Ketahanan pangan atau (keter)jaminan
pangan adalah ketersediaan
pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dikatakan memiliki
Ketahanan pangan jika penghuninya tidak berada dalam kondisi kelaparan atau dihantui ancaman kelaparan.
Ketahanan pangan merupakan ukuran kelentingan terhadap gangguan pada masa depan atau ketiadaan suplai
pangan penting akibat berbagai faktor seperti kekeringan, gangguan perkapalan, kelangkaan bahan bakar, ketidak stabilan ekonomi, peperangan, dan sebagainya. Penilaian
Ketahanan pangan dibagi menjadi keswadayaan atau keswasembadaan perorangan (self-sufficiency) dan ketergantungan eksternal yang membagi serangkaian faktor risiko. Meski berbagai negara sangat menginginkan keswadayaan secara perorangan untuk menghindari risiko kegagalan transportasi, namun hal ini sulit dicapai di negara maju karena profesi masyarakat yang sudah sangat beragam dan tingginya biaya produksi bahan
pangan jika tidak diindustrialisasikan. Kebalikannya, keswadayaan perorangan yang tinggi tanpa perekonomian yang memadai akan membuat suatu negara memiliki kerawanan produksi.
World Health Organization mendefinisikan tiga komponen utama
Ketahanan pangan, yaitu ketersediaan
pangan, akses
pangan, dan pemanfaatan
pangan. Ketersediaan
pangan adalah kemampuan memiliki sejumlah
pangan yang cukup untuk kebutuhan dasar. Akses
pangan adalah kemampuan memiliki sumber daya, secara ekonomi maupun fisik, untuk mendapatkan bahan
pangan bernutrisi. Pemanfaatan
pangan adalah kemampuan dalam memanfaatkan bahan
pangan dengan benar dan tepat secara proporsional. FAO menambahkan komponen keempat, yaitu kestabilan dari ketiga komponen tersebut dalam kurun waktu yang panjang.
Kebijakan sebuah negara dapat mempengaruhi akses masyarakat kepada bahan
pangan, seperti yang terjadi di India. Majelis tinggi India menyetujui rencana ambisius untuk memberikan subsidi bagi dua pertiga populasi negara itu. Rancangan Undang-Undang
Ketahanan pangan ini mengusulkan menjadikan
pangan sebagai hak warga negara dan akan memberikan lima kilogram bahan
pangan berharga murah per bulan untuk 800 juta penduduk miskinnya.
Sejarah
Ketahanan pangan adalah sebuah kondisi yang terkait dengan ketersediaan bahan
pangan secara berkelanjutan. Kekhawatiran terhadap
Ketahanan pangan telah ada dalam sejarah. Sejak 10 ribu tahun yang lalu lumbung telah digunakan di Tiongkok dengan kekuasaan penggunaan secara terpusat di peradaban di Tiongkok Kuno dan Mesir Kuno. Mereka melepaskan suplai
pangan di saat terjadinya kelaparan. Namun
Ketahanan pangan hanya dipahami pada tingkat nasional, dengan definisi bahwa negara akan aman secara
pangan jika produksi
pangan meningkat untuk memenuhi jumlah permintaan dan kestabilan harga. Definisi baru mengenai
Ketahanan pangan dibuka pada tahun 1966 di World Food Summit yang menekankan
Ketahanan pangan dalam konteks perorangan, bukan negara.
= Ketersediaan
=
Ketersediaan
pangan berhubungan dengan suplai
pangan melalui produksi, distribusi, dan pertukaran. Produksi
pangan ditentukan oleh berbagai jenis faktor, termasuk kepemilikan lahan dan penggunaannya; jenis dan manajemen tanah; pemilihan, pemuliaan, dan manajemen tanaman pertanian; pemuliaan dan manajemen hewan ternak; dan pemanenan. Produksi tanaman pertanian dapat dipengaruhi oleh perubahan temperatur dan curah hujan. Pemanfaatan lahan, air, dan energi untuk menumbuhkan bahan
pangan sering kali berkompetisi dengan kebutuhan lain. Pemanfaatan lahan untuk pertanian dapat berubah menjadi pemukiman atau hilang akibat desertifikasi, salinisasi, dan erosi tanah karena praktik pertanian yang tidak lestari.
