Laura Montoya (26 Mei 1874 – 21 Oktober 1949) adalah seorang biarawati asal Kolombia. Ia berkarya di tengah suku Indian yang merupakan penduduk asli Amerika dan menjadi santa pertama asal Kolombia.
Ia lahir dengan nama
Laura de Jesus
Montoya y Upegui sebagai anak kedua dari pasangan Juan de la Crux
Montoya dan Dolores Upequi. Pada usia dua tahun, ayahnya gugur di medan perang. Situasi tersebut membuat ekonomi keluarganya terpuruk. Demi mengurangi beban ekonomi keluarga, Dolores mengirim
Laura ke rumah orangtuanya di Medellín. Sejak saat itu,
Laura diasuh neneknya. Neneknya mengajarinya membaca, menulis, dan berhitung. Neneknya mengenalkan dan mengajarkan
Laura membaca Alkitab serta berdoa.
Usai menerima Sakramen Ekaristi pada usia 13 tahun,
Laura giat mengikuti Misa di gereja. Pada usia 14 tahun,
Laura masuk Normall de Institutoras atas permintaan ibunya. Dolores berharap dengan menjadi guru,
Laura bisa ikut membantu menopang keuangan keluarga. Ia diterima di sekolah tersebut, meskipun ia tak mendapatkan ijazah dari lembaga pendidikan formal. Tak hanya itu, ia pun lulus dan menggondol nilai tertinggi. Tamat pendidikan guru,
Laura mengajar di beberapa SD di ibukota provinsi itu.
Siswa-siswi dan orangtua mereka mengenal
Laura sebagai guru yang tak melulu mengajarkan pengetahuan, melainkan juga menyemai benih-benih kristianitas dan keutamaan Injili. Ia menanamkan kesadaran pada para siswa tentang pentingnya toleransi dan memaafkan. Bahkan, ia memberikan contoh konkret dengan memaafkan orang yang telah membunuh ayahnya.
Pada usia 20 tahun,
Laura kembali ingin menjadi biarawati. Ia bergabung dan menjalani formasi sebagai Karmelit. Selama formasi,
Laura menemukan semangat dan fokus pastoralnya. Ia ingin melayani orang-orang di daerah terpencil dan mewartakan Injil pada semua orang – terutama yang termarjinalkan.
Laura meninggalkan Karmelit, lalu berkunjung ke Urabá dan Sarare. Hatinya tersentuh kala menyaksikan diskriminasi yang dialami oleh penduduk asli Amerika Selatan tersebut. Ia melihat, Injil belum menyentuh wilayah yang mayoritas berpenduduk suku Indian.
Anggapan sebagai kaum bar-bar dan terbelakang menjadi stigma yang melekat pada orang-orang Indian. Mereka menjadi warga kelas dua, terus tersingkir di tanah kelahirannya sendiri.
Laura bertekad membawa Kristus dan mengikis stigma dan perlakuan negatif terhadap suku Indian.
Laura berinisiatif secara pribadi mengajak empat perempuan yang ingin mempersembahkan diri untuk membawa bangsa Indian pada Kristus. Pada 14 Mei 1914, mereka hijrah dari Medellín ke Dabeiba. Di tempat tersebut, mereka tinggal bersama suku Indian. Komunitas religius baru tersebut direstui Uskup Agung Santa Fe de Antioquia, Maximiliano Crespo Rivera (1861-1940). Dalam naungan reksa kegembalaan Rivera, mereka dikenal sebagai Tarekat Suster-Suster Misionaris St Maria Imakulata dan St Katarina Sienna.
Pada masa awal berkarya, tarekat baru tersebut sempat menimbulkan pergunjingan. Banyak yang meragukan, mereka diumpamakan seperti domba yang mewartakan Injil pada kawanan binatang buas di padang gurun. Bahkan umat kristiani sendiri menentang karya misi
Laura dan sahabat-sahabatnya. Cemoohan dan tantangan ini sama sekali tak mereka hiraukan.
Selama bermisi di tengah suku Indian,
Laura menulis banyak pesan bagi para pengikutnya. Pesan-pesan ini kelak di rumuskan menjadi konstitusi tarekat yang telah ia dirikan.
Laura selalu menasihati rekan-rekannya agar menjaga keseimbangan antara hidup apostolik dan kontemplatif. Berbekal pengalaman sebagai guru, ia mendidik masyarakat Indian melalui berbagai contoh praktis dan teladan hidup konkret. Ia meyakini itulah cara paling efektif membuka pintu hati dan budaya bangsa Indian sehingga Kristus bisa masuk dan tinggal bersama mereka.
Selama bertahun-tahun tinggal di hutan bersama suku Indian,
Laura sering terserang demam, sampai daya tahan tubuhnya anjlok. Setelah diperiksa ternyata ia mengidap penyakit limfangitis. Penyakit tersebut membuatnya melanjutkan hidup di atas kursi roda. Pada 21 Oktober 1949, ia meninggal di usia 75 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Belencito, daerah termiskin di Medellín.
42 tahun setelah kematiannya, Paus Yohanes Paulus II mengesahkan dekrit keteladanan rohani dan keutamaan hidup
Laura. Ia dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II pada 25 April 2004 menyusul pengakuan Takhta Suci atas mukjizat penyembuhan yang dialami oleh perempuan berusia 86 tahun pada 1994. Perempuan itu sembuh dari kanker rahim berkat doa melalui perantaraan
Laura.
Pada 12 Mei 2013, ia dikanonisasi oleh Paus Fransiskus. Tahta Suci mengakui mukjizat yang dialami Carlos, penderita lupus, gagal ginjal, dan penuaan saraf motorik. Perayaannya dirayakan pada 21 Oktober.
Referensi