- Source: Ketapang, Kalipuro, Banyuwangi
- Stasiun Ketapang (Banyuwangi)
- Ketapang, Kalipuro, Banyuwangi
- Daftar Bupati Banyuwangi
- Pelabuhan Ketapang
- Jalur kereta api Kalisat–Banyuwangi
- Kabupaten Banyuwangi
- Banyuwangi, Banyuwangi
- Kalipuro, Banyuwangi
- Ketapang, Panjang, Bandar Lampung
- Kalipuro, Kalipuro, Banyuwangi
- Ketapang railway station (Banyuwangi)
- Banyuwangi Regency
- List of districts of East Java
- Rail transport in Indonesia
Ketapang adalah sebuah desa di Kalipuro, Banyuwangi, Jawa Timur. Dinamakan "Ketapang" karena di daerah tersebut banyak tumbuh pohon ketapang (Terminallia catappa). Desa ini dikenal karena pelabuhan penyeberangan dengan ferinya yang ramai dilalui yang terhubung ke Pelabuhan Gilimanuk di Melaya, Jembrana, Bali.
Sejarah
= Asal Nama
=Desa KETAPANG yang terlatak di Kecamatan Kalipuro adalah salah satu desa yang beruntung di Banyuwangi ini, karena namanya tercatat dalam berbagai sumber sejarah sehingga menjadikan desa ini termasuk salah satu desa tertua di Banyuwangi.
Nama Ketapang kemungkinan besar berawal dari tanaman Ketepeng. Meski mudah ditemukan di mana saja, tanaman pohon ketapang yang memiliki nama ilmiah Terminalia catappaini sebenarnya merupakan tanaman tepi pantai, sesuatu yang layak banyak ditemukan di wilayah Desa Ketapang yang memang berupa daerah pesisir.
= Prasasti Ketapang
=Prasasti Ketapang (1095-1150);
Prasasti ini konon ditemukan oleh pemerintah kolonial tahun 1914 di desa Ketapang Kecamatan Giri Banyuwangi. Namun klaim atas prasasti ini juga muncul dari daerah Ketapang lain di Mojokerto.
Prasasti berupa patung ini memuat angka tahun dalam bahasa kawi; 1017 S/1095 M ada pula yang membaca 1072 S/1150 M. Dengan demikian dapat diduga bahwa prasasti ini sezaman dengan Kerajaan Kediri.
= Situs Aneng Patih
=Petilasan Anengpatih ini, menurut Penulis ada kaitannya dengan tokoh Panji Pati alias Panji Wani eng Pati (Waneng Pati), salah satu senapati Perang Balambangan menghadapi invasi Mataram tahun 1647.
Situs di atas bukit dusun Selogiri tersebut pada 4-8 September 1976 pernah mengalami ‘penggalian liar’ oleh masyarakat yang kurang tahu akan UU Cagar Budaya sehingga menyebabkan kerusakan parah. Adapun yang dapat kita lihat saat ini, hanyalah sisa-sisanya saja.
= Perang Kabakaba
=Perang Kabakaba adalah peristiwa perang besar antara pihak Kerajaan Blambangan yang dipimpin oleh Wali Negara IGNK Kabakaba di Kota Ketapang. Peristiwa ini terjadi antara tanggal 15-20 Maret 1767.
= Menjadi Calon Ibukota Kabupaten
=Setelah Kerajaan Balambangan takluk (1767), otoritas VOC-Belanda di Batavia bermaksud menata pemerintahan baru dengan mempersiapkan pemindahan ibukota Kabupaten Balambangan dari Ulu Pangpang di Muncar ke Ketapang atau ke Moko.
Namun, sebelum hal itu terlaksana, pada awal Agustus 1771, otoritas VOC-Belanda di Balambangan kembali disibukkan dengan meletusnya Perang Bayu di bawah pimpinan Mas Rempeg Jagapati.
= Salah Satu Kecamatan Pertama di Kabupaten Banyuwangi
=Baru seusai Perang Bayu (1771-1773), akhirnya VOC-Belanda dapat membentuk pemerintahan baru. Dalam Resolusi 7 Desember 1773; Bagian Kedua kita dapati informasi bahwa Kabupaten Blambangan Timur akan dibagi dalam tiga Distrik, yakni; (1) Distrik Grajagan, (2) Distrik Ulu Pangpang, dan (3) Distrik KETAPANG. Untuk Distrik Ketapang, dipimpin oleh Ki Mantri Ngabehi Karangandung/Carangandul.
