Kubra siswa adalah kesenian tradisional yang ada di Indonesia. Kesenian tradisional ini masih mirip dengan kuda lumping, ndolalak, dan sorengan.
Kubra siswa sering di temuai di daerah Jawa Tengah, Yogyakarta, dan sekitarnya.
Sejarah
Kubra siswa mulai muncul pada tahun 1960-an. Kesenian daerah ini muncul akibat ada unsur politis dan untuk kepentingan dahwah agama Islam. Tahun 1960-an, paham komunis mulai mendominasi masyarakat. Paham komunis tersebut juga turut mempengaruhi perkembangan kesenian atau pertunjukan yang ada di masyarakat. Kesenian berhaluan komunis mulai mendominasi seiring dengan paham komunis yang juga semakin menyebar di masyarakat. Keadaan kesenian komunis yang mendominasi di masyarakat inilah kemudian menimbulkan kekhawatiran pada ulama dan tokoh masyarakat yang tidak sealiran dengan komunis.
Rasa khawatir tokoh masyarakat dan ulama tersebut mejadi latar belakang munculnya kesenian tradisional
Kubra siswa.
Kubra siswa awalnya muncul di daerah Mendut, Mungkid, Magelang. Nama
Kubra memiliki makna kesenian ubahing badan lan raga yang dalam bahasa Indonesia berarti bergeraknya badan dan raga. Kata
siswa dalam dalam
Kubra siswa memiliki makna untuk dapat melakukan harus melalui proses belajar terlebih dahulu atau menjadi
siswa.
Gambaran
Kubra siswa adalah kesenian tradisional yang memiliki nuansa Islam. Kesenian yang ditampilkan berupa tarian dengan diiringi musik dan nyanyian bernuansa Islam. Musik pengiring juga dihasilkan dari alat musik tradisional seperti suling, jedhor, bedug, kendang, drum, cymbal, key board, dan bende.
Kubra siswa diaminkan oleh sekelompok orang, biasanya dalam bentuk suatu grup kesenian tradisional. Gerakan tarian
Kubra siswa bervariasi menurut kreativitas masing-masing kelompok kesenian. Nyanyian yang ditampilkan dalam pentas
Kubra siswa awalnya menggunakan syair bahasa Arab, tetapi saat ini sudah dikembangkan menjadi bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Syair pada nyanyian
Kubra siswa mengandung makna nasihat mengajak untuk melakukan kebaikan dan mentaati agaman.
Beberapa kelompok
Kubra siswa juga sering melakukan variasi pertunjukan
Kubra siswa. Salah satu variasi yang sering ditampilkan adalah berupa akrobat. Akrobat yang ditampilkan pada pentas
Kubra siswa seperti bermain bola api, atraksi makan silet, memecahkan batu bata, berguling di atas duri dan menjilat beri membara.
Waktu pementasan
Kubra siswa dipentaskan saat ada acara penting di masyarakat seperti saat memperingati hari kemerdekaan Indonesia yang dikenal dengan mana tujuh belasan. Pertunjukan ini juga sering dipentaskan pada pesta pernikahan, khitanan, dan peresmian sebagai hiburan.
Upaya Pelestarian
Keberadaan kesenian tradisional semakin hari kian surut. Beberapa upaya telah dilakukan untuk melestarikan kebudayaan ini, baik dilakukan oleh masyarakat maupun pemerintah daerah. Salah satu upaya masyarakat untuk melestarikan
Kubra siswa adalah dengan mendirikan kelompok-kelompok kesenian
Kubra siswa dengan merekrut anak-anak muda. Masyarakat juga sering menampilkan kesenian ini pada perayaan di desa untuk menunjukkan kesenian tersebut pada khalayak umum. Acara di desa yang sering ada pertunjukkan
Kubra siswa adalah merti desa, tujuh belasan, dan peresmian bangunan. Pemerintah daerah juga sering mengadakan gelar budaya untuk mementaskan kesenian tradisional termasuk
Kubra siswa. Kaum berkebutuhan khusus juga turut melakukan upaya pelestarian budaya
Kubra siswa dengan mengikuti gelar budaya.
Rujukan