Langgam Korintus (bahasa Yunani: Κορινθιακός ρυθμός, Korintiakos ritmos; bahasa Latin: Ordo Corinthius) adalah
Langgam termuda di antara tiga
Langgam utama arsitektur Yunani dan Romawi Kuno. Dua
Langgam lainnya adalah
Langgam Doria (
Langgam tertua) dan
Langgam Yonia. Di dalam ruang lingkup arsitektur Yunani Kuno,
Langgam Korintus merupakan
Langgam yang meniru semua unsur
Langgam Yonia kecuali ganjanya. Tatkala arsitektur klasik dihidupkan kembali pada era Renaisans, tercipta dua
Langgam tambahan, yakni
Langgam Toskana dan
Langgam campuran.
Langgam Korintus, berikut turunannya,
Langgam campuran, merupakan
Langgam yang paling banyak corak hiasnya. Ciri khas
Langgam Korintus adalah pilarnya yang ramping beralur serta kerumitan ganjanya yang dihiasi ukiran daun dan sulur batang jeruju. Variasi hiasannya cukup beragam.
Kata
Korintus pada nama
Langgam ini berasal dari nama kota Yunani Kuno
Korintus, sekalipun
Langgam Korintus Romawi memiliki ciri khas tersendiri, lantaran berpatokan kepada bentuk pilar kuil Mars Ultor di pinggir alun-alun Agustus (dibangun sekitar tahun 2 Masehi). Di kawasan selatan Galia,
Langgam Korintus tampak pada bangunan Maison Carrée di Nîmes, dan pada bangunan kuil Agustus dan Livia di Vienne. Contoh menonjol lainnya menurut Mark Wilson Jones adalah pilar
Langgam Korintus dengan ukuran lebih pendek pada bangunan Basilika Ulpia dan Gapura Trayanus di Ancona (kedua-duanya dibangun pada masa pemerintahan Kaisar Trayanus, 98–117 Masehi), Tugu Fokas (dibangun ulang pada Abad Kuno Akhir, tugu aslinya dibangun pada abad ke-2 Masehi), dan pilar-pilar kuil Bakhus di Balabak (dibangun sekitar tahun 150 Masehi).
Deskripsi
=
Langgam Korintus dinamakan demikian lantaran dipercaya sebagai hasil reka cipta negara kota
Korintus. Meskipun demikian, sejarawan arsitektur Vitruvius berpendapat bahwa
Langgam Korintus adalah ciptaan Kalimakhus, perupa Yunani Kuno (diduga asal Atena) yang menggambar daun-daun jeruju bertumbuh di sekeliling sebuah bakul persembahan nazar. Penerapan terawal
Langgam Korintus dapat dirunut sampai kurun waktu Abad Klasik Akhir (430–323 Pramasehi). Ganja
Langgam Korintus tertua ditemukan di Basai, dan dipertanggal tahun 427 Pramasehi.
=
Proporsi merupakan ciri khas utama
Langgam Korintus. "Integrasi koheren matra dan rasio yang selaras dengan asas-asas simetria" pada
Langgam Korintus diketahui Mark Wilson Jones sesudah mendapati bahwa perbandingan tinggi keseluruhan pilar dengan tinggi poros pilar adalah 6 banding 5, dengan demikian tinggi keseluruhan pilar berikut ganjanya sering kali merupakan kelipatan 6 kaki Romawi, sedangkan tinggi pilar itu sendiri merupakan kelipatan 5 kaki Romawi. Proporsi pilar
Langgam Korintus sama dengan proporsi pilar
Langgam Yonia, kendati lebih ramping dan tampil menonjol berkat ganjanya yang berukir. Sisi abakus (lempengan mercu tiang) di atas ganja sengaja dibuat berlekuk agar selaras dengan bentuk ukiran sulur batang pada sudut-sudut ganja. Abakus dapat pula dihiasi corak bunga mekar di tengah masing-masing sisi tegaknya. Pilar-pilar
Langgam Korintus dipasang pada lantai paling atas bangunan Koloseum, menopang beban yang paling ringan, dan merupakan pilar-pilar yang paling tipis perbandingan ketebalan dengan tingginya. Perbandingan tinggi dengan lebarnya kira-kira 10 banding 1.
Salah satu varian
Langgam Korintus Romawi adalah
Langgam Tivoli, yang terdapat pada kuil Vesta di Tivoli. Ganja-ganja
Korintus pada
Langgam Tivoli dihiasi dua susun ukiran daun jeruju, dan sisi-sisi tegak abakusnya dihiasi ukiran kuntum-kuntum kembang sepatu yang kelewat besar dengan putik mencuat menyerupai spiral. Ujung-ujung alur pilar dibuat rata. Fris (area tengah yang lebar) pada balok ambang dihiasi festun (ukiran malai) buah-buahan yang menggelantung di antara jajaran bukranion (ukiran tengkorak lembu jantan). Di atas tiap-tiap gelantungan festun terukir corak hias bunga mekar. Lis pada balok ambangnya tidak dilengkapi siku-siku penyangga.
