA = HAKIM
PABISARA = PEMBICARA
PUNGGAVA = Urusan Tani dan Ekonomi
Ada pula istilah lain yang telah lama digunakan di lingkungan
Kerajaan Suku Kaili (istilah ini juga di gunakan di
Kerajaan Kulawi,
Kerajaan Sigi, dan
Kerajaan Parigi) adalah sebagai berikut:
TADULAKO = Panglima Perang atau Urusan Keamanan
SABANDARA Bendahara atau Bandar Pelabuhan
Setelah peristiwa surutnya air laut dan terbentuknya dataran Lembah Palu, ramailah masyarakat yang sebelumnya bermukim di pegunungan untuk turun dan menetap di daerah baru tersebut. Tidak terkecuali mayarakat Boya Peramba di bawah pimpinan Labulembah yang menggantikan Langganunu Marukaluli, mengajak rakyatnya untuk turun dari pegunungan dan mulai membuka lokasi pemukiman yang dikenal sekarang dengan sebutan TAVA-ILI (
Tawaeli) sekitar pertengahan abad ke 16. Maka dengan itu
Kerajaan tua yang dikenal dengan nama Boya Peramba secara otomatis berubah penyebutannya menjadi
Kerajaan Tavaili (
Tawaeli).
Masa kejayaan
Kerajaan Tawaeli adalah sekitar tahun 1888 ketika dipimpin oleh Magau ke VI Yangge Bodu di mana pada masanya dia berhasil meluaskan wilayah
Kerajaan Tawaeli sampai
ke Ogoamas (Kecamatan Sojol Utara, Donggala. sekarang) dan Lasoani (Kecamatan Mantikulore, Palu. sekarang).
Hingga pada tahun 1936 ketika Magau ke XI Lamakampali Djaelangkara (Raja terakhir
Tawaeli) membagi wilayah
Kerajaan Tawaeli menjadi 2 wilayah distrik.
Tawaeli Utara = Ibu kota Sirenja di bawah pimpinan H. Djamaludin Labulembah
Tawaeli Selatan = Ibu kota
Tawaeli di bawah pimpinan Abd. Muluk Yoto Labulembah
Pada tahun 1954
Kerajaan Tawaeli di bubarkan dgn Magau Lamakampali Djaelangkara sebagai Raja terakhir. Wilayahnya yang terdiri dari 2 Distrik di gabungkan dengan Kabupaten Donggala (dibentuk berdasarkan bekas wilayah
Kerajaan Tua Pudjananti, dan
Kerajaan Banawa) yang telah diresmikan pada tahun 1952.
= Magau Ke I Labulembah alias Madika Tonavu Jara
=
Dia adalah cucu dari Langganunu Ke 3 Boya Peramba yang bernama Pialembah. Dia juga yang pertama membuka lokasi pemukiman yang dikenal sekarang dengan sebutan TAVA-ILI (
Tawaeli) sekitar pertengahan abad ke 16
MADIKA MALOLO: YUNTONULEMBAH alias Langgo
= Magau Ke II Yuntonulembah alias Langgo
=
Dia adalah anak dari Langganunu Ke 5 Boya Peramba yang bernama Marukaluli. Dia yang pertama membentuk susunan pemerintahan sepulangnya dari Bone dan Luwu dan sekaligus juga memperkenalkan sistem pemerintahan legislatif dengan istilah Libu Ntodea dan membentuk satu dewan adat bernama Kotta Pattanggota (empat penjuru wilayah).
Kotta Pattanggota terdiri dari empat Kepala Kampung yang mewakili masyarakat di masing-masing kampung tersebut, dan empat Kepala Kampung tadi di pimpin lagi oleh seorang BALIGAU (Ketua Dewan Adat)
Pada masa kepemimpinan Dia masyarakat Kaili mulai mengenal tingkatan strata sosial, dan membaginya menjadi empat tingkatan:
Madika = Golongan Keturunan Raja atau Bangsawan
To Tua = Golongan Tokoh-Tokoh Masyarakat dan Keturunannya
To Dea = Golongan Masyarakat Biasa
Batua = Golongan Hamba atau Budak
= Magau Ke III Daesalembah alias Madika Baka Tolu
=
Daesalembah adalah anak dari Rendanuama (Saudara Magau Yuntonulembah). Pada masa kepemimpinannya pusat
Kerajaan dipindahkan ke Sampaga Biru Liku (Lambara). Dia pula yang pertama kali menerima agama Islam di
Tawaeli yang di bawa oleh Dg. Konda Alias Bulangisi asal dari Mandar, Murid Syech Yusuf di Gowa sekitar abad ke 17.
