Kitab Tobit (disingkat
Tobit; akronim Tob.) merupakan salah satu
Kitab yang termasuk dalam kelompok
Kitab-
Kitab sejarah dan menjadi bagian dari golongan Deuterokanonika pada Perjanjian Lama bagi kanon
Kitab Suci Katolik.
Kitab ini juga menjadi salah satu
Kitab pada Septuaginta dan pada Perjanjian Lama dalam Alkitab Ortodoks.
Kitab Tobit dinyatakan sebagai
Kitab kanonik dalam Konsili Kartago pada tahun 397, serta ditegaskan oleh kalangan Gereja Katolik Roma dalam Konsili Trento pada tahun 1546.
Kitab ini tidak dianggap kanonik oleh Alkitab Ibrani (Tanakh) dan dianggap sebagai apokrifa dalam kanon Alkitab Protestan.
Kitab ini juga disebut
Kitab Tobias dalam beberapa versi Alkitab tertentu.
Kitab ini menceritakan kisah hidup keluarga
Tobit, terutama
Tobit sendiri, anaknya Tobia, dan menantunya Sara. Kisah tersebut berlatar pada saat Kerajaan Yehuda sedang dijajah oleh Kekaisaran Asyur, dan keluarga
Tobit diasingkan ke Niniwe, ibu kota Asyur saat itu.
Nama
Nama
Kitab ini merujuk pada tokoh
Tobit bin Tobiel, salah satu tokoh penting dalam
Kitab ini. Nama "
Tobit" sendiri diserap dari nama dalam bahasa Yunani Kuno: Τωβίτ (Tōbít), sementara kata itu sendiri diserap dari bahasa Ibrani: טוֹבִּי (Tobi), yang merupakan gabungan dari kata טוֹב (tov, har. "baik, kebaikan") dan bentuk terikat ־ִי (-i, har. "-ku"). Oleh karena itu, kata tersebut secara harfiah berarti "kebaikanku".
Sementara itu, nama "Tobias" merujuk pada tokoh Tobia, anak
Tobit. Nama "Tobias" diserap dari bahasa Yunani Kuno: Τωβίας (Tōbias), yang juga diserap dari bahasa Ibrani: טוֹבִיָּה (Tobiyyah), yang menjadi sumber serapan dari nama "Tobia". Nama tersebut diperkirakan merupakan gabungan dari kata טוֹב (tov, har. "baik, kebaikan"), bentuk terikat ־ִי (-i, har. "-ku"), dan nama יה (Yah). Oleh karena itu, kata tersebut kemungkinan berarti "Allah itu kebaikanku" atau "Allah itu baik".
Isi
Kitab ini mengisahkan cerita tentang seorang Yahudi yang saleh dari suku Naftali yang bernama
Tobit yang hidup di Niniwe setelah pembuangan suku Israel utara ke Asyur pada tahun 721 SM di bawah raja Salmaneser V (Dua pasal pertama dan setengah pasal berikutnya ditulis dengan sudut pandang orang pertama.) Ia khususnya diakui karena berusaha keras dalam menguburkan orang-orang Yahudi yang dibunuh oleh Sanherib. Oleh karena perbuatannya itu, raja menyita semua hartanya dan mengirim dia ke pembuangan. Setelah kematian Sanherib, ia diizinkan kembali ke Niniwe, tetapi ia tetap menguburkan seorang mati karena terbunuh di jalan. Malam itu, ia tidur di tempat terbuka dan menjadi buta oleh karena kotoran burung yang jatuh mengenai kedua matanya. Hal ini mengganggu hubungan perkawinannya, dan karena itu akhirnya ia memohon agar nyawanya dicabut.
Sementara itu, di Media, sebuah kerajaan yang jauh dari Niniwe, seorang perempuan muda yang bernama Sara berdoa memohon kematian karena ia kehilangan tujuh orang suaminya yang diambil oleh setan Asmodeus. Asmodeus membunuh setiap laki-laki yang dikawininya pada malam pernikahan Sara, sebelum ia sempat menikmati hubungan perkawinan itu. Allah mengutus malaikat bernama Rafael, yang menyamar sebagai seorang manusia, untuk menyembuhkan
Tobit dan membebaskan Sara dari hantu itu.