Produksi tanaman pertanian bukanlah suatu kebutuhan yang mutlak bagi suatu negara untuk mencapai
Ketahanan pangan. Jepang dan Singapura menjadi contoh bagaimana sebuah negara yang tidak memiliki sumber daya alam untuk memproduksi bahan
pangan namun mampu mencapai
Ketahanan pangan.
Distribusi
pangan melibatkan penyimpanan, pemrosesan, transportasi, pengemasan, dan pemasaran bahan
pangan. Infrastruktur rantai pasokan dan teknologi penyimpanan
pangan juga dapat mempengaruhi jumlah bahan
pangan yang hilang selama distribusi. Infrastruktur transportasi yang tidak memadai dapat menyebabkan peningkatan harga hingga ke pasar global. Produksi
pangan per kapita dunia sudah melebihi konsumsi per kapita, namun di berbagai tempat masih ditemukan kerawanan
pangan karena distribusi bahan
pangan telah menjadi penghalang utama dalam mencapai
Ketahanan pangan.
= Akses
=
Akses terhadap bahan
pangan mengacu kepada kemampuan membeli dan besarnya alokasi bahan
pangan, juga faktor selera pada suatu individu dan rumah tangga. PBB menyatakan bahwa penyebab kelaparan dan malagizi sering kali bukan disebabkan oleh kelangkaan bahan
pangan namun ketidakmampuan mengakses bahan
pangan karena kemiskinan. Kemiskinan membatasi akses terhadap bahan
pangan dan juga meningkatkan kerentanan suatu individu atau rumah tangga terhadap peningkatan harga bahan
pangan. Kemampuan akses bergantung pada besarnya pendapatan suatu rumah tangga untuk membeli bahan
pangan, atau kepemilikan lahan untuk menumbuhkan makanan untuk dirinya sendiri. Rumah tangga dengan sumber daya yang cukup dapat mengatasi ketidakstabilan panen dan kelangkaan
pangan setempat serta mampu mempertahankan akses kepada bahan
pangan.
Terdapat dua perbedaan mengenai akses kepada bahan
pangan. (1) Akses langsung, yaitu rumah tangga memproduksi bahan
pangan sendiri, (2) akses ekonomi, yaitu rumah tangga membeli bahan
pangan yang diproduksi di tempat lain. Lokasi dapat mempengaruhi akses kepada bahan
pangan dan jenis akses yang digunakan pada rumah tangga tersebut. Meski demikian, kemampuan akses kepada suatu bahan
pangan tidak selalu menyebabkan seseorang membeli bahan
pangan tersebut karena ada faktor selera dan budaya. Demografi dan tingkat edukasi suatu anggota rumah tangga juga gender menentukan keinginan memiih bahan
pangan yang diinginkannya sehingga juga mempengaruhi jenis
pangan yang akan dibeli. USDA menambahkan bahwa akses kepada bahan
pangan harus tersedia dengan cara yang dibenarkan oleh masyarakat sehingga makanan tidak didapatkan dengan cara memungut, mencuri, atau bahkan mengambil dari cadangan makanan darurat ketika tidak sedang dalam kondisi darurat.
= Pemanfaatan
=
Ketika bahan
pangan sudah didapatkan, maka berbagai faktor mempengaruhi jumlah dan kualitas
pangan yang dijangkau oleh anggota keluarga. Bahan
pangan yang dimakan harus aman dan memenuhi kebutuhan fisiologis suatu individu. Keamanan
pangan mempengaruhi pemanfaatan
pangan dan dapat dipengaruhi oleh cara penyiapan, pemrosesan, dan kemampuan memasak di suatu komunitas atau rumah tangga. Akses kepada fasilitas kesehatan juga mempengaruhi pemanfaatan
pangan karena kesehatan suatu individu mempengaruhi bagaimana suatu makanan dicerna. Misal keberadaan parasit di dalam usus dapat mengurangi kemampuan tubuh mendapatkan nutrisi tertentu sehingga mengurangi kualitas pemanfaatan
pangan oleh individu. Kualitas sanitasi juga mempengaruhi keberadaan dan persebaran penyakit yang dapat mempengaruhi pemanfaatan
pangan sehingga edukasi mengenai nutrisi dan penyiapan bahan
pangan dapat mempengaruhi kualitas pemanfaatan
pangan.
