Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Korintus (disingkat
Surat 1
Korintus, I
Korintus, 1Kor atau I Kor) merupakan salah satu dari ketiga
Surat (1 & 2
Korintus serta Roma)
yang menempati posisi sentral dalam bagian Perjanjian Baru
di Alkitab Kristen.
Surat Korintus yang Pertama ditulis setelah
Paulus menerima kabar buruk dari orang-orang Kloe. Berita buruk tersebut adalah timbulnya persoalan-persoalan, seperti keikutsertaan
Jemaat Korintus dalam upacara-upcara keagamaan kafir, penghakiman
di depan orang-orang kafir dan pelacuran. Selain masalah-masalah etis dan moral,
Surat ini juga merupakan
Surat penggembalaan untuk menegur
Jemaat di Korintus yang memiliki berbagai macam karunia, sehingga menjadikan
Jemaat satu dengan
yang lainnya saling menyombongkan diri.
Ayat-ayat terkenal
1
Korintus 10:13: Pencobaan-pencobaan
yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa,
yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.
1
Korintus 13:4–8: Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan
yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan.
1
Korintus 9:16: Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.
=
Kota
Korintus bukanlah kota kuno
yang telah lama dikenal sebagai pusat perdagangan, budaya, dan berbagai macam kegiatan politik, melainkan kota ini pernah dihancurkan oleh orang-orang Romawi pada 146 SM. Barulah setelah kehancuran itu, kota
Korintus dibangun kembali oleh Julius Caesar pada tahun 46 SM. Setelah pembangunan kembali, kota ini pun dikenal sebagai pusat provinsi Romawi, yaitu Akhaya
yang pada tahun 55 M dipimpin oleh Gubernur Galio dan menjadi pusat perdagangan
yang berkembang, khususnya industri keramik (barang tembikar). Selain perdagangan tembikar, kota ini dikenal juga karena kemajuannya
yang pesat dalam kebudayaan, pendidikan, dan juga karena banyaknya agama Hellenis
yang terdapat
di sana.
Kota ini didominasi oleh Akrokorintus
yang dikenal sebagai dewi asmara dan pemujaan dewi ini banyak menghasilkan tindakan-tindakan amoral pada zaman Aristofanes. Tindakan amoral itu didominasi oleh perilaku seksual
yang sembarangan dan pemujaan dewa-dewi Romawi
di kuil-kuil utama dan orang-orang Kristen
di Korintus ada sebagian
yang termasuk mengikuti praktik-praktik amoral tersebut.
=
Gereja
di Korintus didirikan pada perjalanan penginjilan
Paulus yang kedua, sekitar musim gugur tahun 52 M, seperti
yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 18:1-18.
di Korintus,
Paulus tinggal selama 18 bulan, mengasuh gereja
yang baru ini, sambil sehari-hari bekerja sebagai tukang membuat tenda.
Paulus menyebut orang
Korintus 'tidak kekurangan dalam suatu karunia pun'. Atas keadaan inilah,
Jemaat di Korintus menjadi sangat bergembira, namun sikap ini juga
yang membuat
Jemaat di Korintus menjadi congkak, puas diri, sehingga keadaan
Jemaat menjadi kacau. Akibat kekacauan ini,
Jemaat Korintus mengalami ekstase (kegembiraan
yang meluap). Ekstase ini ditujukan bukan lagi
kepada Kristus, melainkan terhadap perempuan-perempuan
yang dapat memenuhi hasrat mereka. Terjadinya berbagai macam penyimpangan moral
di Jemaat Korintus sebenarnya timbul dari komunitas Yahudi Gnostik. Gnostisisme adalah gerakan spiritual
yang mempengaruhi kehidupan Kristen, awalnya
di sekitar Laut Tengah. Selanjutnya, dalam praktik penyembahan berhala,
Jemaat di Korintus dipengaruhi oleh pemikiran Yunani
yang rasionalis.
Penulis dan Tempat Penulisan Surat I Korintus
Surat ini menyebut
Paulus sebagai penulis utama
Surat ini, bersama Sostenes, seperti
yang tertulis
di 1
Korintus 1:1. Tampaknya
Surat ini ditulis dengan bantuan seorang sekretaris (mengingat tidak mudahnya penulisan
Surat di atas kertas perkamen, tetapi
di akhir
Surat ini,
Paulus menulis dengan tulisan tangannya sendiri. Ia menulis
Surat ini
di kota Efesus.
Waktu penulisan
Berdasarkan informasi dari Kisah Para Rasul 20:31 kemungkinan besar pada tahun terakhir dari masa tinggal selama 3 tahun
di Efesus, sekitar bulan Maret-April 56 M,
yang berarti gereja
Korintus saat itu berusia sekitar 4 tahun. Robinson meyakini penulisannya pada musim semi (antara bulan Maret - Juni) tahun 55 M. Pendapat lain memberi perkiraan tahun 53, atau tahun 53-56.
