- Source: Letter to My Daughter
Letter to My Daughter adalah buku Maya Angelou yang merupakan esei personal. Diterbitkan pada tanggal 23 September 2008 pertama kali dalam edisi hardcover oleh penerbit Random House. Buku dengan nilai ulasan 4.11 (dari 5) ini diterbitkan dalam edisi berbahasa Indonesia oleh penerbit Gagas Media.
Gambaran
Blurb di sampul buku ini dalam bahasa Indonesia adalah "Aku melahirkan seorang anak, anak laki-laki, tapi aku memiliki ribuan anak perempuan. Kau yang berkulit hitam dan putih, kau yang orang Yahudi dan Muslim, Asia, berbahasa Spanyol, Amerika asli dan Aleut. Kau yang gemuk dan kurus, yang cantik dan sedang, yang homoseksual dan heteroseksual, yang terpelajar dan buta huruf, aku berbicara pada kalian semua. Ini yang bisa aku tawarkan untuk kalian" – Letter to My Daughter.
Buku ini adalah kumpulan esainya yang ketiga setelah Wouldn't Take Nothing on My Journey Now (1993) yang berisi deklarasi, keluhan, memori, pendapat dan nasihatnya dalam berbagai subjek mulai dari keyakinan hingga kecemburuan dan Even the Stars Look Lonesome (1997) yang merupakan volume lanjutannya.
Letter to My Daughter adalah kumpulan puisi dan prosa tentang kehidupan Maya Angelou. Buku ini bisa dikatakan semi autobiografi dengan genre yang luas. Buku ini adalah petunjuk, memoar, puisi juga atau semata tulisan yang dituangkan sesuka hati. Dalam buku ini dimuat tulisan tentang kebijaksanaan sang nenek yang memiliki peran besar dalam hidupnya, kekerasan dalam hubungan yang pernah dia jalani, cerita tentang bagaimana dia berdamai dengan ibunya yang selama ini tidak pernah dekat dengannya serta tentang diskriminasi ras yang diterimanya sebagai wanita kulit hitam, pengalaman hubungan seksual pertamanya yang tanpa cinta namun justru memberinya harta paling berharga dalam hidupnya, seorang putra bernama Guy Johnson, bagaimana dia tumbuh menjadi anak perempuan canggung dengan tinggi enam kaki (kurang lebih 183 sentimeter).
Terlepas dari keanekaragaman cerita di dalamnya; mengingat kembali teman-temannya yang meninggal seperti Coretta Scott King dan Ossie Davis, atau bercerita tentang kejujuran, pernyataan ketidaksetujuannya tentang ketidaksopanan, penjelasan mengapa menjadi seorang Nasrani adalah "pekerjaan seumur hidup", atau bahkan hanya tulisan yang memuji makanan yang terbuat dari beras merah, Maya Angelou menuliskan buku ini untuk jutaan anak-anak perempuan yang tidak pernah dia miliki namun selalu dia anggap sebagai keluarga.
Review
Valerie Sayers dari Washington Post memuji buku ini karena khutbah sederhana Maya Angelou walaupun berpendapat kalau materi buku ini terlalu acak. Pikiran sederhananya tentang rasa duka dan melahirkan seorang anak silih berganti dengan ceramah singkatnya tentang vulgaritas dan kejujuran hingga akan membuat orang-orang yang bahkan tidak akan mau duduk mendengarkan ceramah seorang pendeta, akan duduk dan mendengarkan apa yang Maya Angelou katakan.
Publisher Weekly mengatakan bahwa Maya Angelou menuliskan buku ini dengan bahasa terpelajar. Dia mengingat pertama kali ibunya memanggilnya "anakku". Keberaniannya berbagi pengalaman menggelikan yang sedikit memalukan saat berada di Senegal saat dia yang dianggap kosmopolitan pun bisa berbuat kesalahan konyol. Saat itu dia diundang untuk makan malam, dan dia merasa sedikit jengkel kepada orang-orang lain yang tidak berani menginjak karpet indah yang diletakkan di tengah ruangan. Jadi dia mengambil inisiatif untuk melintasi karpet tersebut. Ternyata karpet itu adalah taplak meja yang dihamparkan di atas lantai hanya untuk menghormati kedatangannya. Siapapun yang membaca buku ini akan merasakan tulisan ringan yang terasa familiar tetapi tulus dan penuh kehangatan.
Nancy R. Ives dari Journal Library memberikan review yang bagus tentang buku ini. Maya Angelou menuliskan kumpulan esai yang hanya terdiri dari dua atau tiga halaman yang merupakan lanjutan dari dua kumpulan esai sebelumnya. Angelou menuliskan masa kecilnya di Stamps Arkansas di mana dia mendapatkan perlakuan rasis terkait warna kulitnya, pilihannya untuk tetap membesarkan sendiri anaknya tanpa menikah di usianya yang masih sangat muda yang mengajarinya tentang kemandirian. Dia juga menegaskan perlunya toleransi budaya dan tidak ragu-ragu bercerita tentang kesalahan-kesalahannya sendiri, seperti saat di Maroko salah mengira kismis sebagai kecoak di dalam kopinya dan pengalamannya berjalan di atas taplak meja saat di Senegal. Angelou menyuarakan ketidaksetujuannya tentang pemerkosaan yang bagi sebagian besar orang semata-mata berkaitan tentang kekuasaan dan bukan tentang kekerasan seksual. Buku ini sangat direkomendasikan untuk penggemar Angelou.
Kirkus Reviews menyatakan bahwa Angelou menuliskan nasihat untuk anak perempuan yang tidak pernah dia lahirkan melalui media puisi dan kenangan. Bercerita tentang kejadian yang tidak dia sukai dalam hidupnya, cerita di mana sikapnya menjadi bumerang atau bahkan memberinya kejutan yang tidak pernah dia sangka-sangka. Angelou menolak dikatakan sedang berceramah dan menganggap pemikirannya tidak lebih dari pedoman hidup saja. Dia diingatkan tentang kasih sayang yang datang bersama kata-kata dan bahasa tubuh serta kebebasan yang datang bersama dengan kejujuran. Menurut Angelou, kebohongan sering kali muncul dari rasa takut. Dia memanipulasi kegilaan dengan menghitung kebahagiaan yang dia dapatkan. Dia memahami mengapa kekerasan digunakan dan disalahgunakan. Topik di dalam bukunya kebanyakan merupakan isu yang besar, liar dan sesuatu yang terekspos.
Referensi
Kata Kunci Pencarian:
- Letter to My Daughter
- A Song Flung Up to Heaven
- Kim Tae-hee
- Gather Together in My Name
- Perbukitan Anaimalai
- David Halberstam
- Daftar karya Maya Angelou
- Tema dalam autobiografi Maya Angelou
- Singin' and Swingin' and Gettin' Merry Like Christmas
- I Know Why the Caged Bird Sings
- Letter to My Daughter
- Maya Angelou
- J. Nozipo Maraire
- List of Maya Angelou works
- Of Thee I Sing (book)
- David Chariandy
- Mom & Me & Mom
- Song for Our Daughter
- Caitlin Thomas
- I Shall Not Be Moved (poetry collection)