= Stabilitas
=
Stabilitas
pangan mengacu pada kemampuan suatu individu dalam mendapatkan bahan
pangan sepanjang waktu tertentu. Kerawanan
pangan dapat berlangsung secara transisi, musiman, ataupun kronis (permanen). Pada
Ketahanan pangan transisi,
pangan kemungkinan tidak tersedia pada suatu periode waktu tertentu. Bencana alam dan kekeringan mampu menyebabkan kegagalan panen dan mempengaruhi ketersediaan
pangan pada tingkat produksi. Konflik sipil juga dapat mempengaruhi akses kepada bahan
pangan. Ketidakstabilan di pasar menyebabkan peningkatan harga
pangan sehingga juga menyebabkan kerawanan
pangan. Faktor lain misalnya hilangnya tenaga kerja atau produktivitas yang disebabkan oleh wabah penyakit. Musim tanam mempengaruhi stabilitas secara musiman karena bahan
pangan hanya ada pada musim tertentu saja. Kerawanan
pangan permanen atau kronis bersifat jangka panjang dan persisten.
Stabilitas
pangan merupakan taraf tertinggi dari tingkatan kepemilikan atau penguasaan
pangan. Urutan tingkatan yang dimaksud mulai dari yang terendah sampai yang tertinggi adalah pertama:
Ketahanan pangan, kedua: kemandirian
pangan, dan ketiga: ketangguhan atau stabilitas
pangan.
= Degradasi lahan
=
Pertanian intensif mendorong terjadinya penurunan kesuburan tanah dan penurunan hasil. Diperkirakan 40% dari lahan pertanian di dunia terdegradasi secara serius. Di Afrika, jika kecenderungan degradasi tanah terus terjadi, maka benua itu hanya mampu memberi makan seperempat penduduknya saja pada tahun 2025.
= Hama dan penyakit
=
hama dan penyakit mampu mempengaruhi produksi budi daya tanaman dan peternakan sehingga memiliki dampak bagi ketersediaan bahan
pangan. Contoh penyakit tanaman Ug99, salah satu tipe penyakit karat batang pada gandum dapat menyebabkan kehilangan hasil pertanian hingga 100%. Penyakit ini telah ada di berbagai negara di Afrika dan Timur Tengah. Terganggunya produksi
pangan di wilayah ini diperkirakan mampu mempengaruhi
Ketahanan pangan global.
Keanekaragaman genetika dari kerabat liar gandum dapat digunakan untuk memperbarui varietas modern sehingga lebih tahan terhadap karat batang. Gandum liar ini dapat diseleksi di habitat aslinya untuk mencari varietas yang tahan karat, lalu informasi genetikanya dipelajari. Terakhir varietas modern dan varietas liar disilangkan dengan pemuliaan tanaman modern untuk memindahkan gen dari varietas liar ke varietas modern.
= Krisis air global
=
Berbagai negara di dunia telah melakukan importasi gandum yang disebabkan oleh terjadinya defisit air, dan kemungkinan akan terjadi pada negara besar seperti China dan India. Tinggi muka air tanah terus menurun di beberapa negara dikarenakan pemompaan yang berlebihan. China dan India telah mengalaminya, dan negara tetangga mereka (Pakistan, Afghanistan, dan Iran) telah terpengaruh hal tersebut. Hal ini akan memicu kelangkaan air dan menurunkan produksi tanaman
pangan. Ketika produksi tanaman
pangan menurun, harga akan meningkat karena populasi terus bertambah. Pakistan saat ini masih mampu memenuhi kebutuhan
pangan di dalam negerinya, namun dengan peningkatan populasi 4 juta jiwa per tahun, Pakistan kemungkinan akan melirik pasar dunia dalam memenuhi kebutuhan pangannya, sama seperti negara lainnya yang telah mengalami defisit air seperti Afghanistan, Ajlazair, Mesir, Iran, Meksiko, dan Pakistan.