= Magau Ke IV Mariama alias Magau Dusu
=
Mariama adalah anak ke empat dari Magau Daesalembah. Dia juga merupakan Magau Perempuan pertama setelah Pusat
Kerajaan dipindahkan ke
Tawaeli. Di masa kepemimpinan dia pertama kali kedatangan ulama besar Syech Husein Djalaludin Al-Ydrus alias Topo Sakaya Ompa (dari Iraq), berlabuh di pelabuhan IPI Kadongo.
MADIKA MALOLO: WUMBULABU (Kakak Sulung Mariama)
MADIKA MATUA: NURUDIN (Kakak ketiga Mariama)
= Magau Ke V Dg. Pangipi alias Madika Beli
=
Dg. Pangipi adalah anak dari Daeasia (Daeasia merupakan cucu dari Yuntonulembah). Dia juga adalah Magau Perempuan ke dua setelah Mariama. Pada masa kepemimpinannya Dia kembali memindahkan pusat
Kerajaan dari Sampaga Biru Liku ke pemukiman Tavaili
MADIKA MALOLO: LAMAREWA
MADIKA MATUA: DATUMPEDAGI
BALIGAU: GASIMBULAVA
= -Pemangku Jabatan Magau, Datumpedagi alias Pue Oge Nganga
=
Datumpedagi adalah saudara tiri Dg. Pangipi. Diangkat menjadi pelaksana harian sebagai Magau, atau pengganti Magau sementara karena Magau ke 6 dianggap belum cukup umur.
= Magau ke VI Yangge Bodu alias Magau Pungu
=
Yangge Bodu adalah anak pertama Dg. Pangipi dengan Andi Tondrang. Di angkat oleh adat pada umur 12 tahun sehingga ditunjuk Wali Magau Datumpedagi untuk menggantikannya sementara. Yangge Bodu memerintah dari tahun 1888-1900, dia pula yang berjasa meluaskan
Kerajaan Tawaeli dari Ogoamas Damsol sampai Lasoani Mantikulore. Susunan pemerintahan pada masa dia adalah sebagai berikut:
MADIKA MALOLO: LINGGULEMBAH kemudian di ganti SEPELEMBAH (Adik Yangge Bodu)
MADIKA MATUA: DATUMPEDAGI alias Pue Oge Nganga
BALIGAU: Dg. MANTAKILA alias Papa Soso
GALARA: SABARISI
PABISARA: LASALOGO
MADIKA Baiya: PENGALEMBAH alias Madika Bobo
MADIKA Kayumalue: TANDALEMBAH
MADIKA Mamboro: KARAENG GALESONG
Penasehat Magau: YODO RADJALANGI alias Mangge Sule (Tokoh pembaharu yang pertama kali memperkenalkan huruf latin di
Tawaeli)
= Magau Ke VII Djaelangkara alias Mangge Dompo
=
Djaelangkara merupakan keturunan ke 5 dari Magau Daesalembah melalui anak terakhirnya yang bernama Daetika. Magau Djaelangkara dilantik hari selasa, 22 mei 1900, dan wafat 1906. Dia satu-satunya Raja
Tawaeli yang mati diracun oleh Belanda di atas kapal ketika memeriksa wilayah perbatasannya dengan wilayah
Kerajaan Toli-toli di perairan pantai Baerumu (Tompe). Djaelangkara adalah salah satu Magau yang keras terhadap penjajah Belanda, Dia selalu menentang kebijakan Belanda yang di anggap merugikan
Kerajaan (sebelumnya hubungan
Kerajaan Tawaeli dan Pihak Belanda terbilang harmonis) itulah salah satu alasan Belanda ingin menyingkirkan Magau Djaelangkara. Djaelangkara juga adalah ayah dari Magau Lamakampali (Raja Terakhir
Tawaeli)
MADIKA MATUA: I VODJO
BALIGAU: Dg. MANTAKILA alias Papa Soso
GALARA: TANDALEMBAH
PABISARA: IEDO
= Magau Ke VIII Tumpalembah alias Madika Bugi
=
Tumpalembah adalah anak dari Magau Yangge Bodu, kepemimpinan Magau Tumpalembah terbilang singkat hanya berlangsung selama 2 tahun 1906-1908. Faktornya karena situasi di
Kerajaan Tawaeli masih belum kondusif pasca terbunuhnya Magau Djaelangkara oleh pihak Belanda. Tumpalembah akhirnya menyerahkan tahta
Kerajaan kepada adik dari Magau Djaelangkara yang bernama Labulembah.
