Lada, disebut juga merica atau sahang, yang mempunyai nama Latin Piper nigrum adalah sebuah tanaman yang kaya akan kandungan kimia, seperti minyak
Lada, minyak lemak, juga pati.
Lada bersifat sedikit pahit, pedas, hangat, dan antipiretik. Tanaman ini sudah mulai ditemukan dan dikenal sejak puluhan abad yang lalu. Pada umumnya orang-orang hanya mengenal
Lada putih dan
Lada hitam yang mana sering dimanfaatkan sebagai bumbu dapur. Tanaman ini merupakan salah satu komoditas perdagangan dunia dan lebih dari 80% hasil
Lada Indonesia diekspor ke negara luar. Selain itu,
Lada mempunyai sebutan The King of Spice (Raja Rempah-Rempah) yang mana kebutuhan
Lada di dunia tahun 2000 mencapai 280.000 ton.
Lada adalah salah satu tanaman yang berkembang biak dengan biji, tetapi banyak para petani lebih memilih melakukan penyetekkan untuk mengembangkannya. Mereka memotong batangnya kira-kira dengan panjang 0,25–0,5 meter. Tumbuhan
Lada secara sekilas mirip dengan sirih (Piper betle)
Bagian-bagian tanaman
= Batang
=
Batang tanaman
Lada tumbuh merambat pada suatu tiang, terkadang juga menjalar di permukaan tanah. Panjang batang bisa mencapai 15 meter, tetapi dalam budi daya tanaman
Lada, biasanya batang akan dipotong dan hanya disisakan sekitar 275–300 cm. Bentuk batang pada tanaman
Lada adalah beruas-ruas seperti tanaman tebu dan panjang ruas bukunya berkisar 4–7 cm, hal ini tergantung pada tingkat kesuburan. Panjang ruas buku pada pangkal biasanya lebih pendek dibanding dengan ruas yang berada di pertengahan maupun ujung, sedang ukuran diameternya rata-rata berukuran 6–25 mm.
= Akar
=
Akar yang dimiliki oleh tanaman
Lada adalah akar tunggang namun mirip dengan akar serabut. Ukurannya kecil-kecil dan tidak panjang sebagaimana pada akar tunggang biasanya. Sesuai dengan jenisnya, akar tanaman ini dibedakan menjadi dua, yakni akar lekat dan akar tanah. Akar lekat adalah akar yang tumbuh pada setiap ruas buku yang berada di permukaan tanah dan mempunyai panjang rata-rata 2,5–3,5 cm. Dalam satu ruas buku bisa tumbuh sebanyak 10–25 helai akar. Kemudian akar tanah adalah akar yang tumbuh pada batang tanaman
Lada yang berada di dalam tanah. Dari satu suku batang bisa tumbuh sekitar 10–20 helai akar.
= Cabang
=
Tanaman ini mempunyai dua macam
Lada, yakni cabang orthotrop dan cabang pang plagiatrop. Adapun cabang orthotrop adalah cabang yang tumbuh dari ketiak daun pada buku batang baik yang berada di permukaan maupun di dalam tanah. Selanjutnya, cabang pang plagiatrop merupakan cabang yang tumbuh dari buku dahan. Biasanya cabang ini akan tumbuh setelah tanaman
Lada berbuah sebanyak dua kali. Jika semakin banyak buku dahan yang ditumbuhi olehnya, maka semakin banyak buah yang akan dihasilkan.
= Dahan
=
Ukuran panjang dahan tanaman
Lada berkisar antara 35–65 cm. Dahannya tumbuh secara vertikal, tetapi akan berubah jadi horisontal ketika buahnya sudah mulai tua dan masak. Hal ini menyebabkan dahan tanaman ini menggantung karena dipengaruhi oleh bobot buah yang tumbuh di dahan tersebut. Dahan harus dijaga agar tumbuh normal karena mempunyai fungsi utama, yakni sebagai media pertumbuhan bunga dan buah.
= Daun
=
Daun tanaman
Lada berbentuk bulat telur, tetapi ujungnya meruncing. Pada belahan atas, daun berwarna hijau tua mengkilat, sedang yang bawah berwarna hijau pucat. panjangnya bisa mencapai 12–18 cm dengan ukuran lebar 5–10 cm. Daun akan berukuran lebih panjang jika berada pada batang bagian atas, begitu sebaliknya. Biasanya kuncup daun
Lada terbungkus oleh kelopak (sisik), jika dia mengembang, maka berjatuhanlah kelopak tersebut. Selain itu, daun tanaman ini sifatnya kenyal dan bertangkai.
