Sejarah tank dimulai dengan Perang Dunia I, ketika kendaraan lapis baja mulai diperkenalkan di semua medan pertempuran sebagai respon terhadap masalah peperangan parit, yang mengantarkannya ke era baru perang mekanik. Meskipun awalnya sederhana dan tidak dapat diandalkan,
tank akhirnya menjadi andalan pasukan darat. Pada Perang Dunia II, desain
tank telah maju secara signifikan, dan
tank digunakan dalam jumlah banyak di semua medan perang. Perang Dingin mulai munculnya
tank doktrin modern dan munculnya tujuan umum
tank tempur utama.
tank ini masih menjadi tulang punggung operasi tempur darat di abad ke-21.
Masalah maju menyerang sambil ditembaki musuh sudah ada sejak zaman dahulu. Ide menggunakan suatu benda bergerak untuk melindungi dari proyektil juga sudah muncul sejak dahulu kala. Yunani kuno menggunakan menara serbu yang dinamakan Helepolis. Kekaisaran Romawi memakai menara yang dilapisi pelindung yang menembak menggunakan katapult. Pada Abad Pertengahan, Polandia dan Ceko telah membuat kereta perang yang dilapisi baja. Dan Leonardo da Vinci pernah merancang kendaraan perang beroda.
Konsep-konsep lama di atas lebih fokus ke penyerbuan kastil, di mana taktik dan formasi tidak dibutuhkan. Tapi perkembangan teknologi pada Revolusi Industri membuat perang menjadi suatu penyerbuan raksasa; yaitu perang parit.
Perang Dunia I
Kondisi pertempuran Perang Dunia I di Front Barat membuat Angkatan Darat Inggris berpikir untuk mengembangkan kendaraan yang bisa menyebrangi parit, menghancurkan kawat berduri, dan tidak mempan ditembak senapan mesin. Prototip
tank pertama kali diuji oleh militer Inggris pada 6 September 1915. Pada awalnya, kendaraan ini diberi nama "kapal darat" (ground ship), tetapi untuk menjaga rahasia,
tank versi awal disebut sebagai "pengangkut air" yang kemudian dipendekkan sebagai "
tank" (tangki air dalam bahasa Inggris). Istilah
tank digunakan agar pekerja yang membuatnya mengira bahwa mereka sedang membuat kendaraan pengangkut air untuk tentara Inggris di Mesopotamia (Iraq sekarang). Istilah
tank ini akhirnya diresmikan pada tanggal 24 Desember 1915.
tank pertama kali dipakai dalam perang ketika Kapten H. W. Mortimore membawa
tank Mark I dalam Pertempuran Somme pada 15 September 1916. Prancis mengembangkan
tank Schneider CA1 yang dibuat dari traktor Holt Caterpillar, dan pertama kali digunakan pada 16 April 1917. Penggunaan
tank secara besar-besaran dalam pertempuran terjadi pada Pertempuran Cambrai pada 21 November 1917. Dan kemudian
tank bisa sukses dipakai pada Pertempuran Amiens, di mana Sekutu berhasil mematahkan pertahanan parit Jerman dengan bantuan kendaraan lapis baja tersebut. Peran
tank pada akhirnya akan membuat konsep perang parit usang, dengan dibuatnya ribuan
tank oleh Prancis dan Inggris.
Pada awalnya, pemakaian
tank memiliki hasil yang bervariasi. Masalah-masalah seperti kinerja
tank yang tidak dapat diandalkan. Dan
tank-
tank pertama memiliki daya yang rendah, baik senjata maupun kemampuan mesin, serta lapisan baja yang lemah. Pemakaian
tank dalam grup kecil juga mengurangi dampak yang dihasilkan
tank. Pasukan Jerman sempat terkejut dan tidak memilik senjata yang dapat menghentikan
tank, tetapi akhirnya mereka berhasil menemukan tembakan anti-
tank, dan penggalian parit yang lebih panjang juga berhasil menghentikan laju
tank-
tank Inggris.
