Lembata adalah judul novel karya Floribertus Rahardi yang diterbitkan pada tahun 2008 oleh Lamalera Yogyakarta. Bersama dengan Sindu Putra melalui karyanya, Dongeng Anjing Api, untuk kategori Puisi dan Ria N. Badaria melalui karyanya, Fortunata untuk kategori Penulis Muda Berbakat,
Lembata mengantarkan nama F. Rahardi memenangi Penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa untuk kategori Prosa, tahun 2009.
Sinopsis
Pedro tetaplah Pedro, ia pejuang sejati, agamawan yang setia pada imamatnya meski tak lagi harus merayakan kurban misa. Ia adalah sebuah suara profetik dari horizon Rahardi tentang bagaimana meredefenisi seruan profetik yang lama dikekang atau terlalu berada jauh di atas menara gading, masih tuli, kaku dan apatis.
Tidak sejalan dengan Pedro, seorang rekan imamnya Pater Bona justru menikmati tubuh bugil Luciola di rumah penginapan saat berziarah bersama ke Lourdes. Meskipun tidur sekamar dan bercinta dengan Pater Bona, hati Luciola tetap untuk Romo Pedro (hal 83& 85). Semua lelaki yang dikencaninya sebenarnya adalah pelarian dari rasa kecewa akibat tak pernah meluluhkan keagamawanan dan imamatnya seorang lelaki impian bernama Pedro. Pedro bagi Luciola adalah seorang yang telah meluluh-lantakan segala perjuangan dari cintanya yang egois. Dari cinta yang egois Luciola akhirnya pulang pada sebuah kesadaran bahwa keinginan untuk mencintai terlebih keinginan untuk bersetubuh dan menikmati puncak orgasme bersama lelaki pujaan bukanlah hal yang utama. Ini menyata dalam permintaan Luciola kepada Pedro untuk berjuang bersama demi kemanusiaan. “Melalui gereja, aku mau membantu orang –orang susah, apa pun bangsa dan agamanya. Tapi jelas, aku mau konsentrasi di Indonesia, bukan di Peru, bukan di Zambia. Kamu masih tetap mau membantu aku bukan? Pedro, cinta, terlebih seks, ternyata memang bukan hal yang utama ya?”
Pedro pada akhirnya berhasil mengarahkan Luciola pada sebuah bentuk perjuangan cinta yang ‘beda’. Luciola adalah seorang yang mewakili individu- individu masyarakat modern, yang mengalami kekosongan, kesepian dan kecemasan. Kekosongan merupakan kondisi dimana individu tidak lagi mengetahui apa yang harus diinginkan dan tidak lagi memiliki kekuasaaan tarhadap apa yang terjadi dan dialami. Kekosongan jiwa telah mengubah Luciola seorang individu modern menjadi individu yang outer- directed, yaitu individu yang mengarahkan dirinya kepada orang lain dalam rangka mencari pegangan atau petunjuk bagi penentuan hidupnya. Itulah Luciola, ia memiliki kekuasaan dan kekayaan, sayang ia tidak berdaya dan selalu merasa asing. Kesepian yang dialami Luciola merupakan akibat langsung kekosongan jiwa, keterasingan dari diri sendiri dan maupun dengan sesama Akibat dari semua itu melahirkan kegelisahan dalam diri Luciola. Kota- kota besar tempat persinggahannya, Darwin, Singapura, Milan, Montreaux – Lavaux dan kota – kota lainnya hanyalah perjumpaan yang sementara dan hanya berlangsung sementara. Semuanya mengantar Luciola pada hidup yang materialistis dan hedonistis. Ia akhirnya pulang pada sebuah kesadaran akan sebuah nilai ‘lebih’ bila bersama Pedro berjuang untuk orang- orang
Lembata dalam misi kemanusiaan dan bukan pada urusan kelamin.
Lembata sebuah novel karya Rahardi merupakan karya humanistik nan dramatis yang melibatkan ekspresi tertinggi nilai-nilai kemanusiaan, keindahan dan moral. Novel ini menyuarakan nilai – nilai kemanusiaan dan layak dikategorikan sebagai sebuah karya sastra profetik.
Lihat pula
Kusala Sastra Khatulistiwa
Floribertus Rahardi
Referensi