Kereta rel diesel MCW 301 dan 302 adalah dua seri
Kereta rel diesel Hidrolik (KRDH) kelas eksekutif, bisnis non-AC (berkode MBW),
dan ekonomi non-AC yang diproduksi oleh Nippon Sharyo Seizo Kaisha, Ltd., Jepang sejak tahun 1976 hingga tahun 1987
dan dioperasikan oleh PT
Kereta Api Indonesia. Meskipun
MCW adalah kode untuk KRD kelas ekonomi saja, KRD ini lebih dikenal sebagai "KRD
MCW" apapun kelas keretanya untuk membedakannya dengan KRD jenis lain seperti KRDE eks BN-Holec.
Kereta ini terbagi menjadi dua tipe, yakni
MCW 301 dan MCW 302.
Kereta ini didatangkan bersama KRL Rheostatik
dan dibuat oleh pabrik yang sama, oleh karena itu desain bodinya cukup mirip. Desain
Kereta ini juga cukup mirip dengan KRD di Jepang, yaitu KRD JNR seri KiHa 20
dan 52 namun kacanya mirip seri KiHa 58.
Kereta ini bertenaga
diesel hidraulis, karena pada masa itu beban gandar jalur KA Indonesia masih rendah. Penampilan yang mencolok dari KRD ini adalah tutup semboyan berbentuk "dasi kupu-kupu" yang berada di atas kaca kabin masinisnya.
KRD ini telah berpengalaman mengelilingi sebagian besar jalur
Kereta api di Jawa
dan ada pula yang pernah berdinas di Sumatera Utara
dan Sumatera Selatan.
Kereta ini sepanjang kariernya, berpengalaman dinas
Kereta komuter unggulan dari era PJKA, Perumka, hingga PT
Kereta Api Indonesia. Armada KRD
MCW sering dipakai untuk rangkaian
Kereta api komuter, baik pada jalur utama maupun jalur cabang
dan untuk jarak pendek
dan jarak menengah.
Awalnya, KRD ini menggunakan mesin Shinko DMH17H
dan transmisi hidromekanik Niigata-Shinko TCR 2.5 (disebut juga sebagai KRD Shinko-Shinko) yang merupakan tipe yang digunakan juga pada KRD yang cukup serupa di Jepang seperti KRD JNR seri KiHa 52
dan 58. Namun, untuk memperpanjang usia pakai
dan meningkatkan kehandalan maka beberapa tahun kemudian mesin KRD ini diubah menjadi Cummins NT855 R5 serta transmisi Voith T211r.
Untuk KRD yang didatangkan pada tahun 1987 sejumlah 28 unit sudah menggunakan mesin Cummins sejak awal berdinas, sementara sisanya diubah mesinnya di PT INKA Madiun.
Sejarah
= KRD MCW 301 (1976-1991)
=
Hadir pada tahun 1976, KRD ini memiliki dua pintu di setiap sisinya, dua pintu masuk kabin masinis,
dan pintu depan kabin masinis yang difungsikan untuk mempermudah hilir mudik penumpang ketika akan digandeng. Rangkaian eks-KRD
MCW 301 ini bisa dilihat dari pintunya yang ada dua
dan memiliki tangga untuk peron rendah. KRD ini merupakan KRD kelas ekonomi (KD3)
dan menggunakan kursi
Kereta kelas ekonomi jarak jauh pada awalnya.
KRD ini hanya berjumlah 24 buah dengan nomor
MCW-301001-
MCW-301024 (KD3-76101-KD3-76124 saat penomoran tahun 1986
dan masih sebagai KRD) atau enam rangkaian,
dan saat ini KRD
MCW 301 sudah tidak lagi terlihat wujudnya sebagai KRD tetapi hanya sebagai gerbong ekonomi non-AC untuk
Kereta lokal di Daerah Operasi I Jakarta maupun Daerah Operasi II Bandung. Sementara KRD yang tidak dijadikan
Kereta penumpang biasa akhirnya mangkrak atau dirucat.
= KRD MCW 302 (1978-sekarang)
=
KRD
MCW 302 diimpor pada tahun 1978 sampai dengan 1987 dengan jumlah 112 unit. Sedikit berbeda dengan KRD
MCW 301, rangkaian ini memiliki tiga pintu pada tiap sisinya
dan dilengkapi toilet, meskipun toilet di
Kereta tersebut tidak semuanya dihilangkan khususnya sejak dekade 2000-an. Tidak seperti
MCW 301 yang sudah rusak sejak akhir dekade 80-an, rangkaian
MCW 302 ini sebagian besar masih mampu beroperasi sebagai KRD hingga lebih dari 30 tahun.