Perubahan-perubahan pada medan perang dan buruknya kinerja
tank memaksa Sekutu untuk terus mengembangkan konsep
tank ini.
tank terus berkembang pada Perang Dunia I, misalnya
tank Mark V, yang dibuat sangat panjang sehingga bisa melewati parit-parit yang lebar sekalipun.
Masa antara dua perang
Dengan terbentuknya konsep
tank, pada masa di antara perang dunia sejumlah negara mulai mengembangkan dan memproduksi
tank masing-masing.
tank buatan Inggris adalah yang paling canggih, dikarenakan keinginan Inggris membuat pasukan lapis baja sejak tahun 1920-an. Prancis dan Jerman tidak begitu mengejar pengembangan
tank pada masa ini, mengingat kondisi ekonomi yang buruk, dan Perjanjian Versailles yang membatasi Jerman. Amerika Serikat juga tidak banyak mengembangkan kendaraan lapis baja mereka, karena dana yang tersedia lebih banyak dipakai untuk pengembangan kavaleri.
Pada masa ini, dikembangkan berbagai macam kelas
tank, khususnya di Inggris.
tank ringan, yang beratnya kurang dari sepuluh ton, digunakan untuk tugas pemantauan, dan hanya dipersenjatai senapan mesin ringan yang hanya ampuh digunakan melawan
tank ringan lainnya.
tank sedang atau
tank cruiser, lebih berat dan bertujuan untuk perjalanan cepat jarak jauh. Dan yang terakhir,
tank berat atau
tank infanteri, adalah
tank dengan lapisan pelindung yang berat, yang berjalan lambat.
tank ini dibuat untuk digunakan untuk menembus pertahanan bersama-sama dengan infanteri. Pelindungnya yang berat membuatnya bisa tahan ditembak senjata anti-
tank. Setelah
tank berat dan infanteri berhasil melubangi garis pertahanan lawan,
tank sedang akan dikirim melalui lubang tersebut dan menyerang jalur logistik dan satuan komandan. Taktik seperti ini akhirnya dikembangankan oleh Jerman dalam konsep blitzkrieg.
Perang Dunia II
Perang Dunia II mendapati perkembangan pesat pada
tank. Jerman misalnya, menggunakan
tank-
tank ringan seperti Panzer I yang sebelumnya digunakan hanya untuk latihan.
tank-
tank ringan dan kendaraan lapis baja lainnya menjadi unsur paling penting dalam blitzkrieg. Namun,
tank ringan ini kalah menghadapi
tank Inggris dan lebih lagi melawan
tank T-34 Soviet. Dan pada akhir perang semua pihak telah secara drastis menambah ukuran meriam dan pelindung
tank. Misalnya, Panzer I hanya memakai dua senapan mesin, dan Panzer IV,
tank paling berat Jerman pada awal Perang Dunia II menggunakan meriam 75 mm kecepatan rendah, dan beratnya dibawah 20 ton. Pada akhir perang,
tank sedang standar Jerman, Panther, menggunakan meriam 75 mm kecepatan tinggi, dan beratnya 45 ton.
Perkembangan semasa perang lain adalah diperkenalkannya sistem suspensi yang jauh lebih baik. Mungkin hal ini terdengar tidak penting, tetapi kualitas suspensi adalah penentu kinerja cross-country
tank.
tank dengan suspensi yang buruk akan mengakibatkan getaran yang besar yang dirasakan pengendara, ini akan mengakibatkan sulitnya pengoperasian, mengurangi kecepatan, dan membuat penembakan sambil berjalan menajdi tidak mungkin. Sistem suspensi baru seperti sistem suspensi Christie atau suspensi torsion bar meningkatkan kinerja dan kecepatan secara drastis.