Varietas Lada
Di Indonesia, terdapat sekitar 40 jenis
Lada. Meskipun begitu, jenis varietas
Lada yang banyak ditanam tergantung kepada daerahnya. Di Lampung misalnya, jenis yang banyak ditanam adalah Belantung dan Kerinci. Di Bangka jenis yang banyak ditanam adalah “Lampung Daun Kecil” (LDK) dan “Lampung Daun Lebar” (LDL), Merapin, Chunuk dan Jambi. Di Kalimantan, jenis
Lada yang banyak ditanam adalah varietas Bengkayang. Di Provinsi Jawa Barat, jenis yang banyak ditanam adalah varietas LDK dan LDL. Dalam setiap jenis varietas mempunyai keunggulan dan kelemahan dalam ketahanan hama dan penyakit uatama
Lada, sehingga petani dapat memilih jenis varietas
Lada mana yang cocok untuk dikembangkan
Seiring perkembangan zaman dan tekhnologi pertanian kini tanam
Lada tidak hanya terpaku pada jenis rambat namun sudah dibudidayakan juga jenis
Lada perdu yang tidak terlalu membutuhkan lahan luas serta sangat minim pemeliharaan dan juga hasil buahnya sebanding dengan jenis rambat.
Pertumbuhan dan tata cara tanam Lada
= Karakteristik geografis
=
Tanaman
Lada tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian mulai dari 0–700 m di atas permukaan laut (dpl). Penyebaran tanaman
Lada sangat luas berada di wilayah tropika antara 200 LU dan 200 LS, dengan curah hujan dari 1.000–3.000 mm per tahun, merata sepanjang tahun dan mempunyai hari hujan 110–170 hari per tahun, musim kemarau hanya 2–3 bulan per tahun. Kelembaban udara 63–98% selama musim hujan, dengan suhu maksimum 35℃ dan suhu minimum 20℃.
Lada dapat tumbuh pada semua jenis tanah, terutama tanah berpasir dan gembur dengan unsur hara cukup, drainase (air tanah) baik, tingkat kemasaman tanah pH 5,0–6,5.
= Tata cara tanam
=
Tanaman
Lada dapat diperbanyak secara generatif dengan biji, dan vegetatif dengan setek. Perbanyakan menggunakan setek lebih praktis, efisien dan bibit yang dihasilkan sama dengan sifat induknya. Setek tanaman
Lada dapat diambil dari sulur panjat, sulur gantung, sulur tanah dan sulur buah (cabang buah). Sulur panjat adalah sulur yang tumbuh memanjat tanaman penegak, apabila ditanam akan menghasilkan tunas dan akar lekat yang dapat langsung melekat pada penegak
Lada. Sulur gantung adalah sulur panjat yang menggantung atau tidak tumbuh memanjat pada tanaman penegak, tidak mempunyai akar lekat, apabila ditanam akan menghasilkan tunas yang tidak dapat langsung melekat pada tanaman penegak, cabang buah/buah keluarnya lambat (3–4 tahun). Sulur tanah adalah sulur yang tumbuh merayap dipermukaan tanah, akar lekatnya terbatas, tiap buku tidak keluar akar, apabila di tanam akan menghasilkan tunas yang tidak dapat langsung melekat pada tanaman penegak, cabang buah/buah keluarnya lambat (3–4 tahun). Sulur buah (cabang buah) adalah cabang buah, tidak mempunyai akar lekat, apabila ditanam akan cepat menghasilkan buah, tetapi tanaman
Lada tidak dapat tumbuh tinggi dan tidak melekat pada tanaman penegak,perakarannya dangkal, mudah stres apabila ketersediaan air tanah terbatas, keluarnya cabang buah cepat, pada umur 1 tahun sudah menghasilkan buah
Pada umur 3 tahun, tanaman sudah dapat dipanen dan pertumbuhannya mencapai ujung tiang penegak dengan ketinggian 3,5 cm. Selanjutnya hasilnya mulai bertambah sampai tanaman berumur 8 tahun, kemudian mulai menurun. Kalau tanaman dipelihara baik, tanaman masih dapat berproduksi sampai 15 tahun atau lebih. Sejak bunga keluar sampai buah masak, memakan waktu 7–9 bulan. Buah
Lada yang masih muda berwarna hijau muda, kemudian berubah menjadi hijau tua dan apabila sudah masak menjadi kuning kemerah-merahan. Pada tahap pembungaan dan pembuahan ini perlu diamati kemungkinan adanya serangan kepik penghisap bunga (Diplogompus hewetii) dan kepik penghisap buah Dasynus piperis. Kedua jenis hama ini sama-sama menimbulkan kehilangan langsung pada produksi
Lada (buah keriput, rontok, dsb). Pemberantasan kedua jenis hama ini dapat dilaksanakan dengan penyemprotan insektisida yang telah disetujui oleh Komisi Pestisida dengan frekuensi 2–5 kali per tahun tergantung pada berat ringannya serangan
Berdasarkan tujuannya, ada dua macam pemanenan buah
Lada yaitu
Lada hitam dan
Lada putih.