Ditulis oleh Aji Ramawidi sebagai bahan makalah Sarasehan Mengenal Sejarah Desa Ketapang yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa Ketapang tanggal 18 Juni 2022.
Pembagian wilayah
Desa Ketapang terdiri dari 5 Dusun, 33 Rukun Warga (RW) dan 88 Rukun Tetangga (RT)
Dusun Gunung Remuk
Dusun Kali Selogiri
Dusun Krajan
Dusun Pancoran
Dusun Selogiri
Bentang Alam dan Budaya
Desa Ketapang mencakup wilayah yang cukup luas di mana pesisir pantainya berupa pelabuhan dan kawasan industri, sedangkan semakin ke barat adalah wilayah hutan dengan gugusan bukit kapur. Desa ini dilewati saat melintasi Jalur Pantura Banyuwangi-Situbondo.
Wilayah pelabuhan ini mulai dibangun pada dekade 1980-an saat otoritas pelabuhan Indonesia, Pelindo III menemukan lokasi yang akhirnya disebut Tanjung Wangi ini lebih cocok untuk didirikan pelabuhan besar dibandingkan dengan area Pelabuhan Boom yang sangat dekat dengan dengan Kota Banyuwangi. Selain Pelabuhan Tanjung Wangi (Pelabuhan Meneng), ada juga Pelabuhan Ketapang yang menjadi penghubung Pulau Jawa dan Bali dengan moda transportasi kapal feri. Karena ada pelabuhan ini, di bagian pesisir Desa Ketapang mulai berdiri beberapa pabrik-pabrik maupun gudang industri (seperti halnya di Bulusan dan Klatak), seperti misalnya Terminal Aspal Curah, Bulog Pergudangan Ketapang I dan II, Semen Gresik, dan Djakarta Lloyd. Selain itu di area ini juga berdiri Pangkalan TNI AL (Lanal) Banyuwangi. Untuk mendukung keberadaan pelabuhan juga dibangun fasilitas transportasi lain seperti Stasiun Ketapang dan Terminal Sritanjung. Sedangkan bagian barat desa diisi dengan perkampungan warga dan hutan dengan gugusan bukit kapur. Di area ini banyak dibangun perumahan-perumahan, sekolah-sekolah seperti SMP Negeri 1 Kalipuro dan SMK Negeri 1 Kalipuro.
Beberapa destinasi wisata yang bisa dikunjungi di desa ini seperti Gua Jepang, Pemandian Penawar dan Sunrise Villa di mana di tempat tersebut cocok untuk melihat matahari terbit di pagi hari, dan Pantai Watu Dodol. Karena adanya destinasi wisata ini, selain alasan lain berhubungan dengan Pulau Bali, maka di desa ini juga banyak berdiri hotel-hotel seperti Hotel Manyar, Hotel Banyuwangi Beach, Hotel Watudodol dan beberapa hotel lainnya. Selain hotel juga terdapat restoran dan cafe, seperti Restoran Grafika, Restoran Watudodol, Ikan Bakar, Laggallus dan Green Diamond Cafe.
Desa ini dilewati oleh Jalan Gatot Subroto, di mana jalan ini menjadi jalan poros areal pelabuhan dan lintas Banyuwangi-Situbondo. Selain itu ada juga Jalan Lingkar Ketapang (Ketapang Ringroad) yang berguna saat terjadi kemacetan di Jalan Gatot Subroto, sehingga dilakukan pengalihan arus kendaran antara Banyuwangi-Situbondo atau sebaliknya dan Jalan Gatot Subroto hanya digunakan sebagai akses menuju ke Pelabuhan Ketapang. Di ujung timur Jalur Pantura ini juga terdapat Pantai Watu Dodol yang ditandai dengan patung Gandrung dan batu besar menjulang tinggi di tengah-tengah jalan dan membagi jalan menjadi dua. Lalu, tidak jauh dari Pantai Watu Dodol terdapat Jembatan Timbang Watudodol.
Penduduk
Penduduk Desa Ketapang beragam, terbagi atas Suku Madura, Suku Osing, Suku Jawa, Suku Bali dan lainnya. Adanya Penduduk dari Suku Madura ini dikarenakan letak Desa Ketapang yang berdekatan dengan Kecamatan Wongsorejo yang mayoritas penduduknya dari Suku Madura dan karena terhubung langsung dengan gerbang Pulau Bali maka banyak warga Bali yang mendiami desa ini sebagai pemiliki usaha hotel dan restoran maupun tinggal biasa.