Pada masa ini hampir semua
tank sudah dilengkapi radio untuk mempermudah pengarahan dan komunikasi. Badan
tank juga sudah dimodifikasi untuk dipakai untuk peran-peran lain, seperti penghancuran ranjau dan peran insinyur tempur. Semua negara utama peserta perang telah mengembangkan meriam swa-gerak: artileri,
tank penghancur, dan meriam serbu. Meriam serbu Jerman dan Soviet, lebih murah dan ringan dari
tank, menggunakan meriam-meriam yang paling berat. Sementara penghancur
tank milik Amerika Serikat dan Inggris sudah sulit dibedakan dari
tank biasa.
Meriam berputar, yang sebelumnya tidak tersedia pada semua
tank, dianggap sebagai hal yang sangat penting. Meriam ini harus bisa digunakan melawan
tank lain, jadi diusahakan sebesar dan sekuat mungkin, berarti
tank cukup memiliki satu meriam yang harus sangat kuat. Akibatnya, desain
tank dengan banyak meriam, seperti T-35 Soviet, ditinggalkan.
Perang Dingin dan seterusnya
Setelah Perang Dunia II dan memasuki Perang Dingin, negara negara maju dan adikuasa mengambil pelajaran dari Jerman dalam penggunaan kekuatan
tank. Ditambah dengan ancaman perang nuklir dan kimia yang membuat
tank dilengkapi perlengkapan perang nuklir dan kimia. Kemajuan dalam teknologi meriam dan amunisinya membuat
tank semakin ditakuti, dan masing-masing negara berlomba-lomba untuk menyempurnakan teknologinya.
Namun justru ancaman terbesar
tank saat ini adalah pasukan infanteri yang dilengkapi dengan persenjataan ringan yan memiliki daya hancur yang dahsyat, dengan mengembangkan basoka anti-
tank yang juga hasil pengembangan dari bazoka Jerman pada Perang Dunia II. Ditambah dengan berkembangnya kemampuan angkatan udara dengan helikopter tempur yang memiliki kemampuan anti-
tank.
Lihat pula
tank
Meriam
Referensi
Dwyer, Gray E. (9 August 1924). "Story of the Tanks; De Mole's Travelling Caterpillar Fort; Remarkable Letter From Perth in 1914". The Argus. hlm. 6, col. A. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-02-10. Diakses tanggal 2010-04-03.
Macksey and John H. Batchelor, Kenneth (1970).
tank: A History of the Armoured Fighting Vehicle. New York: Charles Scribner's Sons.
Zaloga and James Grandsen, Steven J. (1984). Soviet Tanks and Combat Vehicles of World War Two. London: Arms and Armour Press. ISBN 0-85368-606-8.
Tucker, Spencer (2005). World War I: Encyclopedia. Priscilla Mary Roberts. ABC-CLIO. ISBN 1-85109-420-2.
Gudmundsson, Bruce I. (2004). On Armor. Greenwood Publishing Group. ISBN 0-275-95019-0.
Gougaud, Alain (1987). L'Aube de la Gloire, Les Autos-Mitrailleuses et les Chars Français pendant la Grande Guerre. Musée des Blindés, ISBN 2-904255-02-8.
Harris, J. P. (1995). Men, Ideas and Tanks: British Military Thought and Armoured Forces, 1903–39. Manchester: Manchester University Press. ISBN 978-0-7190-4814-2.
Fletcher, David (1998). Armoured Fighting Vehicles of the World: AFVs of World War One. Duncan Crow and Maj. Gen. N. W. Duncan. Cannon Books. ISBN 1-899695-02-8.
Achtung Panzer–The history of tanks and people of the Panzertruppe.
OnWar's Second World War Armour Diarsipkan 2014-11-10 di Wayback Machine.
Peter Wollen: Tankishness London Review of Books Vol. 22 No. 22, 16 November 2000. (A review of the book
tank: The Progress of a Monstrous War Machine by Patrick Wright, covering in detail some topics like the development of the first
tank in Britain or the influence of the
tank in culture)