Kisah tersebut kemudian berlanjut pada tokoh putra
Tobit yang bernama Tobia, yang sedang diutus oleh ayahnya yang buta untuk mengumpulkan sejumlah uang yang pernah disimpannya beberapa waktu sebelumnya di Media. Rafael menampilkan diri sebagai sanak keluarga
Tobit, Azarya, dan menawarkan bantuan serta melindungi Tobia dalam perjalanannya. Di bawah bimbingan Rafael, Tobia pergi ke Media. Sepanjang perjalanan, ia diserang oleh seekor ikan raksasa yang jantung, hati, dan empedunya diangkat untuk dijadikan obat.
Setelah tiba di Media, Rafael menceritakan kepada Tobia tentang Sara yang cantik, yang berhak dinikahi Tobia karena mereka masih bertalian keluarga. Rafael menyuruh anak muda itu membakar hati dan jantung ikan itu untuk mengusir hantu itu ke Mesir Hulu, sementara Rafael mengikutinya dan mengikatnya. Sementara itu, ayah Sara telah menggali liang kubur untuk diam-diam mengubur Tobia (yang diasumsikannya akan mati). Ia terkejut karena ternyata menantunya itu tetap hidup dan baik-baik saja, lalu ia menyuruh diadakan pesta pernikahan yang dua kali lipat besarnya (dan diam-diam menutup kembali lubang kubur itu). Karena ia tidak dapat berangkat karena pesta itu, Tobia mengutus Rafael untuk mengambil uang ayahnya.
Setelah pesta, Tobia dan Sara kembali ke Niniwe. Di sana Rafael menyuruh orang muda ini untuk menggunakan empedu ikan itu untuk menyembuhkan mata ayahnya dari buta. Rafael lalu mengungkapkan jati dirinya dan kembali ke surga.
Tobit menyanyikan lagu pujian, dan menyuruh anaknya meninggalkan Niniwe sebelum Allah menghancurkannya sesuai dengan nubuat nabi Nahum. Setelah berdoa,
Tobit meninggal karena usia lanjut. Setelah mengebumikan ayahnya, Tobia kembali ke Media dengan keluarganya. Di sana ia mendapat berita bahwa Niniwe telah hancur, tepat seperti yang diramalkan ayahnya.
Naskah sumber
Septuaginta (bahasa Yunani; abad ke-3 SM)
Naskah Laut Mati (bahasa Aram dan Ibrani, abad ke-2 SM), terutama:
4Q196 (4QpapTobita), dalam bahasa Aram
4Q197 (4QTobitb), dalam bahasa Aram
4Q198 (4QTobitc), dalam bahasa Aram
4Q199 (4QTobitd), dalam bahasa Aram
4Q200 (4QTobite), dalam bahasa Ibrani
Kepengarangan
Kitab ini diperkirakan merupakan karya fiksi anonim yang disisipi beberapa referensi sejarah, serta menggabungkan unsur-unsur doa, nasihat kehidupan, humor, dan petualangan dengan unsur-unsur yang diambil dari cerita rakyat, kisah kebijaksanaan, kisah perjalanan, romansa, dan komedi.
Kitab ini aslinya ditulis dalam bahasa Aram, tetapi teks aslinya awalnya dianggap telah lenyap, sehingga Septuaginta, yaitu terjemahan Yunani dianggap sebagai teks standar dari
Kitab ini, sebelum akhirnya versi bahasa Aram dan Ibraninya ditemukan dalam kumpulan Naskah Laut Mati. Untuk Vulgata versi Hieronimus, kemungkinan sumbernya berasal sebuah teks bahasa Aram yang didapatkannya.
Pada umumnya diyakini bahwa
Kitab ini ditulis pada abad ke-2 SM, berdasarkan perhatian yang cermat terhadap rincian ritual dan penekanan pada beramal, tetapi
Kitab ini tidak mengandung nada mesianik. Tempat penulisannya tetap tidak diketahui.
Perikop
Judul perikop dalam
Kitab Tobit menurut Alkitab Terjemahan Baru Deuterokanonika oleh LAI dan LBI adalah sebagai berikut.
Kanonisitas
Kitab Tobit tercantum dalam kanon yang dihasilkan Konsili Hippo (393 M), Kartago (397 M), dan Florence (1442), serta merupakan bagian dari kanon Gereja Katolik Roma maupun Ortodoks Timur. Kalangan Katolik Roma sering kali menyebutnya deuterokanonika.
