- Source: Kesultanan wanita
Kesultanan wanita (Turki: Kadınlar Saltanatı) berdiri selama hampir 130 tahun dari abad ke-16 hingga ke-17 ketika wanita Harem dari Kesultanan Utsmaniyah berpengaruh dalam politik. Dimulai dari Hürrem Sultan, Nurbanu Sultan, Safiye sultan, dan berakhir di Kosem Sultan. Keempat perempuan ini mempunyai peran yang besar di setiap era kepemimpinannya.
Hürrem Sultan adalah wanita berdarah Polandia yang lahir pada tahun 1502 ini dulunya ditangkap oleh bangsa Tatar Krimea dan diperbudak ke Kaffa hingga ke Konstantinopel. Nama Hurrem diberikan kepadanya oleh Sultan Sulaiman I yang berarti 'yang bahagia'. Pengaruh Hurrem pada Suleiman hampir secara langsung. Hanya butuh beberapa bulan sejak hari dirinya bertemu dengan Sultan Suleiman untuk kemudian menjadi pendamping terpenting di antara harem-harem lainnya.
Karena kecantikan dan kecerdasannya, dia dengan cepat menarik perhatian Sultan. Pada saat yang sama, dia menimbulkan kecemburuan dan beberapa kali telah menghadapi percobaan pembunuhan sehingga dianggap sebagai penyihir. Ikatan antara Hurrem dan Suleiman lebih dari yang bisa dibayangkan pada zaman itu. Hurrem berhasil mematahkan peraturan yang berisi Sultan hanya boleh mempunyai satu anak dari satu selir, pasangan Hurrem dan Suleiman pun dikaruniai 5 anak Sehzade Mehmed, Mihrimah Sultan, Selim II, Şehzade Bayezid, Şehzade Cihangir. Hubungan dekat mereka menjadi yang pertama dalam sejarah dinasti bahwa sultan bisa hanya berfokus pada satu wanita.
Jabatan Hurrem menjadi kuat ketika ia dinikahi oleh Sulaiman, pengaruh Hurrem atas Sultan segera menjadi legenda. Karena pendidikannya yang sangat baik, Hurrem juga menjadi penasihat Suleiman tentang masalah-masalah negara. Dia juga menjaga hubungan damai antara Kekaisaran Ottoman dan negara Polandia dengan aliansi Polandia-Ottoman. Menurut sejarawan Krimea, dia juga turun tangan untuk mengendalikan penyerangan budak Tatar Krimea.
Ibu dari Selim II ini memiliki yayasan amal. Konsep dan modelnya seperti yang ada pada masa Khalifah Harun al-Rashid dan permaisurinya, Zubaida. Program-program kerjanya tak terlepas dari amal sosial, seperti pembangunan masjid, sekolah Al-Qur'an, air mancur, serta pembangunan rumah sakit di dekat pasar budak wanita di Konstantinopel.
Hurrem juga mendirikan bangunan pemandian umum The Haseki Hurrem Sultan Hamami untuk melayani masyarakat yang berada di Hagia Sophia. Di Yerusalem, dia mendirikan Yayasan The Haseki Sultan Imaret pada 1551 yaitu sebuah dapur umum yang beroperasi guna memberi makan orang miskin dan yang membutuhkan.
Namun sebelum menjabat sebagai Valide Sultan, Hurrem meninggal pada 15 April 1558 karena penyakit yang tidak diketahui.
Jabatan Valide Sultan dan yang memegang Harem diketahui dipegang sementara oleh putrinya Mihrimah Sultan karena pada saat itu ayahnya Sultan Suleiman I masih menjadi raja sebelum akhirnya 8 tahun kemudian meninggal dan digantikan oleh anaknya Selim II.
Dan Kesultanan Perempuan ini berlanjut kepada Nurbanu Sultan, Nurbanu merupakan seorang gadis yang berasal dari Pulau Paros, Republik Venesia yang lahir pada 1525 M. Menurut catatan Venesia, Nurbanu memiliki nama kecil Cecilia Venier Baffo Olivia. Ia merupakan anak dari Nicolo Venier, seorang Lord of Paros bernama Violante Baffo. Nurbanu merupakan keponakan dari Duke of Venesia, Sebastiano Venier. Saat kerajaan Ottoman Turki menaklukan Paros, Nurbanu diambil menjadi selir Sultan Selim II. Ia pun resmi menjadi Harem Kerajaan Ottoman. Cecilia yang tadinya beragama Katolik menjadi Islam dan berganti nama menjadi Afifah Nurbanu.
