Komunitas Seni Sakato atau KSS atau
Sakato Art Community adalah suatu kelompok seniman
Seni rupa (perupa) Indonesia yang para anggotanya berasal dari Sumatera Barat atau beretnis Minangkabau. Kelompok yang mayoritas anggotanya merupakan mahasiswa serta alumni Institut
Seni Indonesia Yogyakarta ini lahir pada tahun 1995 di kota Yogyakarta, DIY, dan beranggotakan lebih dari seratus orang pelukis dan pematung .
Sakato Art Community kemudian juga melahirkan beberapa kelompok yang lebih kecil, seperti Kelompok
Seni Rupa Jendela (KSR Jendela, yang lahir tahun 1996), Kelompok Genta (1998), Kelompok Semoet, dan lainnya, sehingga diistilahkan sebagai rumah di dalam rumah.
Dalam perjalanan sejarahnya,
Sakato Art Community telah melahirkan perupa-perupa Indonesia yang bertaraf nasional dan internasional, seperti Handiwirman Saputra, Jumaldi Alfi, Mohammad Irfan (M. Irfan), Rudi Mantofani, Yunizar, dan Zulfa Hendra, yang masuk dalam kelompok lima ratus pelukis terlaris dunia versi Top 500 Artprice 2008/2009 yang disusun oleh sebuah lembaga analis perkembangan pasar
Seni rupa dunia, Artprice, yang berbasis di Paris, Prancis.
Komunitas Seni Sakato tidak hanya melahirkan pelukis-pelukis ternama, tetapi juga telah mencuatkan beberapa nama pematung yang dikenal di dunia
Seni rupa, seperti Abdi Setiawan, Basrizal Albara, Yusra Martunus, dan beberapa nama lainnya.
Pada 15 Maret 2019, Zulfirman Syah, salah seorang anggota
Sakato Art Community, menjadi korban dalam penembakan yang terjadi di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru.
Rujukan
Pranala luar
Margaret Agusta (1 Juni 2004). "Minangkabau artists showcased in 'Tradition Considered'". Life. The Jakarta Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-24. Diakses tanggal 24 Desember 2013.