= Magau Ke IX Labulembah alias Madika Kejo
=
Labulembah adalah adik kandung dari Magau Djaelangkara. Labulembah memerintah dari 1908 sampai 1912, pada masa dia, dihapuslah istilah Baligau, Galara, Pabisara dan Punggava (Tetap mempertahankan istilah Madika Malolo dan Madika Matua) sehingga untuk urusan pertanian dan sebagainya dikelola oleh masing-masing kepala kampung di wilayahnya.
= Magau Ke X Yoto Labulembah alias Papa Itjesale
=
Yoto Labulembah atau lebih dikenal dengan nama Yotolembah alias Papa intjesale merupakan anak dari Magau Labulembah. Pada masa kepemimpinan Magau Yotolembah ini istilah penyebutan Madika Malolo masih sempat dipertahankan namun kemudian di ganti dengan istilah Kepala Distrik. Susunan pemerintahan Magau Yotolembah adalah:
MADIKA MALOLO (sempat dijabat oleh): BORMAN LEMBAH alias Papa Maskia
MADIKA MATUA: MADUSILA DATUMPEDAGI alias Pue Nggalevo
kemudian Madika Malolo diganti dengan Kepala Distrik
KEPALA DISTRIK Ke-1: MANGALA ULU LABULEMBAH alias Mangge Anditalo
= -Pemangku Jabatan Magau, Radja Tiangso
=
Radja Tiangso dilantik menjadi pejabat Magau karena Pewaris sah Tahta
Kerajaan yaitu Lamakampali masih sangat muda untuk diangkat sebagai Magau. Radja Tiangso memerintah dari tahun 1926-1930.
KEPALA DISTRIK Ke-2: LAMAKAMPALI DJAELANGKARA
= Magau ke XI Lamakampali Djaelangkara
=
Lamakampali adalah anak dari Magau Djaelangkara. Diangkat menjadi Magau pada tahun 1930 namun baru pada tahun 1936 Lamakampali aktif menjalankan tugasnya sebagai Magau. Dia pula yang membagi wilayah
Kerajaan Tawaeli menjadi 2 Distrik yang masing-masing dipimpin oleh Kepala Distrik yaitu:
Distrik
Tawaeli Selatan
Kepala Distrik
Tawaeli Selatan ke 1 = Abd. Muluk Yoto Labulembah
Kepala Distrik
Tawaeli Selatan ke 2 = Moh. Duddin Borman Lembah
Kepala Distrik
Tawaeli Selatan ke 3 = Radja Umar Yoto Labulembah
Distrik
Tawaeli Utara
Kepala Distrik
Tawaeli Utara ke 1 = H. Djamaludin Labulembah
Kepala Distrik
Tawaeli Utara ke 2 = Moh. Duddin Borman Lembah
Kepala Distrik
Tawaeli Utara ke 3 = Dg. Maladja Lamakampali
Kepala Distrik
Tawaeli Utara ke 4 = Syaifudin Lamakampali
Kepala Distrik
Tawaeli Utara ke 5 = Yuslin Borman Lembah
Dia adalah Raja terakhir di
Kerajaan Tawaeli karena pada tahun 1954
Kerajaan Tawaeli digabungkan dengan bekas wilayah
Kerajaan Banawa dan mendirikan Kabupaten Donggala.
Saat ini peninggalan
Kerajaan Tawaeli hampir tidak dapat di temukan, selain hanya reruntuhan bekas Istana Raja.
Foto saudara dari Magau Ke X Yoto Labulembah. Berdiri di belakang dari kiri ke kanan adalah:
Dg. Mabela
Latandripapa
Magau Yoto Labulembah
Duduk di depan dari kiri ke kanan adalah:
Raja Dato
Rawe Intan
Daya Intan
Busa Bulava
H. Djamaludin (Kepala Distrik
Tawaeli Utara Ke 1 Masa Kepemimpinan Magau Lamakampali)