Saat itu, wilayahnya masih menjadi bagian dari Yunani. Nurbanu menjelma menjadi permaisuri yang paling disukai Sultan Selim II dari Kerajaan Ottoman Turki. Nurbanu naik menjadi permaisuri saat anak laki-lakinya dari Selim II diangkat menjadi putra mahkota. Anak laki-laki tersebut kelak akan menggantikan sang ayah menjadi Sultan Ottoman dengan gelar Sultan Murad III
Saat itu, Nurbanu diangkat menjadi ibu suri kerajaan yang lebih dikenal dengan Valide Sultan pada 1566 M. Dan selir pertama yang menjadi Valide Sultan dalam sejarah Kerajaan Ottoman. Menjadi selir pada usia 12 tahun pada 1537, Nurbanu dipilih menjadi permaisuri kesayangan Sultan Selim II dan melahirkan tiga anak perempuan dan satu laki-laki. Setelah menjadi permaisuri, dia pun menjadi kepala harem kesultanan. Meskipun Sultan Selim II mengambil selir lain, Nurbanu tetap menjadi istri yang paling disayang karena kecantikan dan kecerdasannya. Selama menjadi permaisuri, Nurbanu juga mendampingi suaminya sebagai penasihat.
Bahkan, saat Sultan Selim II wafat pada 1574, Nurbanu setia mendampingi jasadnya dan memasukkannya ke dalam lemari pendingin sembari menunggu anaknya kembali. Sepeninggal suaminya, Nurbanu bersama Wazir Agung Sokollu Mehmet Pasha menjabat sebagai kepala penasehat Murad III. Nurbanu menjadi bagian dari Kesultanan Ottoman dan menjalin kerja sama dengan Catherine de Medici seorang Bupati Prancis. Mereka bekerja sama dalam bidang hukum dan pengadilan.
Sejak suaminya meninggal, secara de facto dia menjadi penguasa sebagai ibu suri selama sembilan tahun, dari 1574-1583. Sejak kepemimpinannya, Nurbanu berpengaruh dalam perkembangan pembangunan dan sistem politik Kerajaan Ottoman.
Nurbanu menugaskan arsitek Mimar Sinan untuk membangun Masjid Atik Valide di Istanbul. Ia merupakan seorang istri yang setia. Pembuktiannya terjadi ketika pemerintahan yang dipimpinnya mengalami ketidakstabilan saat suaminya wafat.
Ketika itu, anaknya, Pangeran Murad III, dikirim untuk melayani Gubernur Manisa di Agean. Saat itu, merupakan kesempatan bagi orang lain untuk merebut kekuasaan saat sultan wafat dan anaknya yang jauh dari ibu kota. Nurbanu menyadari hal itu sehingga dia mengambil tindakan dengan cepat. Menyembunyikan jasad suaminya dalam lemari pendingin merupakan cara untuk mempertahankan kekuasaan. Sehingga, orang lain mengganggap sultan masih hidup.
Kemampuannya memimpin Ottoman menimbulkan kebencian dari kerajaan lain. Isu yang beredar Nurbanu meninggal dunia karena dibunuh dengan diracuni agen dari Republik Genoa. Nurbanu pun meninggal pada 7 Desember 1583. Dia dimakamkan di dekat makam suaminya, Sultan Selim II yang terletak di Masjid Hagia Sophia Sultanahmet, Istanbul, Turki.
Masa kepemimpinan perempuan pun berlanjut kepada Safiye Sultan. Identitas Safiye sering dikacaukan dengan identitas ibu mertuanya yaitu Nurbanu Sultan, yang membuat beberapa orang percaya bahwa Safiye juga merupakan keturunan Venesia. Safiye Sultan adalah selir dari Sultan Murad III dan Valide Sultan dari Kekaisaran Ottoman sebagai Ibu dari Mehmed III . Rumor ataupun berita simpang siur yang beredar Safiye juga mempunyai 2 anak lainnya yaitu Iskander dan Fahriye Sultan. Safiye juga nenek dari Sultan Ahmed I dan Mustafa I.