Lada hitam dan
Lada putih sebenarnya tumbuh dari tanaman yang sama. Namun, keduanya memiliki cara pengolahan yang berbeda sehingga menghasilkan warna, tekstur, dan rasa berbeda yang memiliki khas masing-masing.
Lada hitam adalah
Lada yang dikeringkan bersama kulitnya (tanpa pengupasan), sedangkan
Lada putih adalah
Lada yang dikeringkan setelah melalui proses perendaman dan pengupasan.
Lada putih memiliki rasa yang lebih pedas daripada
Lada hitam. Namun rasa
Lada putih tidak sekaya rasa
Lada hitam yang memiliki rasa lebih kompleks.
Lada hitam paling banyak dihasilkan di Propinsi Lampung, sementara
Lada putih awalnya banyak dihasilkan di Muntok, Bangka bagian barat. Saat ini
Lada putih terkonsentrasi di Bangka Selatan antara lain terdapat di Kecamatan Toboali, Kecamatan Koba, dan Kecamatan Air Gegas
Penyebaran
Indonesia merupakan negara pemasok terbesar dalam pasar
Lada internasional. Menurut Wahid dan Sitepu, 1987 sebelum perang dunia ke II, Indonesia hampir menguasai hampir seluruh kebutuhan
Lada dunia (80%). Selanjutnya Indrawanto dan Wahyudi (1996) melaporkan bahwa ekspor
Lada putih Indonesia pernah meningkat dari 54% pada tahun 1981 menjadi 94% pada tahun 1990 dari total ekspor
Lada putih dunia. Sebaliknya pada periode yang sama pangsa ekspor
Lada hitam Indonesia pernah menurun dari 52% pada tahun 1981 menjadi 27% pada tahun 1990. Enam tahun kemudian mulai dari tahun 1996–2000,
Lada hitam negara kita meningkat lagi menjadi 45% dari total ekspor
Lada hitam dunia. Ada sembilan negara yang menjadi pemasok dominan
Lada di dunia ini, yaitu Indonesia, India, Malaysia, Brazil, Thailand, Sri Langka, Vietnam, Mexico dan Madagascar. Dalam masa sepuluh tahun terakhir (1990–2000) rata-rata per tahunnya negara Indonesia merupakan negara yang paling besar dalam mengekspor
Lada kemudian diikuti oleh negara Malaysia dan Brazil, dengan masing-masing rata-rata pertahunnya sebesar 43.193 ton, 31.904 ton, dan 24,511 ton.
Luas area tanaman
Lada di Indonesia hampir 90% dimiliki oleh perkebunan rakyat estimasi tahun 2000 seluas 130.178 ha dari total areal 130.557 ha, dengan total potensi produksi
Lada Indonesia sekitar 65.227 ton. Daerah penghasil
Lada terbesar di Provinsi Lampung, Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat. Hasil pengolahan
Lada ada 3 jenis yaitu
Lada hitam, putih, dan hijau, dari 3 jenis olahan yang dikenal hanya
Lada hitam dan putih. Untuk hasil olahan
Lada dari Provinsi Lampung dikenal dengan sebutan Lampung black pepper dan hasil olahan
Lada dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dikenal dengan sebutan Muntok white pepper. Sebutan tersebut dikenal karena Indonesia merupakan salah satu produsen terbesar di dunia. Kondisi perkebunan
Lada Indonesia saat ini sekitar 11,50% dari seluruh luas komoditas perkebunan dengan kemampuan modal yang lemah. Dampak dari kondisi tersebut diatas mengakibatkan perkembangan teknologi ditingkat petani untuk perbaikan mutu, budi daya/pengembangan tanaman sangat lambat dan tidak mengalami perubahan.
