Gaya adalah nama dari sebuah
Konfederasi yang berlokasi di lembah Sungai Nakdong di Korea bagian selatan, yang berkembang dari
Konfederasi Byeonhan dari periode Samhan. Periode tradisional yang digunakan para sejarawan untuk rentang waktu sejarah
Gaya adalah tahun 42 - 532 Masehi. Berdasarkan bukti arkeologis dari abad ke-3 sampai abad ke-4, diketahui
Gaya berkembang dari gabungan beberapa kota bertembok Byeonhan. Selanjutnya
Gaya diserap ke dalam kerajaan Silla, salah satu dari Tiga Kerajaan Korea. Sisa-sisa dari kebudayaan
Gaya yang tersisa hanyalah komplek-komplek pemakaman yang berisikan benda-benda persembahan yang sudah diekskavasi oleh para arkeolog. Beberapa makam besar yang berasal dari akhir abad ke-3 sampai abad ke-4 seperti makam Daeseong-dong di Gimhae dan Bokcheon-dong di Busan diketahui sebagai makam dari anggota kerajaan
Gaya.
Nama
Meskipun paling sering disebut sebagai
Gaya (가야; 加耶, 伽耶, 伽倻; [kaja]), mungkin karena ketidaktepatan menyalin kata-kata Korea ke dalam Hanja, sumber sejarah lainnya menggunakan berbagai nama, termasuk Garak (가락; 駕洛, 迦落; [kaɾak]), Gara (가라; 加羅, 伽羅, 迦羅, 柯羅; [kaɾa]), Garyang (가량;加良; [kaɾjaŋ]), dan Guya (구야; 狗耶; [kuja]). Menurut Christopher I. Beckwith, "Ejaan 'Kaya' adalah pembacaan bahasa Korea modern dari karakter yang digunakan untuk menulis nama; pengucapan /kara/ (transkripsi: *kala) sudah pasti."
Dalam catatan-catatan sejarah berbahasa Jepang,
Gaya disebut sebagai Mimana (任那), sebuah nama dengan konotasi politik untuk maksud tertentu. Namun, kata kara (から, 韓 'Korea', 唐 '[Tang] China', 漢 '[Han] China'), yang mungkin berasal dari nama
Gaya di Semenanjung Korea pada zaman kuno, masih terlestarikan dalam bahasa Jepang, berarti "Tiongkok", "Korea", ataupun "daratan utama Asia Timur" dan, baru-baru ini, pengertian yang lebih samar dari "negeri asing" atau "luar negeri"
Bahasa
Beberapa pakar linguistik, termasuk Vovin dan Janhunen berpendapat bahwa bahasa-bahasa Japonik pernah dituturkan di hampir seluruh Semenanjung Korea bagian selatan. Menurut Vovin, "bahasa Japonik Semenanjung" digantikan oleh bahasa Koreanik (kemungkinan bagian dari cabang Han).
Sejarah
Menurut legenda yang tercatat dalam Samguk Yusa (ditulis pada abad ke-13), dalam sejarah yang kira-kira berlangsung pada tahun 42 M, enam telur turun dari surga dengan pesan bahwa mereka akan menjadi raja. Enam anak laki-laki lahir, dan dalam 12 hari mereka tumbuh dewasa. Salah satunya, bernama Suro, menjadi raja Geumgwan
Gaya, dan lima lainnya mendirikan lima
Gaya yang tersisa, yaitu Daegaya, Seongsan
Gaya, Ara
Gaya, Goryeong
Gaya, dan Sogaya.
Politik
Gaya berkembang dari susunan politik utama dari dua belas suku dari
Konfederasi Byeonhan, salah satu dari
Konfederasi Samhan yang lebih besar. Sistem politik kesukuan yang teratur secara umum dibagi menjadi enam kelompok
Gaya, yang berpusat di Geumgwan
Gaya. Berdasarkan sumber arkeologi serta catatan tertulis yang terbatas, para sarjana seperti Sin telah mengidentifikasi akhir abad ke-3 sebagai era peralihan dari Byeonhan ke
Gaya, dengan meningkatnya kegiatan militer dan perubahan kebiasaan pemakaman. Sin lebih lanjut berpendapat bahwa ha tersebut terkait dengan penggantian pejabat sebelumnya di beberapa kerajaan (termasuk Daegaya) oleh unsur-unsur dari kerajaan Buyeo, yang membawa pemahaman dan corak pemerintahan yang lebih militeristik.
Setelah Perang Delapan Kerajaan Pelabuhan (浦上八國 亂; tahun 209~212) antara Silla dan
Gaya,
Gaya dipengaruhi oleh hegemoni Silla bagian semenanjung tenggara, tetapi secara damai memanfaatkan pengaruh Wa (Jepang) dan Baekje untuk mempertahankan kemerdekaan.
Konfederasi Gaya bubar di bawah tekanan dari Goguryeo antara tahun 391 hingga 412, meskipun pemerintahan
Gaya terakhir tetap merdeka hingga ditaklukkan oleh Silla pada 562, sebagai hukuman karena membantu Baekje dalam perang melawan Silla.
Pada tahun 529, Silla menghancurkan Takgitan
Gaya(啄己呑國) dengan dalih sekutunya dengan Daegaya dan mengambil setengah dari wilayah Taksun
Gaya (卓淳國). Hal tersebut menyebabkan Daegaya kehilangan kepercayaannya di dalam
Gaya dan mulai bersatu di sekitar Ara
Gaya, yang sedang mempertahankan kekuatan yang kuat. Untuk menghindari gangguan antara Baekje dan Silla di
Gaya, Ara
Gaya mengundang Silla, Baekje, dan Jepang untuk mengadakan Konferensi Anra (安羅會議). Meskipun mereka ingin menekan Silla melalui pertemuan untuk membangun kembali Takgitan
Gaya (啄己呑國) dan meningkatkan status hubungan luar negeri Anra, namun Baekje lebih memilih diplomasi yang kuat dan Silla tidak tertarik. Meski Wa memihak ke Anra
Gaya, tetapi tidak dapat membantu karena masalah yang juga terjadi dalam negeri Wa.
Pada tahun 541 and 544, Konferensi Sabi (泗沘會議) yang dipimpin oleh Baekje dan diikuti oleh tujuh negara, termasuk Ara dan Imna, diadakan, tetapi Ara masih tidak percaya pada Baekje. Sebagai hasil dari konferensi tersebut,
Gaya menyerang Goguryeo dengan persekutuan Silla-Baekje dan mencaplok Seoul, tetapi Baekje dikhianati oleh Silla dan
Gaya juga dicaplok oleh Silla
Referensi
Pranala luar
Doopedia, Ensiklopedia Doosan