Safiye lahir di dataran tinggi Dukagjin, sekarang menjadi bagian dari Albania. Nama aslinya adalah Sophia, diperkirakan Safiye, lahir tahun 1550. Pada tahun 1563 ia dikirim sebagai selir bagi Sehzade Murad III yang kelak menjadi Sultan oleh Humasah Sultan, putri dari Sehzade Mehmed (putra dari Sultan Sulaiman I dan Hürrem Sultan) .
Sophia kemudian diberi nama Safiye yang berarti "yang murni", ketika dia menjadi selir kesayangan Murad III. Safiye menjadi Valide Sultan (m. 1595-1603) ketika putranya naik tahta menjadi Sultan Mehmed III. Dia memiliki pengaruh yang besar dan juga melanjutkan kebijakan luar negeri yang pro-Venesia. Menariknya, Safiye juga pernah bertukar surat dan hadiah diplomatik dengan Ratu Elizabeth I dari Inggris .
Masjid Yeni Valide dibangun pada tahun 1597 atas perintah Safiye Sultan yang merupakan istri dari seorang sultan utsmaniyah yaitu Sultan Murad III.
Safiye Sultan diperkirakan meninggal ditahun 1618-1622 .Safiye Sultan dalam masa pemerintahan 7 Sultan: Sulaiman I, Selim II,Murad III, Mehmed III, Ahmed I, Mustafa I,Osman I.
Masa kememimpinan perempuan jatuh dari Safiye Sultan ke Kosem Sultan
Kösem Sultan memiliki nama lengkap beserta gelar: Devletlu İsmetlu Mahpeyker Kösem Valide Sultan Aliyyetü'ş-Şân Hazretleri. Ia lahir di Tinos, Yunani pada tahun 1590. Kösem berasal dari Yunani dan merupakan putri dari seorang pendeta kristen ortodoks Yunani di pulau Tinos. Sebelum memeluk agama Islam, ia memiliki nama asli Anastasia.
Ia diculik & dijadikan budak di Bosnia, yang merupakan wilayah kekuasaan Ottoman oleh beylerbey (setingkat Gubernur) Bosnia dan dikirim ke Konstantinopel (Istanbul), ibukota Ottoman.
Pada usia lima belas tahun, Anastasia dikirim ke Harem Sultan Ahmed I di Istana Topkapi, Istanbul. Di Harem, Anastasia diberi pendidikan mengenai pekerjaan rumah tangga, Al Qur'an dan Hadis, musik, matematika, bahasa dan sastra serta ilmu kesenian lainnya, setelah memeluk agama Islam, namanya diubah menjadi Mahpeyker (yang artinya Bulan Terbentuk), dan kemudian oleh Sultan Ahmed I namanya diganti menjadi Kösem( yang memimpin kawanan ) kerana kecerdasan dan kebijaksanaan dalam ilmu politik. Kösem memiliki postur badan yang ramping serta tinggi, bermata biru dan redup, berkulit putih dan berwajah bulat, hidung mancung serta berambut ikal. Kecantikannya dan kecerdasannya telah menarik perhatian Sultan Ahmed I.
Setelah lama tinggal di Harem, Kösem akhirnya dinikahi oleh Sultan Ahmed I & menjadi Istri sah dan favoritnya. Tak lama ia ditabal sebagai Haseki Sultan (ketua permaisuri) di kekaisaran Ottoman serta mendapat autoriti menjadi kepala Harem dan memimpin Harem kekaisaran. Dalam tempoh itu, Kosem telah melahirkan 4 putri dan 4 putra yang dua daripadanya akan menjadi sultan Utsmaniyah dimasa depan sekaligus mendahului selir-selir yang lain. Kosem juga telah mengadopsi Osman I iaitu putra pertama Ahmed I setelah ibunya Mahfiruze Hatun diusir dari istana pada 1618 tanpa alasan yang diketahui, Mahfiruz adalah selir pertama Ahmed I yang berasal dari Circassia dan sejarawan mempercayai bahawa Ahmed I telah memerintahkan Mahfiruze Hatun dihukum cambuk karena ulah Mahfiruz memukul dan menyakiti istri kesayangan Ahmed I dipercayai itu adalah Kosem sendiri. Tidak cukup menjadi permaisuri kepala, Kosem juga merupakan penasihat politik utama kepada Sultan Ahmed I dan selalu menyertai Ahmed I dibalik tirai ketika bermesyuarat di Divan.