Kandungan Lada dan analisis metabolit Lada
= Kandungan Lada
=
Rasa pedas
Lada diakibatkan oleh adanya zat piperin, piperanin, dan chavicin yang merupakan persenyawaan dari piperin dengan semacam alkaloid. Chavicin banyak terdapat dalam daging biji
Lada (mesocarp) dan tidak akan hilang walaupun biji yang masih berdaging dijemur hingga lebih pedas dibanding
Lada putih. Aroma biji berasal dari minyak atsiri yang terdiri dari beberapa jenis minyak terpen (terpentin)
Lada hitam dan
Lada putih dengan senyawa kimia, kadar air, zat protein, zat karbohidrat, minyak asiri, dan piperin (alkaloid).
Piperin termasuk golongan alkaloid yang merupakan senyawa amidabasa lemah yang dapat membentuk garam dan asam mineral kuat. Tumbuhan yang termasuk jenis piper selain mengandung 5–9% piperin juga mengandung minyak asiri berwarna kuning berbau aromatis senyawa berasa pedas (kavisin), amilum, resin, dan protein. Piperin berupa kristal berbentuk 8 jarum berwarna kuning, tidak berbau, tidak berasa lama-lama pedas. Piperin bila dihidrolisis dengan KOH akan menghasilkan kalium piperinat dan piperidin. Saat ini produk utama dari
Lada yaitu
Lada itu sendiri yang memiliki beberapa kegunaan di antaranya yaitu untuk kesehatan, untuk obat-obat tradisional maupun modern, khasiatnya sebagai stimulan pengeluaran keringat (diaphoretik), pengeluaran angin (carminativ), peluruhan air kencing (diuretik), peningkatan nafsu makan, peningkatan aktivitas kelenjar-kelenjar pencernaan, dan percepatan pencernaan zat lemak. Selain itu biji
Lada pun dapat dipakai untuk ramuan obat reumatik.
Lada juga dimanfaatkan sebagai pestisida nabati, pada
Lada mengandung zat racun, oleh karena itu,
Lada dapat digunakan sebagai insektisida pembunuh serangga. Ekstrak kasar
Lada hitam juga sangat toksik terhadap hama kapas.
= Analisis metabolit Lada
=
Kajian metabolomik telah dilakukan oleh penelitian menggunakan
Lada jenis spesies C. annuum, C. chinense, C. frutescens dan C. baccatum dengan bentuk morfologi, tingkat kepedasan, serta asal geografis yang berbeda. Analisis genotip menggunakan marka AFLP mengkonfirmasi pengelompokan filogenetik. Pengelompokan spesifik-spesies dilakukan berdasarkan profil metabolit semi-polar mereka. Secara total 88 semi-polarmetabolit dapat diidentifikasi. Sebagian besar metabolit ini mewakili konjugat dari flavonoid
Lada utama (quercetin, apigenin, dan luteolin). Data profil ini dapat digunakan dalam program pemuliaan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
Lada berbasis metabolit seperti rasa dan metabolit yang dihasilkan terkait manfaatnya pada kesehatan.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa terdapat variasi metabolisme yang cukup besar dalam berbagai jenis spesies
Lada yang berbeda. Perbedaan metabolit pada beberapa spesies ini yang menyebabkan adanya variasi metabolit semi-polar sedangkan tingkat kepedasan
Lada berpengaruh atas variasi dalam roma yang bersifat volatil pada
Lada. Selain adanya kandungan flavonoid dan kapsianosida yang bermanfaat bagi kesehatan juga diidentifikasi senyawa volatil lainnya seperti senyawa ester asam lemak bercabang metil, senyawa volatil turunan asam lemak misalnya heksanal, nonenal, dan non-edienal serta monoterpen. Senyawa-senyawa tersebut dapat berpotensi menjadi kandidat untuk program pemuliaan yang bertujuan untuk mengembangkan kultivar baru dengan rasa yang lebih baik dan karakteristik kualitas yang lebih baik. Hasil penelitian ini juga menunjukkan data untuk mengeksplorasi variasi metabolik dengan platform analitik yang berbeda dan untuk memadukan metabolisme dengan analisis genetik sebagai strategi untuk menargetkan program pemuliaan tanaman dengan keragaman fenotipik untuk sifat dan kualitas tanaman
Lada.
Lihat juga
Perdagangan rempah
Referensi
Pranala luar
(Inggris) Manfaat nutrisi yang terkadung dalam
Lada hitam Diarsipkan 2021-01-26 di Wayback Machine.
(Inggris) Sejarah budidaya
Lada di Asia Selatan Diarsipkan 2006-10-18 di Wayback Machine.