= Ganja-ganja Gandara
=
Ganja India-
Korintus adalah ganja pada mercu pilar-pilar maupun pilar-pilar semu yang ditemukan di kawasan barat laut Anak Benua India, dan yang lazimnya memadukan unsur-unsur Helenistis dengan unsur-unsur India. Ganja-ganja India-
Korintus biasanya dipertanggal abad pertama Masehi, dan merupakan unsur-unsur penting seni rupa Yunani-Buddhawi di Gandara.
Desain klasik kerap diadaptasi, biasanya menjadi bentuk yang lebih memanjang, kadang-kadang dipadukan dengan ukiran sulur batang, dan pada umumnya tampak pada bangunan-bangunan stupa dan rumah ibadat agama Buddha. Ganja-ganja India-
Korintus juga dihiasi ukiran sosok Sang Buddha atau para Bodhisatwa, biasanya sebagai hiasan paling tengah, yang dikelilingi dan sering kali ditudungi ukiran dedaunan khas
Langgam Korintus.
=
Ketika Italia tengah dilanda Renaisans gelombang pertama, pakar teori arsitektur Firenze, Francesco di Giorgio, mengejawantahkan analogi-analogi manusiawi, yakni pengibaratan bentuk bangunan dengan bentuk tubuh manusia, yang kerap dipakai para penulis penganut pandangan Vitruvius. Pada gambar-gambar persegi, ia menumpangtindihkan citra ganja
Langgam Korintus dengan citra kepala manusia guna memperlihatkan proporsi-proporsi umum yang terdapat pada keduanya.
Arkitraf
Langgam Korintus terdiri atas dua atau tiga bagian yang dapat saja sebangun atau memiliki keterkaitan proporsi yang mengesankan. Di atas arkitraf yang polos tanpa hiasan, bertengger fris, yang dapat saja diperindah dengan ukiran corak hias tak terputus dan dapat pula dibiarkan polos, seperti yang tampak pada bangunan baru hasil perluasan Gedung Kapitol. Proporsi arkitraf dengan fris di Gedung Kapitol adalah 1 banding 1. Profil lis pada balok ambangnya serupa dengan profil lis pada
Langgam Yonia. Jika sangat menjorok, lisnya dapat ditopang siku-siku penyangga, yakni serangkaian siku-siku hias yang dipakai di bawah lis.
Pilar
Langgam Korintus hampir selalu beralur, dan alur tersebut dapat saja diperindah lebih lanjut dengan hiasan tambahan. Alur dapat ditambahi isian, yakni ukiran galah yang mengisi cekungan alur tanpa ujung maupun alur berujung. Ukiran galah dibuat setinggi satu pertiga tinggi pilar, yakni sampai ke pangkal entasis. Dalam bahasa prancis, hiasan semacam ini disebut chandelles, dan ujungnya kadang-kadang ditambahi ukiran nyala api atau bunga lonceng. Isian dapat pula diganti ukiran manik-manik atau rangkaian cula. Karena merupakan
Langgam yang paling luwes,
Langgam Korintus membuka lebih banyak kesempatan untuk menciptakan variasi.
Dari penjelasan serampangan Vitruvius ketika meriwayatkan asal-usul hiasan daun jeruju pada ganja
Langgam Korintus, timbul kelaziman untuk mengibaratkan pilar
Langgam Korintus dengan perawakan semampai seorang anak dara. Dengan sudut pandang semacam inilah pelukis Prancis, Nicolas Poussin, mengungkapkan di dalam surat kepada sahabatnya, Fréart de Chantelou, pada tahun 1642 sebagai berikut:
Gadis-gadis jelita yang nanti kau lihat di Nîmes, saya yakin tidaklah kurang mengusik batinmu dibanding pilar-pilar elok Maison Carrée, karena yang satu tidak lain daripada duplikat lama dari yang satunya lagi.
Sir William Chambers mengungkapkan perbandingan konvensional
Langgam Korintus dengan
Langgam Doria sebagai berikut:
Proporsi-proporsi dari
Langgam-
Langgam tersebut direka orang-orang dulu mengikuti perawakan manusia, dan oleh sebab itu tidak terbersit di dalam benak mereka untuk membuat sebatang pilar
Korintus, yang menurut Vitruvius melambangkan keanggunan seorang anak dara, sama tebal dan lebih tinggi daripada sebatang pilar Doria, yang dicipta sebagai lambang kegagahan dan ketangguhan seorang pria dewasa berbadan kekar.