Artikel VI dalam 39 Artikel Gereja Inggris mencantumkan
Kitab ini sebagai salah satu
Kitab "apokrifa". Kalangan Protestan juga memandang
Kitab Tobit sebagai
Kitab apokrifa karena tidak termasuk dalam Tanakh dan tidak dianggap kanonik oleh kalangan Yudaisme, dan sangat sering tidak mencantumkan
Kitab ini di dalam kanon Alkitab Protestan.
Sebelum penemuan fragmen-fragmen
Kitab Tobit berbahasa Aram dan Ibrani pada tahun 1952, yakni di antara berbagai Naskah Laut Mati yang ditemukan di Gua IV di Qumran, para akademisi meyakini bahwa
Kitab Tobit tidak termasuk dalam kanon Yahudi karena kepenulisannya belakangan, diperkirakan tahun 100 M. Namun fragmen-fragmen Qumran tersebut, yang bertarikh antara 100 SM sampai 25 M, menunjukkan kesamaan dengan teks Yunani yang terdapat dalam tiga penyuntingan (recensio) berbeda dan membuktikan waktu penulisannya yang jauh lebih dari awal daripada yang diperkirakan sebelumnya. Fragmen-fragmen ini membuktikan kepenulisannya tidak lebih dari abad ke-2 SM dan setidaknya sezaman dengan tarikh yang ditetapkan para akademisi modern atas kompilasi akhir
Kitab Daniel yang berstatus kanonik.
Akademisi-akademisi lainnya mendalilkan bahwa
Kitab Tobit tidak disertakan dalam
Kitab Suci Yahudi dengan alasan tidak sesuai dengan Halakha, karena Raguel—ayah dari mempelai wanita—yang menuliskan perjanjian perkawinan (lih.
Tobit 7:14), bukannya dari mempelai pria sebagaimana disyaratkan oleh hukum kerabian Yahudi.
Namun dapat dihipotesiskan bahwa beberapa akademisi rabinik Yahudi kuno memandang
Kitab Tobit bernilai historis. Bereshith Rabba, suatu komentari aggadik tentang
Kitab Kejadian yang disusun sekitar tahun 400–600 M, menyertakan sebuah potongan
Kitab Tobit versi Aramaik.
Kitab Tobit termasuk dalam Septuaginta (interpretasi dan terjemahan Alkitab Ibrani dalam bahasa Yunani). Pada masa yang lebih kontemporer, sejumlah kaum Yahudi di Israel telah berupaya untuk mengembalikan
Kitab Tobit sebagai bagian dari kanon mereka.
Pengajaran
Kitab ini sangat erat berkaitan dengan sastra hikmat Yahudi. Hal ini paling jelas ditemukan dalam nasihat-nasihat
Tobit kepada Tobia sebelum ia berangkat ke Media dalam
Tobit 4. Nilai tentang doa, puasa, dan beramal secara khusus dipuji dalam nasihat ini.Gereja Katolik sering menggunakan bacaan dari bagian ini di dalam liturginya. Pujian yang dimuat
Kitab ini terkait kesucian dalam perkawinan menjelaskan mengapa
Kitab ini dibaca dalam misa pernikahan Katolik.
Kitab ini cukup sering dikutip karena ajarannya tentang doa-doa perantaraan para malaikat, ketaatan anak kepada orangtuanya, dan penghormatan bagi mereka yang telah meninggal.
Catatan
Referensi
= Pustaka
=
Fitzmyer, Joseph A. (2003).
Tobit. Walter de Gruyter. ISBN 9783110175745.
Levine, Amy-Jill (2007). "
Tobit". Dalam Coogan, Michael David. The New Oxford Annotated Apocrypha. Oxford University Press. ISBN 9780195288803.
Lihat juga
Anael, yang disebut dalam
Tobit 1:21
Pranala luar
Catholic Encyclopedia (1913) entry
The Book of
Tobit Full text from http://St-Takla.org (juga terdapat dalam bhs. Arab)
Jewish Encyclopedia:
Tobit; memberikan pembahasan sekilas tentang tradisi manuskrip
Kitab ini