Karier KRD ini digunakan untuk
Kereta komuter jarak dekat hingga jarak sedang di berbagai tempat di Indonesia. Pada tahun 1995-1999 dilakukan modifikasi terhadap KRD
MCW 302 karena faktor usia
dan ketidakhandalan pada mesin Shinko, yang juga ditandai dengan rusaknya kakak dari KRD ini, yaitu KRD
MCW 301. Oleh karena itu, PT INKA Madiun bekerja sama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA)—badan kerja sama internasional Jepang—melakukan modifikasi terhadap 68 unit KRD ini (kecuali 28 unit krd
MCW 302 sudah bermesin cummins dari pabrikanya).
Saat ini banyak armada mangkrak ataupun masih pemeliharaan dikarenakan faktor usia
dan daya mesin serta transmisi, yang masih beroprasi diantaranya beberapa komponenya dari kanibal KRD
MCW yang mangkrak
dan memiliki sparepart bagus dari stok gudang perawatan atau sparepart dari cummins
dan voith walau biayanya tidak sedikit karena
Kereta tersebut memiliki mesin per rangkaian, jika tidak memungkinkan akan diganti mesinya
dan transmisi seperti KRDI (contoh: KRD Kedung Sepur
dan RailClinic naik tenaga hingga 430 Horsepower US
dan transmisi Voith T211Re.4)
Rangkaian modifikasi ini menggunakan mesin Cummins,
dan rangkaian yang mesinnya tidak berfungsi juga dijadikan sebagai gerbong
Kereta ekonomi lokal non-AC di Daerah Operasi I Jakarta maupun Daerah Operasi II Bandung, atau menjadi
Kereta bagasi. Sementara sisanya mangkrak di Balai Yasa Manggarai
dan Balai Yasa Yogyakarta.
= Kereta eks-KRD (1990-an hingga 2017)
=
Kereta eks-KRD di Pulau Jawa
Beberapa KRD
MCW 301 dan 302 yang mangkrak, banyak dijadikan
Kereta ekonomi biasa oleh Balai Yasa Manggarai. Dimulai dari akhir tahun 80-an
dan awal tahun 90-an, ketika itu KRD ini kesulitan suku cadang sehingga banyak yang rusak, maka rangkaian
Kereta itu pun dijadikan
Kereta yang ditarik lokomotif, dengan mencopot mesin
dan meja kendali di kabin masinis. Rangkaian itu dioperasikan sebagai KA Lokal, umumnya tujuan Rangkasbitung maupun Purwakarta.
Tetapi seiring waktu
dan karena alasan keselamatan,
Kereta ini pun dijadikan
Kereta ekonomi biasa,
dan sudah bukan lagi "KRD tanpa mesin". Dilakukanlah modifikasi pada
Kereta-
Kereta tersebut, seperti kabin masinis yang dihilangkan, jendela yang diubah menjadi seperti
Kereta ekonomi biasa,
dan pintu
Kereta yang menjadi manual. Selain itu dilakukan perubahan kode penomoran sesuai dengan peruntukan
Kereta eks-KRD tersebut.
KRD-KRD ini ada yang dimodifikasi menjadi
Kereta ekonomi (K3),
Kereta ekonomi dengan pembangkit listrik (KP3),
dan Kereta bagasi (B). Sebagian
Kereta eks-KRD yang merupakan modifikasi dari KRD
MCW 302 (untuk
Kereta buatan tahun 1978, 80,
dan 81) juga mengalami modifikasi pengurangan jumlah pintu dari 3 unit per sisi menjadi 2 unit per sisi
dan dirancang dengan tangga untuk peron rendah, sama seperti
Kereta eks-KRD
MCW 301.
Untuk pengoperasiannya, rangkaian eks-KRD
MCW 301 dan MCW 302 sama-sama beroperasi di Daerah Operasi I Jakarta
dan Daerah Operasi II Bandung. Untuk rangkaian yang dioperasikan di Bandung sudah menggunakan AC Split.
Untuk
Kereta bagasi eks-KRD, awalnya dioperasikan sebagai
Kereta api barang cepat rute Jakarta - Surabaya maupun digandengkan dengan
Kereta api jarak jauh milik Daop I seperti Sembrani, meskipun akhirnya sejak kedatangan
Kereta bagasi baru dari INKA maka
Kereta ini disambungkan bersama
Kereta api lokal tujuan Rangkasbitung, Merak,
dan Purwakarta hingga akhir masa dinasnya.