Sejarah
Sejauh yang sudah diketahui, pilar
Langgam Korintus tertua adalah sebatang pilar yang ditemukan di kuil Apollo Epicurius di Basai, daerah Arkadia, yang dibangun antara tahun 450 sampai 420 Pramasehi. Pilar
Langgam Korintus tersebut bukanlah bagian dari bangunan kuil, yang justru dikelilingi kolonade
Langgam Doria dan memiliki cella berserambi
Langgam Yonia. Pilar
Langgam Korintus itu berdiri sendiri di dalam cella. Kenyataan ini cukup membingungkan, dan para arkeolog memperdebatkan artinya. Sebagian menduga bahwa pilar tersebut hanyalah contoh sebuah pilar nazar. Sejumlah contoh pilar
Langgam Korintus di Yunani pada abad berikutnya semua digunakan di dalam kuil-kuil. Contoh pilar
Langgam Korintus yang lebih terkenal, sekaligus pemakaian
Langgam Korintus pada eksterior bangunan yang pertama kali terdokumentasikan, adalah pilar-pilar melingkar pada monumen Khoregos Lisikrates yang dibangun sekitar tahun 334 Pramasehi di Atena.
Sebuah ganja
Langgam Korintus yang dikubur dengan cermat pada masa lampau di landasan-landasan bundar bangunan tolos di Epidaurus ditemukan kembali berkat kegiatan arkeologis modern. Keberadaan maupun kelestariannya yang terselubung teka-teki telah dijelaskan sebagai model yang dibuat seorang pandai ukir untuk dijadikan acuan para tukang batu dalam kegiatan pembangunan kuil yang dibaktikan kepada Dewa Asklepios itu. Pada Abad Kuno, rancangan arsitektural bangunan kuil yang dibangun pada abad ke-4 Pramasehi itu dipercaya sebagai hasil karya pandai ukir Polikleitos Muda, anak pandai ukir Yunani Klasik, Polikleitos Tua. Ganja-ganja di salah satu situs suci di Yunani yang paling ramai didatangi orang ini kemudian hari memengaruhi rancangan-rancangan
Langgam Korintus Helenistik dan Romawi. Sisi-sisi tegak abakusnya yang cekung bertemu pada sudut yang meruncing mirip lunas kapal sehingga mudah patah, oleh karena itu pada kurun waktu akhir dan pasca-Renaisans sudut runcing lazim diganti dengan sudut terpotong. Di belakang ukiran-ukiran gulungan tampak jelas bentuk ujung batang pilar yang mengembang.
Jauh kemudian hari, pujangga Romawi Vitruvius (sekitar 75 Pramasehi – sekitar 15 Pramasehi) mengemukakan di dalam karya tulisnya bahwa pencipta
Langgam Korintus adalah Kalimakhos, arsitek sekaligus juru ukir Yunani yang terinspirasi melihat sebuah bakul persembahan nazar di atas kubur seorang gadis cilik, berisi beberapa buah mainannya. Sekeping ubin persegi dijadikan tutup bakul, agar isinya terlindung dari terpaan cuaca. Sebatang jeruju sudah tumbuh menembusi bakul anyaman itu, menyembulkan daun-daunnya yang bertulang menjari mirip onak lewat sela-sela serat anyaman.
Claude Perrault memasukkan sebuah vinyet yang merangkum kisah Kalimakhos di dalam ilustrasi
Langgam Korintus pada terjemahan karya tulis Vitruvius yang ia kerjakan dan terbit di Paris pada tahun 1684. Di dalam gambar gravirnya, Perrault menunjukkan bahwa proporsi-proporsi ganja berukir itu dapat diubah-suai mengikuti kebutuhan rancangan, tanpa menyalahi kaidah. Tekstur dan garis-garis dedaunan jeruju pada gambar gravir Perrault tampak kering dan kaku dibanding dedaunan jeruju versi naturalisme abad ke-19 di Gedung Kapitol. Ganja
Langgam Korintus dapat dipandang sebagai hasil pengembangan dan pengayaan ganja
Langgam Yonia, kendati orang harus mengamati sebuah ganja
Langgam Korintus dengan teliti untuk mendapati voluta (ukiran gulungan) khas
Langgam Yonia pada sudut-sudutnya, mungkin sudah diperkecil ukurannya dan tidak lagi menjadi hiasan paling utama, menjorok di atas dua susun daun dan taruk jeruju yang distilisasi, semuanya berjumlah delapan, dan mendapati bahwa voluta-voluta yang lebih kecil tergulung ke belakang dan menghadap satu sama lain. Ukiran dedaunannya dapat saja tampak agak kaku, skematis, dan kering, dan dapat pula dicungkil tepian polanya serta diukir tembus sehingga tampak anggun, alami, dan mencolok. Pada ganja-ganja dari kurun waktu Abad Kuno Akhir dan zaman Romawi Timur, ukiran daun-daun jeruju dibuat tampak tersibak ke samping, seakan-akan terkena hembusan kuat akidah. Berbeda dari ganja-ganja
Langgam Doria dan Yonia, ganja
Langgam Korintus tidak berleher, hanya ada ukiran astragal atau gelang-gelang sebagai pangkalnya, mengingatkan orang kepada dasar keranjang di dalam legenda asal-usulnya.