Setelah Sultan Ahmed I meninggal dunia, Kösem Sultan memegang tampuk pimpinan dengan jabatan Haseki Sultan atau permaisuri tunggal. Kekuasaanya semakin meningkat ketika bertahta sebagai Valide Sultan (Ibu Suri) mewakili putranya Ibrahim dan Murad IV serta cucunya Mehmed IV. Selain menjabat sebagai Valide Sultan, Kosem Sultan juga memangku jabatan sebagai Naib i Saltanat (Pemangku Sultan) mewakili Murad IV dan Mehmed IV.
Hal ini jugalah yang menjadi alasan mengapa pada tahun 1600an kekaisaran Ottoman disebut sebagai Kadinlar Saltanati (masa kepemimpinan perempuan). Karena pada masa ini, sultan-sultan yang ada hanya menjadi penguasa boneka belaka, sementara kebijakan-kebijakan strategis, hubungan nasional, dan internasional diputuskan oleh Ibu mereka yang merupakan Ibu Suri (Valide Sultan).
Sejarah mencatat ia adalah wanita paling berkuasa dan terkuat dalam kerajaan Utsmaniyah sekaligus figura paling tersohor dan terkemuka di era Kesultanan Wanita. Kebijakan yang pernah ia buat adalah mewajibkan para pemilik budak agar memerdekakan budaknya setelah bekerja selama 3 tahun. Beliau suka menyumbangkan mahar kepada gadis-gadis yang berasal dari keluarga miskin serta membekalkan mereka sejumlah belanja, gaun perkawinan serta kelengkapan rumah tangga. Kosem tahu benar bagaimana mengambil hati rakyatnya dia gemar mengunjungi hospital, masjid, gereja dan sekolah, dan mendadak Kosem Sultan menjadi figura yang dihormati dan dicintai seluruh rakyat Islam Utsmaniyah dan Kristian Eropa.
Selama bertakhta sebagai Ibu Suri(Vālide Sultan), Kösem (dan semua dari enam sultan yang memerintah pada periode ini) memangkas anggaran istana. Kösem tidak memiliki belas kasihan untuk musuh-musuh politiknya, tetapi dia tampaknya peduli pada orang-orang miskin yang meminta bantuan kepadanya. Selain itu, pada bulan Rajab setiap tahunnya, Kösem akan melawat penjara-penjara dengan membebaskan dan membayarkan narapidana yang dipenjarakan kerana hutang dan kesalahan lainnya(kecuali kesalahan pembunuhan).
Kosem banyak melakukan proyek sosial selama masa pemerintahannya. Diantaranya adalah pembangunan masjid, sekolah, dan darulhadis di Üsküdar. Di Mesir pula, Kosem telah membiayai pembangunan saluran pengairan bermula dari Sungai Nil sehingga ke ibu kota Kaherah.
Selain itu, dia juga mendirikan Masjid Anadolukavağı yang memiliki air mancur di Şehremini serta proyek paling terkenal adalah kompleks Büyük Valide Han yang dibangun di Eminonu. Kompleks ini mempunyai fasilitas terdiri daripada ruang bazaar, sekolah, asrama serta pemandian umum untuk kegunaan para pedagang luar yang singgah di Konstantinopel. Kosem juga mendirikan yayasan untuk memenuhi kebutuhan air para peziarah haji, membantu orang miskin dan mengajarkan Al Qur’an di Haramain. Kosem juga pernah mewujudkan sebuah badan kebajikan khusus membantu orang-orang miskin yang berasal dari ahlul bait Rasulullah SAW yang tinggal di kota suci Makkah dan Madinah. Di Constantinople, Kösem telah membangun dapur umum khususnya untuk masyarakat miskin dan gelandangan yang kelaparan.