Tujuan penulisan
Keberadaan
Jemaat di Korintus dikenal karena perpecahan mereka antara berbagai golongan dan karena perilaku moral mereka
yang menyimpang, sehingga masing-masing membanggakan keunggulannya dan berbuat semaunya tanpa ada aturan. Adanya perbedaan antara mereka sebenarnya bukan timbul dari kejahatan mereka saja, namun juga disebabkan oleh guru-guru agama
yang membuat perbedaan golongan. Atas perbedaan-perbedaan inilah
Paulus menulis suratnya untuk menegur perpecahan
yang telah merusak iman
Jemaat.
Garis Besar Isi
Secara garis besar, isi
Surat I
Korintus terbagi menjadi sebelas, yaitu:
Salam dan pengantar (1:1-9).
Perpecahan dalam
Jemaat; terdapat perbandingan antara ajaran
Paulus dengan ajaran Apolos (1:10-4:21).
Kejadian maksiat (asusila) (5:1-13).
Peringatan lebih lanjut terhadap masalah asusila (6:1-20).
Pembicaraan mengenai perkawinan (7:1-40).
Persoalan tentang daging
yang dipersembahkan
kepada berhala: tafsiran
Paulus mengenai pelayanan
yang rasuli (8:1-11:1).
Pembenaran terhadap ketidakberaturan dalam perkumpulan ibadah; tutup kepala wanita, pesta kasih, dan perjamuan kudus (11:2-34).
Karunia-karunia rohani (12:1-31; 14:1-40).
Konsep tentang Kasih (13:1-13).
Ajaran Kristen
yang benar tentang kebangkitan orang mati (15:1-58).
Petunjuk tentang pengumpulan persembahan bagi Yerusalem; berbagai macam peringatan; salam penutup (16:1-24)
Tema Pokok
= Pergumulan kepemimpinan dalam gereja
=
Jemaat terpecah menjadi berbagai kelompok
yang memilih salah satu dari tiga pemimpin:
Paulus, Petrus, atau Apolos (1:12).
Paulus menasihatkan, "adakah Kristus terbagi-bagi? Adakah
Paulus disalibkan karena kamu?" (1:10,13).
= Orang Kristen yang bertindak buruk
=
Paulus heran dengan banyaknya tindakan
yang bertentangan dengan sikap Kristen. Orang Kristen berkewajiban untuk mengkritik dan mendisiplin anggota-anggota mereka. Ia menasihati agar
"jangan bergaul dengan orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu" (5:11). Bahkan lebih tegas
Paulus menambahkan, "usirlah orang
yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu" (5:13).
= Pernikahan
=
Tuhan memberikan
kepada sebagian orang karunia menjadi suami atau istri, dan
sebagian diberikan karunia untuk tinggal membujang, demi kepentingan
kerajaan-Nya (7:7,32).
Paulus mengakui "lebih baik kawin daripada hangus
karena hawa nafsu." (7:9).
= Makan hidangan yang telah dipersembahkan kepada berhala
=
Paulus menganggap masalah ini tidak terlalu penting, karena semua makanan
berasal dari Tuhan, namun demikian orang Kristen harus peka terhadap
orang-orang percaya lain
yang berkeberatan makan hidangan seperti itu (8:1-13).
= Pakaian untuk ibadah
=
Orang harus berpakaian dengan pantas, bukan sebagai orang
yang pamer, menarik perhatian untuk diri sendiri, atau sebagai godaan untuk lawan jenis (11:1-16).
= Perjamuan Tuhan
=
Ini merupakan perayaan bersama untuk mengenang kematian dan
kebangkitan Kristus.
Jemaat Korintus telah menggantinya menjadi pemisahan
makanan bagi orang
yang kaya dan miskin. Orang miskin hanya makan makanan
yang
tersisa (11:20-33).
= Karunia Rohani
=
Tuhan memberikan kemampuan
yang berbeda
kepada berbagai
orang. Setiap karunia penting dan bermanfaat dalam pekerjaan Tuhan (12:1-31).
= Kasih
=
Puisi tentang kasih muncul setelah
Paulus berbicara mengenai karunia-karunia.
Paulus menekankan bahwa semua kemampuan itu tidak berarti jika tidak keluar
dari hati
yang penuh kasih. Kemampuan untuk mengasihi seseorang adalah karunia
terbesar dari semua karunia -lebih besar dari pengharapan bahkan lebih besar
dari iman (13:13).
= Kebangkitan Kristus dan iman kita
=
Beberapa orang percaya saat itu tidak percaya bahwa tubuh
akan dibangkitkan.
Paulus mengajarkan bahwa, "jika Kristus tidak
dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu." Inilah jaminan bahwa
orang
yang telah mati akan dihidupkan kembali. Sebab kematian masuk ke dalam
dunia dengan perantaraan satu orang, begitu juga hidup kembali dari kematian
diberikan
kepada manusia dengan perantaraan satu orang (15:20-21).
