- Source: M. Satrio Utomo
Marsekal Pertama TNI Mohamad Satrio Utomo, S.H. (lahir 10 Desember 1973) adalah seorang perwira tinggi TNI-AU yang sejak 19 Januari 2024 mengemban amanat sebagai Staf Khusus Kasau.
Satrio merupakan alumnus Akademi Angkatan Udara tahun 1995. Jabatan terakhir jenderal bintang satu ini adalah Kepala Dinas Operasi dan Latihan TNI AU (Kadisopslatau).
Karier
M. Satriyo "Serpent" Utomo, pria kelahiran Tarakan ini telah mencapai puncak karier sebagai Penerbang Tempur sebagai Komandan Skadron Udara 15, Lanud Iswahyudi Juga meraih 1000 jam terbang menggunakan pesawat tempur Hawk MK-53 ketika melaksanakan latihan ISL/ASL dari Lanud Iswahjudi, Magetan ke wilayah Yogyakarta diatas ketinggian 8.000 feets.
Dia terpilih menjadi komandan upacara dalam upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila pada 1 Oktober 2016, dan Pada Upacara Serah Terima Jabatan Panglima Tentara Nasional Indonesia dari Jenderal TNI Gatot Nurmantyo ke Marsekal TNI Hadi Tjahjanto 9 Desember 2017
Riwayat Jabatan
Kasi Opslat Disops Lanud Iswahjudi (2011)
Komandan Skadron Udara 15 (2011—2012)
Pabandya Ops Sop Kosek Hanudnas II (2013)
Danlanud Astra Ksetra (2013—2015)
Kasubdislan Disbangopsau (2015)
Asops Kosekhanudnas I (2015—2016)
Kasubdis Binprof Pnb/Nav Disopslatau (2016—2018)
Pamen Staf Operasi Angkatan Udara (2018—2019)
Danwing 3 Tempur (2019—2020)
Danlanud Sultan Iskandar Muda (2020)
Paban II/Ops Sopsau (2020—2021)
Danlanud Sam Ratulangi (2021—2023)
Kadisopslatau (2023—2024)
Staf Khusus Kasau (2024—Sekarang)
Insiden Bawean 2003
Satrio termasuk salah satu pilot F-16 TNI AU yang pernah terlibat dalam peristiwa duel udara dengan pesawat-pesawat F/A-18 Hornet, Angkatan Laut Amerika Serikat yang terjadi di wilayah udara Pulau Bawean, pada 3 Juli 2003. Pada saat itu radar Komando Pertahanan Udara Nasional Indonesia dan Pusat Operasi Pertahanan Nasional menangkap ada lima titik mencurigakan yang terbang dalam formasi rapat dan tidak teridentifikasi. Namun ketika satu flight pesawat tempur TNI AU dikirimkan untuk melakukan identifikasi, tidak ditemukan obyeknya. Dua jam kemudian, terlihat manuver-manuver pesawat terbang tanpa identitas dan ada laporan dari para penerbang pesawat Bouraq Indonesia Airlines, bahwa manuver-manuver mereka yang berkecepatan tinggi sudah membahayakan kesalamatan dan keamanan penerbangan sipil berjadual. Pesawat-pesawat itu juga tidak melakukan komunikasi dengan menara pengatur lalu-lintas penerbangan nasional.
Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional Indonesia, saat itu dijabat Marsekal Muda TNI Teddy Sumarno, mengirimkan dua F-16 B untuk melakukan misi mencegat, mengidentifikasi dan mengusir mereka dari wilayah udara nasional. Penerbangan ini memiliki call sign Falcon Flight. Pemimpin penerbangan bersandikan Falcon 1, bernomor ekor TS-1603 yang diawaki oleh Kapten PNB Ian Fuady dan Kapten PNB Fajar Adriyanto. Falcon 2, bernomor ekor TS-1602, diawaki oleh Kapten PNB Mohamad Tonny Harjono dan Kapten PNB M. Satrio Utomo. Dalam misinya, mereka bertugas untuk identifikasi visual dan menghindari konfrontasi, dengan cara tidak mengunci (lock on) sasaran dengan radar atau rudal sehingga misi identifikasi tidak dianggap mengancam.
Ketika Falcon Flight tiba di lokasi, mereka langsung disambut oleh dua pesawat F/A-18 Hornet milik Angkatan Laut Amerika Serikat sehingga mereka terlibat dalam perang radar (radar jamming). Dalam peristiwa itu, salah satu penerbang tempur TNI AU sudah dalam posisi terkunci secara radar oleh penerbang tempur A AL AS. Sedang pesawat lainnya sedang saling berkejaran dalam posisi dog fight cukup ketat. Pesawat TNI AU kemudian berinisiatif melakukan gerakan menggoyang sayap (rocking wing) yang menyatakan bahwa mereka tidak dalam posisi mengancam pesawat AL AS.
Ketika komunikasi berhasil dibuka, diketahui bahwa kedua pesawat AL AS dan jajaran kapal induk Angkatan Laut Amerika Serikat, USS Carl Vinson (CVN-70), merasa bahwa mereka berlayar di wilayah perairan internasional dan meminta agar kedua pesawat TNI AU untuk menjauh. Namun disampaikan oleh pesawat TNI AU bahwa mereka, pesawat-pesawat AL AS berada dalam wilayah kedaulatan Republik Indonesia sesuai dengan Deklarasi Djuanda. Falcon Flight meminta mereka untuk segera mengontak ke ATC setempat, Bali Control, yang hingga saat itu tidak mengetahui keberadaan mereka. Mengetaui adanya itu, pesawat-pesawat AL AS itu kemudian terbang menjauh.
Penghargaan
Filmografi
= Film
=Referensi
Kata Kunci Pencarian:
- M. Satrio Utomo
- Mohamad Tonny Harjono
- Pangkalan TNI Angkatan Udara Pangeran Mohammad Bunyamin
- Ian Fuady
- Bandar Udara Internasional Sam Ratulangi
- Skadron Udara 15
- Wastum
- Wing Udara 3 Tempur
- Adrian P. Damanik
- Fajar Adriyanto
- RANS Simba Bogor
- Governor of East Java
- Second Revised Dwikora Cabinet
- Indonesia at the 2023 ASEAN Para Games
- Public holidays in Indonesia
- Malaysia at the 2023 ASEAN Para Games
- List of Transjakarta corridors
- Surabaya bombings
- List of Islamic Solidarity Games medalists for Indonesia
- Indonesia at the 2019 SEA Games