Secara regional, kelangkaan air di Afrika adalah yang terbesar dibandingkan negara lainnya di dunia. Dari 800 juta jiwa, 300 juta penduduk Afrika telah hidup di lingkungan dengan stres air. Karena sebagian besar penduduk Afrika masih bergantung dengan gaya hidup berbasis pertanian dan 80-90% penduduk desa memproduksi
pangan mereka sendiri, kelangkaan air adalah sama dengan hilangnya
Ketahanan pangan.
Investasi jutaan dolar yang dimulai pada tahun 1990an oleh Bank Dunia telah mereklamasi padang pasir dan mengubah lembah Ica yang kering di Peru menjadi pensuplai asparagus dunia. Namun tinggi muka air tanah terus menurun karena digunakan sebagai irigasi secara terus menerus. Sebuah laporan pada tahun 2010 menyimpulkan bahwa industri ini tidak bersifat lestari. Mengubah arah aliran air sungai Ica ke lahan asparagus juga telah menyebabkan kelangkaan air bagi masyarakat pribumi yang hidup sebagai penggembala hewan ternak.
= Perebutan lahan
=
Kepemilikan lahan lintas batas negara semakin meningkat. Perusahaan Korea Utara Daewoo Logistics telah mengamankan satu bidang lahan yang luas di Madagascar untuk mebudidayakan jagung dan tanaman pertanian lainnya untuk produksi biofuel. Libya telah mengamankan 250 ribu hektare lahan di Ukraina dan sebagai gantinya Ukraina mendapatkan akses ke sumber gas alam di Libya. China telah memulai eksplorasi lahan di sejumlah tempat di Asia Tenggara. Negara di semenanjung Arab telah mencari lahan di Sudan, Ethiopia, Ukraina, Kazakhstan, Pakistan, Kamboja, dan Thailand. Qatar berencana menyewa lahan di sepanjang panyai di Kenya untuk menumbuhkan sayuran dan buah, dan sebagai gantinya akan membangun pelabuhan besar dekat Lamu, pulau di samudra Hindia yang menjadi tujuan wisata.
= Perubahan iklim
=
Fenomena cuaca yang ekstrem seperti kekeringan dan banjir diperkirakan akan meningkat karena perubahan iklim terjadi. Kejadian ini akan memiliki dampak di sektor pertanian. Diperkirakan pada tahun 2040, hampir seluruh kawasan sungai Nil akan menjadi padang pasir di mana aktivitas budi daya tidak dimungkinkan karena keterbatasan air. Dampak dari cuaca ekstrem mencakup perubahan produktivitas, gaya hidup, pendapatan ekonomi, infrastruktur, dan pasar.
Ketahanan pangan pada masa depan akan terkait dengan kemampuan adaptasi budi daya bercocok tanam masyarakat terhadap perubahan iklim. Di Honduras, perempuan Garifuna membantuk meningkatkan
Ketahanan pangan lokal dengan menanam tanaman umbi tradisional sambil membangun metode konservasi tanah, melakukan pelatihan pertanian organik dan menciptakan pasar petani Garifuna. Enam belas kota telah bekerja sama membangun bank benih dan peralatan pertanian. Upaya untuk membudidayakan spesies pohon buah liar di sepanjang pantai membantu mencegah erosi tanah.
Diperkirakan 2.4 miliar penduduk hidup di daerah tangkapan air hujan di sekitar Himalaya. Negara di sekitar Himalaya (India, Pakistan, China, Afghanistan, Bangladesh, Myanmar, dan Nepal) dapat mengalami banjir dan kekeringan pada dekade mendatang. Bahkan di India, sungan Ganga menjadi sumber air minum dan irigasi bagi 500 juta jiwa. Sungai yang bersumber dari gletser juga akan terpengaruh. Kenaikan permukaan laut diperkirakan akan meningkat seiring meningkatnya temperatur bumi, sehingga akan mengurangi sejumlah lahan yang dapat digunakan untuk pertanian.