Pokok-pokok Teologis
= Jemaat harus menjadi satu persekutuan di dalam Tuhan
=
Mengingatkan
Jemaat di Korintus untuk tetap dalam persekutuan (koinonia), sehati sepikir, seia-sekata dan jangan ada perpecahan
di antara
Jemaat merupakan perhatian utama
Paulus. Peringatan ini diberikan oleh
Paulus karena dalam
Jemaat timbul beberapa alasan
yang membuat perpecahan itu,
Pertama adanya berbagai ajaran
yang membuat
Jemaat berselisih (1 Kor.1:11) dan iri hati (1 Kor.3:3). Kedua, orang
yang "kuat" mencari kesenangan sendiri dalam ritual penyembahan berhala, sehingga mereka tidak memperhatikan keadaan orang "lemah" (1 Kor.10:33), kemudian
yang ketiga adanya orang-orang tertentu
yang melahap habis hidangan saat perjamuan bersama, sehingga orang
yang datang belakangan tidak mendapatkan jatahnya dan menjadi lapar (1 Kor.11:17-34), dan
yang terakhir juga ditimbulkan karena adanya orang
yang saling membanggakan karunianya masing-masing. Dalam peringatan ini juga,
Paulus menggunakan metafora tentang banyak anggota dalam satu tubuh untuk memberitahu
Jemaat bahwa setiap anggota harus saling mendukung.
= Hidup kudus sebagai tubuh Kristus
=
Sabagai umat Allah, (1 Kor.1:24; 10:32)
Jemaat harus menunjukkan hidupnya dalam kekudusan.
Paulus harus mengingatkan bahwa status mereka bukanlah kagi "orang biasa", melainkan mereka adalah umat
yang telah disucikan, dikuduskan serta dibenarkan oleh Allah dalam Yesus Kristus dan Roh Kudus. Peringatan ini diberikan oleh
Paulus karena banyak dari anggota
Jemaat yang terlibat dalam hubungan seks, bahkan hubungan seks sesama anggota keluarga, padahal mereka belum ada dalam hubungan suami-isteri, ada juga
yang datang ke kuil-kuil untuk dilayani pelacur, dan melakukan ritual-ritual penyembahan berhala. Sebenarnya prkatek-praktik kejahatan dan perzinahan tersebut pada saat itu tidak dilarang, bahkan diizinkan oleh tradisi karena saat itu sedang terkenal istilah "tubuh adalah rumah jiwa", sehingga orang harus menjaga jiwa dengan memenuhi keinginan tubuh mereka. Untuk menanggapi persoalan bergaul dengan pelacur,
Paulus berangkat dari Amsal 6:26&32 bahwa selain merusak, hal itu juga dapat menyebabkan berdosa terhadap dirinya sendiri. Kedua, menanggapi slogan
yang terkenal
di atas,
Paulus menegaskan bahwa tubuh adalah milik Allah dan merupakan bagian dari anggota tubuh Kristus, oleh karena itu
Jemaat harus memuliakan Allah dengan tubuhnya.
= Kebangkitan orang mati
=
Permasalahan ini timbul ke permukaan disebabkan oleh sekelompok orang
yang tidak memahami kebangkitan tubuh (1 Kor. 15:12) serta bagaimana kebangkitan itu terjadi (1
Korintus 15:35). Masyarakat Roma memahami bahwa kematian dapat membebaskan jiwa dari tubuh. Maka dari itulah
Jemaat Kristen
di Korintus tidak percaya akan hal ini, karena pemahaman mereka
yang masih dipengaruhi oleh Helenistik
yang mengatakan bahwa jika ada kehidupan sesudah kematian, maka hanya merupakan tipe dari suatu keberadaan
yang tidak bertubuh. Maka tanggapan
Paulus akan hal ini menegaskan bahwa orang
yang sudah mati dapat bangkit sekalipun tubuh jasmaninya (soma psychicon) telah hancur, karena menurutnya kehancuran tubuh jasamani itu akan diganti dengan tubuh rohani dalam kepribadian
yang dikenal Allah (soma pneumatikon). Melalui masalah kebangkitan ini,
Paulus juga ingin memberitahu pada
Jemaat Korintus bahwa mereka semua telah memiliki iman
yang sama yaitu iman
di atas Yesus Kristus
yang telah bangkit pada hari ketiga dari antara orang mati. Lewat pemberitaan ini,
Paulus menghubungkan bahwa antara kebangkitan Yesus dengan kebangkitan orang percaya pada masa depan tidak terpisahkan. Ketidakterpisahan ini dikatakan
Paulus bahwa kematian orang-orang percaya tidak akan binasa, karena mereka mati bersama Kristus dan kematiannya tidak menjadi binasa karena kebangkitan Kristus. Selanjutnya,
Paulus juga memberikan perhatiannya pada kebangkitan orang percaya pada masa depan. Ia menegaskan bahwa tanpa kebangkitan tubuh, tidak mungkin ada kekekalan (1 Kor.15:18,19).
Lihat pula
Perjanjian Baru
Korintus
Surat 2
Korintus
Surat-
Surat Paulus
Referensi
Pranala luar