Sejak tahun 2015, seluruh
Kereta eks-KRD di Daop I Jakarta sudah tidak beroperasi lagi,
dan pada awalnya
Kereta-
Kereta ini diparkir di Pengawas Urusan
Kereta (PUK) Stasiun Manggarai, lalu dipindah ke Stasiun Tanjung Priok,
dan seiring makin sibuknya Stasiun Tanjung Priok, maka akhirnya
Kereta-
Kereta eks-KRD ini dipindah ke Stasiun Dawuan. Sementara
Kereta eks-KRD milik Daop II Bandung pun mulai dipensiunkan sejak kedatangan
Kereta ekonomi biasa pada tahun 2017, meskipun
Kereta-
Kereta ini sempat dipasang AC
dan juga menggunakan livery terbaru.
Kereta eks-KRD di Sumatera Utara
Di Sumatera Utara, juga sebelumnya pernah mendapat alokasi KRD
MCW 302, tetapi akibat perawatan yang kurang baik, membuat unit KRD-KRD tersebut akhirnya menjadi
Kereta biasa yang ditarik lokomotif.
Kereta eks-KRD di Sumatera Utara pada umumnya masih terlihat bentuk bekas KRD-nya, seperti bekas kabin yang masih terlihat maupun bentuk jendela yang masih sama dengan aslinya. Pada umumnya,
Kereta eks-KRD ini dijadikan
Kereta makan
dan pembangkit (MP2) maupun
Kereta bagasi (B). Namun seiring waktu,
dan seiring kedatangan
Kereta bagasi modifikasi dari
Kereta bisnis dari Jawa yang merupakan
Kereta yang bukan eks-KRD, maka
Kereta eks-KRD ini pun dipensiunkan.
Operasional
KRD ini didinaskan untuk beberapa
Kereta komuter unggulan, antara lain, Patas Bandung Raya, Bumi Geulis, Prameks, Komuter Susi, Komuter Sulam, Kedung Sepur, Bandung-Cicalengka,
dan rangkaian sementara Bathara Kresna.
Kereta ini juga telah dicat dengan berbagai livery. Pertama, livery PJKA yaitu merah-putih untuk kelas bisnis
dan hijau-kuning untuk kelas ekonomi, lalu livery Perumka yaitu hijau-biru untuk kelas bisnis
dan merah-biru untuk kelas ekonomi,
dan pada era PT KA,
Kereta ini sempat dicat dengan berbagai warna, berdasarkan Daop yang mengoperasikannya. Namun, KRD yang mengalami pemeliharaan akhir (PA) sejak 2015 mulai dicat dengan livery "Kesepakatan" semenjak dioperasikannya
Kereta api Jayabaya. Pintu
Kereta untuk kelas bisnis berwarna abu-abu, sedangkan untuk kelas ekonomi berwarna orange. Namun, ada yang pintunya hanya dicat mengikuti warna bodi
Kereta.
Pengecualian berlaku untuk
Kereta bisnis;
Kereta bisnis tidak diberi nomor seri
MCW 302 tetapi MBW karena huruf "B"
dan "C" merupakan kode kelas
Kereta bisnis
dan ekonomi pada zaman Staatsspoorwegen.
Beberapa KRD
MCW banyak yang mengalami modifikasi, seperti perbaikan pada interior maupun fungsinya yang telah mengalami perubahan, seperti RailOne, Wijayakusuma, atau KRD NR yang biasa dikenal sebagai Djoko Tingkir.
Ada juga KRD yang dijadikan
Kereta khusus, yakni, RailClinic yang dioperasikan sebagai
Kereta klinik pertama di Indonesia. Saat ini terdapat tiga set RailClinic yang dimodifikasi dari beberapa KRD, misalnya eks-Bumi Geulis yang digunakan sebagai RailClinic generasi II. Saat ini, telah diproduksi empat unit (dua set) RailClinic, satu dioperasikan di Jawa,
dan satunya lagi dioperasikan di Sumatra. Kode dari RailClinic mengambil kelas Bisinis (K2 3 xx xx), meski format pintu depan seperti eksekutif,
dan pintu lainnya dibiarkan abu-abu seperti bisnis. Selain itu, ada RailLibrary yang akan dioperasikan dalam beberapa waktu dekat ini.