Semua dampak dari perubahan iklim ini berpotensi mengurangi hasil pertanian dan peningkatan harga
pangan akan terjadi. Diperkirakan setiap peningkatan 2.5% harga
pangan, jumlah manusia yang kelaparan akan meningkat 1%. Berubahnya periode dan musim tanam akan terjadi secara drastis dikarenakan perubahan temperatur dan kelembaban tanah.
Lihat pula
Referensi
Bahan bacaan terkait
Cox, P. G., S. Mak, G. C. Jahn, and S. Mot. 2001. Impact of technologies on food security and poverty alleviation in Cambodia: designing research processes. pp. 677–684 In S. Peng and B. Hardy [eds.] "Rice Research for Food Security and Poverty Alleviation." Proceeding the International Rice Research Conference, March 31, – April 3, 2000, Los Baños, Philippines: International Rice Research Institute. 692 p.
Singer, H. W. (1997). A global view of food security. Agriculture + Rural Development, 4: 3–6. Technical Center for Agricultural and Rural Development (CTA).
von Braun, Joachim; Swaminathan, M. S.; Rosegrant, Mark W. 2004. Agriculture, food security, nutrition and the Millennium Development Goals (Annual Report Essay) Washington, D.C.: International Food Policy Research Institute (IFPRI)
Biotechnology, Agriculture, and Food Security in Southern Africa edited by Steven Were Omamo and Klaus von Grebmer (2005) (Brief and Book available)
Brown ME, Funk CC (February 2008). "Climate. Food security under climate change". Science. 319 (5863): 580–1. doi:10.1126/science.1154102. PMID 18239116. .
Lobell DB, Burke MB, Tebaldi C, Mastrandrea MD, Falcon WP, Naylor RL (February 2008). "Prioritizing climate change adaptation needs for food security in 2030". Science. 319 (5863): 607–10. doi:10.1126/science.1152339. PMID 18239122. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
Introduction to the Basic Concepts of Food Security EC-FAO Food Security Programme (2008) Practical Guide Series
The environmental food crisis Diarsipkan 2016-12-18 di Wayback Machine. A study done by the UN on feeding the world population (2009)
Climate change: Impact on agriculture and costs of adaptation A report by the International Food Policy Research Institute that presents research results that quantify the impacts of climate change, assesses the consequences for food security, and estimates the investments that would offset the negative consequences for human well-being.
Moseley, W.G. and B.I. Logan. 2005. "Food Security." In: Wisner, B., C. Toulmin and R. Chitiga (eds). Toward a New Map of Africa. London: Earthscan Publications. Pp. 133–152.
Food Security Communications Toolkit from the Food and Agriculture Organization of the UN
Nord, Mark. "Struggling To Feed the Family: What Does It Mean To Be Food Insecure?".
Food Insecurity, a special issue on the topic by the Journal of Applied Research on Children. (2012)
Pranala luar
FAO Food Security Statistics
World Summit on Food Security
The World Food Summit Diarsipkan 2018-10-12 di Wayback Machine.
The Global Food Security and Nutrition Forum (FSN Forum)
e-learning about Right to Food
Global Food Security Threatened by Corporate Land Grabs in Poor Countries – video report by Democracy Now!
Video: Food Security and Its Impact on International Development and HIV Reduction Diarsipkan 2009-01-03 di Wayback Machine. (October 16, 2006) A Woodrow Wilson Center event featuring Jordan Dey, UNFP; William Noble, Africare; and Suneetha Kadiyala, IFPRI
CSRL, Iowa State's cooperative aid program
Can China Feed Itself? A System for Evaluation of Policy Options. Diarsipkan 2013-10-01 di Wayback Machine.
Food Security Communications Toolkit from FAO
Food Security: Center for Global Studies at the University of Illinois Diarsipkan 2013-08-03 di Wayback Machine.