- Source: Lokomotif DD5512
Lokomotif DD55 adalah lokomotif diesel hidraulik buatan pabrik Fuji Heavy Industries, Jepang. DD5512 mulai beroperasi sejak 1974 (Jepang), lokomotif ini di datangkan ke Indonesia mulai tahun 2006, dan lokomotif ini hanya berada di Sub Depo Lokomotif Tuntang.
Model utama lokomotif ini diproduksi sebanyak 19 unit. DD55 merupakan lokomotif dengan 4 sumbu penggerak (B-B), bobot mati 55 ton, daya keluaran terukur 1.000 PS, dan mirip dengan tipe JNR DD13, namun tipenya berbeda. Terdapat banyak lokomotif dari jenis serupa di antara perusahaan kereta api tepi laut lainnya di Jepang yang telah memesan lokomotifnya sendiri. Meskipun DD5511 dimasukkan ke dalam format yang sama, spesifikasinya berbeda secara signifikan. DD551 diproduksi oleh Kisha Seizo, dan 17 unit lainnya diproduksi oleh Fuji Heavy Industries. Lokomotif awal sudah berstatus afkir. Dua lokomotif, DD5518 dan DD5519, mulai dinas pada tahun 1990-an untuk menggantikan unit-unit awal yang sudah tua, memiliki mesin injeksi langsung. Lokomotif ini didatangkan ke Indonesia dengan ekspetasi untuk mengangkut material pembangunan jalur ganda Pantura dan Tegal-Prupuk. Namun karena biaya operasional lokomotif ini sangat besar dan cowcatcher lokomotif ini sering menyerempet peron, akhirnya lokomotif ini hanya diparkir di halaman Gudang Dirjenka Jatibarang bersama sebuah TMC.
Sejarah
DD5512. Lokomotif ini seperti menjadi banyak tanda tanya besar dikalangan pecinta kereta di Indonesia. Keberadaannya tak banyak diketahui oleh para railfans. Pasalnya lokomotif ini tak pernah sekali pun tertangkap kamera ketika berdinas. Bahkan tidak ada dokumentasi saat kedatangannya di Indonesia.
Lokomotif buatan Fuji Heavy Industry pada tahun 1974 ini didatangkan pertama kali ke Indonesia pada tahun 2006 bersamaan dengan kedatangan KRL Tokyo Metro 5000 dan Toyo Rapid 1000. Sebelum lokomotif ini tiba di Indonesia, lokomotif ini biasa dipakai berdinas langsiran di Pelabuhan Kanagawa Rinkai untuk melangsir kereta barang dan kereta-kereta yang hendak dijagal di pusat scrapping.
Warna asli lokomotif ini sebelum tiba di Indonesia sebenarnya adalah warna biru dengan stripping putih. Namun ketika dia tiba di Indonesia, dia di re-paint menjadi kuning karena lokomotif ini merupakan aset dari Dirjen Perkeretaapian. Hal ini untuk membedakan kepemilikan lokomotif ini dari milik PT KAI yang pada saat itu berlivery putih dengan strip biru tua-biru langit.