Kristen Kalsedon adalah sebutan bagi denominasi-denominasi
Kristen yang menganut rumusan kristologi dan resolusi eklesiologi yang dihasilkan Konsili
Kalsedon, muktamar
Kristen sedunia ke-4 yang diselenggarakan pada tahun 451. Umat
Kristen Kalsedon berpegang pada rumusan
Kalsedon, yakni doktrin agama
Kristen mengenai kodrat ilahi dan kodrat insani Yesus Kristus. Sebagian besar persekutuan Gereja dan aliran agama
Kristen pada abad ke-21 tergolong
Kristen Kalsedon, tetapi luas jangkauan pengaruh kristologi
Kalsedon dari abad ke-5 sampai dengan abad ke-8 sesungguhnya tidak dapat ditentukan secara pasti.
Dari segi doktrin, paham
Kalsedon dapat dianggap sebagai salah satu cabang dari ajaran
Kristen Nikea.
Sejarah
Sengketa dogmatis yang memicu perdebatan dalam Konsili
Kalsedon bermuara pada Skisma
Kalsedon. Gereja-Gereja yang menolak keputusan konsili membentuk persekutuan tersendiri yang sekarang ini dikenal dengan sebutan
Kristen Ortodoks Oriental. Gereja-Gereja
Kristen Kalsedon mempertahankan persekutuan dengan Takhta Suci di Roma, Kebatrikan Oikumene di Konstantinopel (alias "Roma Baru"), dan kebatrikan-kebatrikan Ortodoks Timur di kawasan Timur Tengah, yakni Kebatrikan Aleksandria, Kebatrikan Antiokhia, dan Kebatrikan Yerusalem. Kebatrikan-kebatrikan ini bersama-sama dihormati sebagai lima rukun agama
Kristen yang ortodoks dan katolik, sekaligus sebagai lima rukun Syahadat
Kalsedon. Pada abad ke-6, yakni pada masa pemerintahan Kaisar Yustinianus I, lima kebatrikan ini diakui sebagai Pentarki, otoritas gerejawi resmi jemaat
Kristen Kekaisaran Romawi.
Sebagian besar denominasi
Kristen yang ada sekarang ini boleh dikata bercikal bakal dari Pentarki, tergolong
Kristen Kalsedon, dan secara umum terbagi menjadi Gereja Katolik Roma yang mendominasi kawasan berpenutur bahasa Latin di Barat, Gereja Ortodoks Timur yang mendominasi kawasan berpenutur bahasa Yunani di Timur, serta himpunan denominasi
Kristen Protestan yang terbentuk pada masa pergolakan Reformasi Protestan.
Kelompok-kelompok umat
Kristen yang menolak rumusan kristologi
Kalsedon terdiri atas mayoritas umat
Kristen Armenia, umat
Kristen Koptik, dan umat
Kristen Etiopia, serta sebagian dari umat
Kristen India, dan umat
Kristen Suryani (di kemudian hari juga dikenal dengan sebutan umat
Kristen Yakubiah). Kelompok-kelompok umat
Kristen ini sekarang dikenal dengan sebutan Gereja-Gereja Nonkalsedon, Gereja-Gereja Miafisit, atau Gereja-Gereja Ortodoks Oriental.
Segolongan umat
Kristen Armenia, khususnya yang bermukim di daerah Kapadokia dan Trebizon dalam wilayah Kekaisaran Bizantin, menerima keputusan Konsili
Kalsedon, sehingga terlibat polemik dengan Gereja Apostolik Armenia.
Seusai Perang Bizantin-Sasani 572-591, wilayah yang diperintah secara langsung oleh Kekaisaran Bizantin diperluas hingga mencakup pula seluruh daerah di kawasan barat Armenia, dan tak lama kemudian Kaisar Maurisius (memerintah 582-602) memutuskan untuk mengukuhkan kendali politiknya atas seluruh daerah itu dengan cara menyokong golongan umat
Kristen Armenia yang pro-
Kalsedon di dalam Gereja Apostolik Armenia. Pada tahun 593, uskup-uskup kawasan barat Armenia bersidang di kota Teodosiopolis, dan memaklumkan penerimaan mereka terhadap rumusan
Kalsedon. Para peserta sidang juga memilih Yohanes dari Bagaran menjadi katolikos yang baru untuk memimpin umat
Kristen Kalsedon Armenia.
Rumusan kristologi Kalsedon
Para peserta Konsili
Kalsedon menerima Trinitarianisme dan konsep kemanunggalan hipostatik, dan membidahkan Arianisme, Modalisme, dan Ebionisme yang sudah dibidahkan dalam Konsili Nikea I pada tahun 325. Para peserta konsili juga membidahkan doktrik kristologi kaum Nestorian, kaum Eutikian, dan kaum Monofisit yang juga sudah dibidahkan dalam Konsili Efesus I pada tahun 431.
Menurut pemahaman
Kristen Kalsedon mengenai keterkaitan ilahi-insani dalam diri Yesus Kristus, kemanusiaan dan keilahian diibaratkan sebagai dua kodrat yang secara sempurna didiami oleh satu hipostasis Sang Logos. Pihak Nonkalsedon berpegang teguh pada ajaran miafisitisme (kadang-kadang disebut monofisitisme oleh lawan-lawannya) bahwa dalam satu pribadi Yesus Kristus, keilahian dan kemanusiaan manunggal menjadi satu kodrat, tidak terpisah, tidak bercampur, dan tidak berubah. Perbedaan pendirian mengakibatkan kedua belah pihak saling mengutuk.
Kristen Kalsedon mengutuk
Kristen Nonkalsedon sebagai ahli bidah Monofisit Eutikian, sementara
Kristen Nonkalsedon mengutuk
Kristen Kalsedon sebagai ahli bidah Nestorian.
Di kemudian hari, para mufasir keputusan Konsili
Kalsedon berkesimpulan bahwa kristologi
Kalsedon juga menolak Monotelitisme dan Monoenergisme yang dibidahkan dalam Konsili Konstantinopel III pada tahun 680. Pihak-pihak yang tidak menerima kristologi
Kalsedon sekarang ini menyebut dirinya "kaum Nonkalsedon". Menurut sejarah, dulunya mereka menyebut diri "kaum Miafisit" atau "kaum Kirilian" (penganut ajaran Santo Kirilos, Batrik Aleksandria, penulis risalah Perihal Keesaan Kristus yang mereka gunakan sebagai sumber dalil akidahnya), dan disebut sebagai "kaum Monofisit" oleh umat
Kristen Ortodoks. Pihak-pihak yang menganut kristologi-kristologi Nonkalsedon menyebut doktrin
Kalsedon sebagai diofisitisme.
Rujukan
Sumber
Ostrogorsky, George (1956). History of the Byzantine State. Oxford: Basil Blackwell.
Meyendorff, John (1989). Imperial unity and Christian divisions: The Church 450-680 A.D. The Church in history. 2. Crestwood, NY: St. Vladimir's Seminary Press.