Berdasarkan data tahun 2015, desa yang luas wilayahnya sebesar 24,51 % dari luas keseluruhan kecamatan ini, berpenduduk sejumlah 16.550 jiwa, yang terdiri dari 8.202 laki-laki dan 8.348 perempuan. Artinya desa ini memiliki rasio jenis kelamin sebesar 98,26. Jumlah penduduk ini terdiri dari komposisi 4.106 jiwa usia 0-14 tahun, 3.988 jiwa 15-29 tahun, 4.134 jiwa 30-44 tahun, 2.918 jiwa 45-59 tahun dan 1.396 jiwa 60 tahun ke atas. Pekerjaan warga juga beragam, seperti karyawan industri, pegawai yang bekerja di Kota Banyuwangi, operator pelabuhan, PNS dan nelayan dengan angka di bidang pertanian sebanyak 1.150 jiwa, perkebunan sebanyak 338 jiwa, kehutanan (372 jiwa), perikanan (101 jiwa), peternakan (1633 jiwa), pertambangan (23 jiwa), industri (883 jiwa), perdagangan (912 jiwa) dan sektor jasa sebanyak 451 jiwa.
Pendidikan
Desa ini memiliki 7 SD Negeri, 1 MI Swasta, 2 SMP (1 SMP Negeri, 1 SMP Swasta), 1 MTs Swasta, 1 MA Swasta.
SD Negeri 1 Ketapang
SD Negeri 2 Ketapang
SD Negeri 3 Ketapang
SD Negeri 4 Ketapang
SD Negeri 5 Ketapang
SD Negeri 6 Ketapang
SD Negeri 7 Ketapang
MI Bustanul Mubtadiin
SMP Negeri 1 Kalipuro
SMP Sunan Giri 2
MTs As'adiyah
MA As'adiyah
Data mengenai jumlah murid, guru dan sekolah masing-masing jenjang, baik negeri maupun swasta (2015) adalah sebagai berikut:
Kesehatan
Desa Ketapang memiliki 2 Puskesmas, 1 Pustu, 3 Praktik Bidan/Mantri, 20 Posyandu dan 1 Apotek. Terdiri dari tenaga 2 mantri dan 3 bidan. Tenaga non medis yang ada terdiri dari 9 dukun bayi dan 23 tukang pijat.
Jumlah pasangan usia subur sebesar 3.597 pasangan dan 2.704 pasangan yang mengikuti program KB dengan rincian sebagai berikut
Pertanian dan peternakan
Pada komoditas padi luas lahan panen sebesar 269 ha dan produksi sejumlah 1.219 ton. Sedangkan komoditas lainnya adalah sebagai berikut.
Sedangkan populasi ternak di Desa Ketapang adalah sebagai berikut:
Tempat Ibadah
Desa Ketapang memiliki 23 Masjid dan 64 Musala.
Industri dan perdagangan
Desa Ketapang memiliki industri berupa makanan dan minuman (118 buah), perkayuan dan furnitur (55 buah) dan tambang non-logam (41 buah). Memiliki 1 pasar umum, 218 toko, 29 warung obat, 8 warung dan 4 minimarket. Selain itu juga memiliki 7 hotel, 2 penginapan dan 11 rumah makan/restoran/kafe.
Infrastruktur IT
Desa ketapang memiliki pelayanan dengan one stop service, Memiliki jaringan wifi Gratis di Balai Desa dengan kecepatan 50 mbps dibantu oleh icon+.
Memiliki dukungan software dan Hardware.
Jaringan komputer berbasis Lan.
Pelayanan surat 2 menit dengan menggunakan sistem SIMADE yang online dengan Kecamatan, pelayanan surat yang tanpa harus ke kecamatan. Menggunakan E- Village Budgeting.
Galeri
Referensi
(Indonesia) Data Publikasi BPS Kecamatan Kalipuro Diarsipkan 2016-04-03 di Wayback Machine.
(Indonesia) Laman Desa Ketapang di desa-banyuwangi.blogspot.co.id/
https://balambangan.id/sejarah-desa-ketapang/ (Sejarah Desa Ketapang)
https://balambangan.id/prasasti-ketapang-banyuwangi/ (Prasasti Ketapang)
https://balambangan.id/makam-aneng-patih-ketapang/ (Makam Aneng Patih Ketapang)