Saat ini, KRD
MCW yang beroperasi normal untuk penumpang hanya satu-satunya pada layanan (
dan rangkaian)
Kereta api Kedung Sepur, karena sisa layanan yang ada, yaitu K2 kepemilikan Bus
rel Bathara Kresna sebagai armada
dan KA SuPor, serta K3 pada rangkaian KA SuPor
dan armada cadangan Batara Kresna, telah menjadi
Kereta Inspeksi. Sisa KRD
MCW 302 yang beroperasi tidak normal ada pada Balai Yasa Yogyakarta.
Posisi pengoperasian
Kereta terletak bagian depan rangkaian posisi sebelah kanan sekaligus komponen kelistrikan (bagian kiri buat asisten, kecuali jika tersambung antar rangkaian akan jadi tempat pintu lalu-lalang atau kursi tambahan penumpang)
dan bagian tengah kabin KRD untuk sambungan jalan penumpang antar rangkaian). Jika mengamati bagian kolong KRD tersebut, mesin tersebut berbasis cummins nt855 seri r5 (mirip dengan BR kelas 150) yaitu 6 silinder segarais horizontal dengan turbocharger
dan intercooler berbasis radiator (posisi mesin tidak benar-benar lurus horizontal, hanya miring 10°)
dan menyatu transmisi voith t211r (tanpa terpisah dari mesin)
dan terhubung dengan garadan yang fleksibel untuk mengerakan roda belakang (Kecuali roda depan) karena 1 mesin
dan 1 bagian pengerak saja.
dan gardan kecil dari mesin buat kompreseor udara
dan Altenator untuk kelistrikan per rangkaian (jika mesin hidup), cara mengendarainya cukup mudah, ketika di gas kencang terdengar suara mesin cukup membuat bising serta siulan turbo mirip dengan bis gigi otomatis. Menggunakan 2 percepatan transmisi voith (gigi 1 0 km-45 km, gigi 2 45 km-90 km) menyebabkan mesin bekerja ekstra keras
dan berakibat turun mesin (sama seperti mesin DMH17H berbasis 8 silinder segaris serta transmisi TCR 2.5 berbasis single ratio gear berakibat mesin cepat rusak) akan tetapi cara gas tersebut berbeda dengan
Kereta diesel eletrik yang di gas sedikit sanggat mudah jalan. Jika transmisi otomatis hidraulis memiliki percepatan tertentu akan memiliki karakter kerja mesin cukup halus (contoh: ZF 6AP2500R memiliki enam percepatan maju atau mundur menyebabkan mesin halus
dan bertambah tenaga
dan top speed saat bawa penumpang serta mampu dengan medan curam) berbeda. Hanya mengandalkan 2 percepatan dari torsi konverter sebagai gigi 1
dan kopling hidraulis sebagai gigi 2 serta gear final ratio tipe overdrive sehingga cara gas pun harus penuh yang menyebabkan mesin
Kereta tersebut turun mesin (kadang-kadang di geber jika tidak ada tenaga, kadang juga di gas penuh di
rel menanjak atau mengerem dari transmisi ataupun juga ketika memanaskan mesin
dan kompresor udara. Bukan KRD ini saja cara mengendarai seperti itu beberapa KRDH lainya
dan lokomotif transmisi sama, kecuali posisi kecepatan penuh) akan tetapi karena mesin tersebut juga transmisi kurang sesuai di daerah tanjakan curam seperti jalur bogor sampai padalarang
dan beban di bawa cukup berat sehingga perawatan juga cukup ekstra.
Jajaran armada yang berbasis gearbox hidrolik memiliki penyakit langganan yaitu: oli mesin cepat kotor atau habis (exchanger heat oil engine (oil cooler) mati atau tidak ada ataupun tersumbat), tidak menggunakan sistem terpisah (suhu air radiator mesin berbeda dari intercooler radiator (aftercooler liquid) yang sanggat panas, akibatnya sistem air radiator menyatu
dan kurang maksimal), tidak ada sistem pendingin oli hidraulis (oil cooler hydraulic AT transmission) yang berpengaruh pada umur komponen
dan lain-lain
dan masalah terbesar adalah rasio tenaga
dan torsi per rangkaian untuk medan di lalui serta bobot yang di pakai
dan rasio gigi untuk transfer tenaga
Galeri
Referensi
= Daftar pustaka
=
Hartono A.S. (2012). Lokomotif &
Kereta rel diesel di Indonesia. Depok: Ilalang Sakti Komunikasi. ISBN 9789791841702.