Akhir hidup Kösem Sultan sangat tragis. Ia tewas dibunuh dengan cara dicekik pada tanggal 2 September 1651 kerana perebutan kekuasaan diantara Kösem dan menantunya Haseki Sultan Turhan Sultan yang juga Valide Sultan. Setelah Mehmed IV menaiki takhta, jawatan Valide Sultan haruslah beralih kepadanya ibunya Turhan Hatice Sultan seorang selir berbangsa Slavia, ia bernama asli Nadya dan diculik dari keluarganya ketika berusia 12 tahun oleh penjarah Tatar dan dibawa oleh Kor Suleyman Pasha ke Istana Topkapi pada tahun 1642 untuk diberikan kepada Kösem Sultan sebagai hadiah dari pemerintah Khan of Crimea, ia didandani oleh Kösem telah memberikan Turhan kepada putranya Ibrahim I untuk dijadikan selir. Namun, lama kelamaan Turhan telah berubah menjadi wanita yang ambisius dan keras kepala, menyedari menantunya sukar dikendalikan, Kösem telah membuat konspirasi membunuh Mehmed IV dan ibunya Turhan Sultan dan menggantinya dengan seorang lagi selir Ibrahim I iaitu Asub Sultan dan putranya Suleyman, Asub menurut Kösem adalah seorang yang naif dan mudah dipengaruhi, namun salah seorang pembantu setia Kösem iaitu Meleki Hatun telah membongkar hal ini kepada Turhan, Turhan disokong oleh Kepala Kasim Hitam Suleyman Agha dan para grand vizier manakala Kösem mendapat dukungan dari tentera elit Jannisaries. Suleyman Agha bersama 120 orang terdiri dari Kasim Hitam dan orang suruhan Turhan telah menyerbu kamar Kösem yang diawasi seramai 300 tentera Jannisaries namun kebanyakan tentera tewas dalam pertarungan, Kosem menyedari kedatangan mereka lantas menyembunyikan dirinya didalam gubuk lemari, salah seorang lelaki Albania Bostanci Ali telah melihat helaian gaun Kösem yang terkeluar dibalik pintu lemari, lantas dia menarik Kösem keluar dari lemari dan membawanya ke tengah kamar dan mencekik Kosem dengan bantuan empat Kasim, setelah itu mereka meninggalkan jasad Kosem terbaring, namun ada hal yang mengejutkan rupanya Kosem masih bernyawa dan cuma pingsan, dia siuman dan mengumpul tenaganya untuk bangun dan melarikan diri sambil berharap tentera Jannisaries datang menyelamatkannya. Para Kasim mengejar Kosem, mereka berjaya menangkap Kosem kembali, seketika Suleyman Agha telah menjerut lehernya dengan tali langsir dan Kosem pun menemui ajalnya. Jenazah Kösem kemudiannya disemayamkan keesokan harinya tanpa istiadat pemakaman bersebelahan makam suaminya, Ahmed I di Masjid Biru, Istanbul. Kematian Kösem telah membuat penduduk Istanbul bersedih dan mereka berkabung selama 3 hari dengan menghentikan segala kegiatan ekonomi dan menutup masjid-masjid di sekitar ibu kota.
Setelah kematiannya, ia dikenal dengan nama "Valide-i Maktule" (ibu yang terbunuh), dan "Valide-i Șehide" (ibu yang menjadi martir).
Setelah kematian Kosem Sultan, pasha berpengaruh memutuskan bahwa tidak ada wanita lain yang dapat memerintah Kekaisaran Ottoman. Itu adalah akhir dari periode yang berpengaruh bagi wanita di Istana Topkapi (dimulai oleh Hürrem Sultan di paruh pertama abad ke-16).
Pranala luar
Sultanate of women
Kata Kunci Pencarian:
- Kesultanan Utsmaniyah
- Kesultanan wanita
- Sultan
- Kesultanan Gowa
- Kesultanan Banten
- Daftar sultan Utsmaniyah
- Kesultanan Kutai Kertanegara ing Martapura
- Kesultanan Palembang
- Brunei Darussalam
- Kesultanan Cirebon
- Mataram Sultanate
- Jambi Malay