Kebanyakan gedung (maupun pemesan) sudah puas dengan satu atau dua macam
Langgam. Apabila
Langgam ditumpuk satu di atas yang lain, sebagaimana yang tampak pada bangunan Koloseum, urutan alami dari dasar sampai ke puncak adalah dari yang paling kukuh dan sederhana (Doria) sampai yang paling ramping dan anggun (
Korintus). Jajaran pilar pada lantai teratas Koloseum dibuat mengikuti
Langgam yang tidak lazim, yang kemudian hari dikenal dengan sebutan
Langgam campuran pada abad ke-16. Orang-orang Italia pada pertengahan abad ke-16, terutama Sebastiano Serlio dan Jacopo Barozzi da Vignola, yang menetapkan versi kanonik
Langgam-
Langgam, merasa telah mendapati sebuah "
Langgam campuran", yang memadukan voluta-voluta khas
Langgam Yonia dengan ukiran dedaunan khas
Langgam Korintus, tetapi sesungguhnya voluta hampir selalu ada pada ganja-ganja buatan Romawi.
Di ranah arsitektur Romanik dan arsitektur Gotik, tempat sistem Klasik sudah diganti dengan suatu tampilan keindahan baru yang terdiri atas pelengkung-pelengkung yang mencuat dari pilar-pilar, ganja
Langgam Korintus tetap dipertahankan. Bentuknya dapat saja dibuat sangat sederhana, seperti yang lazim dijumpai pada arsitektur Sistersien, demi tercipta suasana yang tidak membuat perhatian orang teralihkan dari liturgi serta mendukung upaya tafakur para ahli zuhud, atau dalam konteks-konteks lain dapat saja dibuat menjadi banyak variasi yang sangat memikat, bahkan pada ganja sederet pilar atau kolonet (tiang ramping) yang setatanan.
Pada abad ke-16, rangkaian gambar gravir dari
Langgam-
Langgam tersebut di dalam risalah-risalah arsitektur membantu pembakuan detail-detailnya dengan batasan-batasan yang kaku. Risalah Sebastiano Serlio, Regola delli cinque ordini karya Giacomo Barozzi da Vignola (1507–1573), I quattro libri dell'architettura karya Andrea Palladio, dan L'idea dell'architettura universale karya Vincenzo Scamozzi, disusul risalah-risalah Prancis pada abad ke-17 dengan model-model gravir yang semakin disempurnakan, misalnya model-model gravir buatan Perrault.
Contoh-contoh terkenal
Argentina
Istana Kongres Nasional Argentina
Banglades
Istana Tajhat, Rangpur
Prancis
Maison Carrée, Nimes
Tugu Juli,
Jerman
Kapel Istana, Aachen
Gedung Reichstag, Berlin
Yunani
Monumen Khoregos Lisikrates, Atena
Kuil Zeus Olimpos, Atena
Israel
Markas Bait Keadilan Tertinggi, Haifa
Italia
Gedung Pantheum, Roma
Kuil Mars Ultor
Kuil Vesta, Tivoli
Yordania
Jaras
Jabalul Qal'a, Amman
Filipina
Aula St. La Salle
Aula Don Enrique T. Yuchengco
Gelora Enrique M. Razon
Portugal
Templo de Diana, Évora
Rumania
Gereja Santo Georgius Baru di Bukares
Istana Raja Bukares
Gereja Biara Antim
Perpustakaan Universitas Pusat di Bukares
Wisma Monteoru
Rusia
Istana Musim Dingin
Katedral Santo Ishak
Singapura
Gedung Balai Kota Lama
Afrika Selatan
Gedung Parlemen, Kapstad
Suriah
Bosra
Kuil Yupiter, Damsyik
Kolonade Bakhus, Latakia
Tadmur
Ukraina
Menara Lonceng Lavra Besar (Lantai 4 – 8 pilar)
Monumen Kemerdekaan
Inggris
Tugu Nelson di London Pusat
Universitas Kolese London
Amerika Serikat
Gedung Kapitol
Gedung Mahkamah Agung Amerika Serikat
Gedung Rotunda, Universitas Virginia
Bursa Saham New York
Galeri
Baca juga
Langgam Raksasa
Langgam Tumpuk
Catatan kaki
Rujukan
Lawrence, A. W., Greek Architecture, 1957, Penguin, Pelican history of art
Pranala luar
Media tentang Pilar-pilar
Langgam Korintus di Wikimedia Commons